Amerika Apresiasi Langkah Indonesia

Jum'at, 22 Mei 2015 - 10:40 WIB
Amerika Apresiasi Langkah Indