Puluhan Calon Pengantin Tertipu
A
A
A
JAKARTA - Sekitar 58 pasangan calon pengantin yang diduga telah ditipu oleh wedding organizer melaporkan kasus tersebut ke polisi. Jasa penyelenggara pernikahan itu diperkirakan membawa kabur Rp1,7 miliar.
Dalam melakukan aksinya, pemilik wedding organizer Wawai Bridal yakni pasangan suami-istri (pasutri), Ali Mahmudin, 45, dan Sri Wulan Sibarani, 43, cukup lihai dalam menggaet para calon pengantin. Mereka memberikan paket wedding yang lebih murah sampai mencapai 50% dari harga pasaran.
Fasilitas yang didapat pun cukup fantastis seperti bonus prewedding untuk indoor dan outdoor , make up prewedding dan wedding, gaun dan jas pengantin, serta paket honeymoon, hingga kendaraan pengantin dengan mobil mewah. Pasutri ini menjalankan bisnisnya di sebuah ruko di Mutiara Taman Palem Blok E1 No 9, Cengkareng, Jakarta Barat.
Niko Septianus, 33, korban penipuan Wawai Bridal, mengaku sudah merugi sebesar Rp42 juta. Uang tersebut sebagai tanda jadi 50% rencana pernikahan yang akan diselenggarakan bulan depan. ”Awalnya kami bayar 30% dengan rentang waktu tiga hari. Dua bulan kemudian saya bayar lagi. Total saya sudah bayar 50% dari total Rp84 juta. Kami juga dijanjikan untuk mobil pengantinnya Alphard atau Velfire,” sebutnya di Polsek Cengkareng kemarin.
Meski belum menyebarkan undangan, kecurigaan Niko terhadap wedding organizer itu semakin menjadi ketika dia berusaha menghubungi pihak Wawai Bridal pada Senin (18/5), namun gagal dihubungi. ”Saya coba datangi kantornya, tapi tutup. Setelah cek internet, ternyata banyak orang tertipu oleh wedding organizer itu,” kata Niko.
Hal yang sama dialami Jenie, 25, korban penipuan lainnya. Dia bersama pasangannya akan menggelar resepsi pernikahan pada Oktober mendatang. Dia pun tergiur dengan paket murah berupa bulan madu ke Lombok yang ditawarkan Wawai Bridal. Pegawai bank swasta itu akhirnya mentransfer sekitar Rp30 juta. ”Hampir Rp30 juta sudah saya setorkan ke Mbak Wulan. Itu diberi diskon karena saya bayar 70% di muka,” ucapnya.
Korban lainnya yakni Melani, 28, dan calon suaminya, Rozi Amri, 32, sangat shock setelah mengetahui Wawai Bridal ternyata wedding organizer bodong. Pasalnya, calon pengantin ini hendak menggelar resepsi pernikahan pada Sabtu (30/5). Keduanya mengecek terlebih dahulu ke Istana Nelayan Jatiuwung, Kota Tangerang, namun tidak ada booking gedung pernikahan atas nama keduanya.
”Kami dapat resepsi di situ. Setelah dicek, ternyata enggak ada malah ada nama orang lain. Pas saya konfirmasi pada Senin (18/5) nomor Mbak Wulan sudah tidak aktif,” ucap Melani yang bekerja di perusahaan ekspedisi itu.
Padahal, dia percaya diri akan menikah di tempat itu. Dia dan pasangannya juga telah mengambil cuti kantor selama enam hari sejak Jumat (29/5) dan telah menyebarkan rencana bahagia itu ke beberapa teman dan saudaranya. ”Kami sebenarnya malu cuma ini kan hari bahagia, jadi sebaiknya kita cari hari lain sambil ngumpulin uang dan berharap pelaku ditangkap,” katanya.
Salah satu asisten Wulan yang berhasil dihubungi, Euis Purnama Sari, 34, menuturkan tanda-tanda perusahaan itu tidak becus terlihat sejak sembilan bulan lalu. ”Aku saja delapan bulan tak digaji. Kata Mbak Wulan, sepi order, padahal yang berencana menggunakan jasa kami cukup banyak loh ,” ujar Euis.
Pihak kepolisian yang mendapat laporan langsung menindaklanjutinya dengan memeriksa sejumlah saksi. ”Kami sudah kerahkan anggota untuk melakukan pengejaran. Saat ini kami masih melakukan penyidikan,” kata Kapolsek Cengkareng Kompol Sutarjono.
Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI) Josias Simon, penipuan berkedok wedding organizer merupakan peluang bisnis yang cukup unik dilakukan oleh para pelaku kejahatan. ”Pelaku sangat cerdas, memanfaatkan peluang pernikahan yang sakral untuk menipu sehingga masyarakat tidak curiga,” katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat tidak serta-merta percaya terhadap penipuan berkedok ini, apalagi yang menawarkan jasa murah. Jika ada kecurigaan tentang perbandingan harga dengan pasaran, dia menyarankan masyarakat langsung melakukan pengecekan terlebih dahulu.
Kriminolog UI lainnya, Yogo Tri Hendiarto, menyarankan pengguna jasa wedding organizer harus lebih teliti dan waspada. Sebelumnya calon pengantin harus cek dan ricek terhadap rekam jejak layanan penyedia jasa ini.
”Meminta testimoni dari orang yang pernah menggunakan wedding organizer sehingga bisa terlihat reputasinya,” katanya. Reputasi sebuah wedding organizer bisa dilihat dari daftar nama yang pernah menggunakan jasanya, kemudian bisa dilihat dari website.
Yan yusuf/ R ratna purnama
Dalam melakukan aksinya, pemilik wedding organizer Wawai Bridal yakni pasangan suami-istri (pasutri), Ali Mahmudin, 45, dan Sri Wulan Sibarani, 43, cukup lihai dalam menggaet para calon pengantin. Mereka memberikan paket wedding yang lebih murah sampai mencapai 50% dari harga pasaran.
Fasilitas yang didapat pun cukup fantastis seperti bonus prewedding untuk indoor dan outdoor , make up prewedding dan wedding, gaun dan jas pengantin, serta paket honeymoon, hingga kendaraan pengantin dengan mobil mewah. Pasutri ini menjalankan bisnisnya di sebuah ruko di Mutiara Taman Palem Blok E1 No 9, Cengkareng, Jakarta Barat.
Niko Septianus, 33, korban penipuan Wawai Bridal, mengaku sudah merugi sebesar Rp42 juta. Uang tersebut sebagai tanda jadi 50% rencana pernikahan yang akan diselenggarakan bulan depan. ”Awalnya kami bayar 30% dengan rentang waktu tiga hari. Dua bulan kemudian saya bayar lagi. Total saya sudah bayar 50% dari total Rp84 juta. Kami juga dijanjikan untuk mobil pengantinnya Alphard atau Velfire,” sebutnya di Polsek Cengkareng kemarin.
Meski belum menyebarkan undangan, kecurigaan Niko terhadap wedding organizer itu semakin menjadi ketika dia berusaha menghubungi pihak Wawai Bridal pada Senin (18/5), namun gagal dihubungi. ”Saya coba datangi kantornya, tapi tutup. Setelah cek internet, ternyata banyak orang tertipu oleh wedding organizer itu,” kata Niko.
Hal yang sama dialami Jenie, 25, korban penipuan lainnya. Dia bersama pasangannya akan menggelar resepsi pernikahan pada Oktober mendatang. Dia pun tergiur dengan paket murah berupa bulan madu ke Lombok yang ditawarkan Wawai Bridal. Pegawai bank swasta itu akhirnya mentransfer sekitar Rp30 juta. ”Hampir Rp30 juta sudah saya setorkan ke Mbak Wulan. Itu diberi diskon karena saya bayar 70% di muka,” ucapnya.
Korban lainnya yakni Melani, 28, dan calon suaminya, Rozi Amri, 32, sangat shock setelah mengetahui Wawai Bridal ternyata wedding organizer bodong. Pasalnya, calon pengantin ini hendak menggelar resepsi pernikahan pada Sabtu (30/5). Keduanya mengecek terlebih dahulu ke Istana Nelayan Jatiuwung, Kota Tangerang, namun tidak ada booking gedung pernikahan atas nama keduanya.
”Kami dapat resepsi di situ. Setelah dicek, ternyata enggak ada malah ada nama orang lain. Pas saya konfirmasi pada Senin (18/5) nomor Mbak Wulan sudah tidak aktif,” ucap Melani yang bekerja di perusahaan ekspedisi itu.
Padahal, dia percaya diri akan menikah di tempat itu. Dia dan pasangannya juga telah mengambil cuti kantor selama enam hari sejak Jumat (29/5) dan telah menyebarkan rencana bahagia itu ke beberapa teman dan saudaranya. ”Kami sebenarnya malu cuma ini kan hari bahagia, jadi sebaiknya kita cari hari lain sambil ngumpulin uang dan berharap pelaku ditangkap,” katanya.
Salah satu asisten Wulan yang berhasil dihubungi, Euis Purnama Sari, 34, menuturkan tanda-tanda perusahaan itu tidak becus terlihat sejak sembilan bulan lalu. ”Aku saja delapan bulan tak digaji. Kata Mbak Wulan, sepi order, padahal yang berencana menggunakan jasa kami cukup banyak loh ,” ujar Euis.
Pihak kepolisian yang mendapat laporan langsung menindaklanjutinya dengan memeriksa sejumlah saksi. ”Kami sudah kerahkan anggota untuk melakukan pengejaran. Saat ini kami masih melakukan penyidikan,” kata Kapolsek Cengkareng Kompol Sutarjono.
Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI) Josias Simon, penipuan berkedok wedding organizer merupakan peluang bisnis yang cukup unik dilakukan oleh para pelaku kejahatan. ”Pelaku sangat cerdas, memanfaatkan peluang pernikahan yang sakral untuk menipu sehingga masyarakat tidak curiga,” katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat tidak serta-merta percaya terhadap penipuan berkedok ini, apalagi yang menawarkan jasa murah. Jika ada kecurigaan tentang perbandingan harga dengan pasaran, dia menyarankan masyarakat langsung melakukan pengecekan terlebih dahulu.
Kriminolog UI lainnya, Yogo Tri Hendiarto, menyarankan pengguna jasa wedding organizer harus lebih teliti dan waspada. Sebelumnya calon pengantin harus cek dan ricek terhadap rekam jejak layanan penyedia jasa ini.
”Meminta testimoni dari orang yang pernah menggunakan wedding organizer sehingga bisa terlihat reputasinya,” katanya. Reputasi sebuah wedding organizer bisa dilihat dari daftar nama yang pernah menggunakan jasanya, kemudian bisa dilihat dari website.
Yan yusuf/ R ratna purnama
(ftr)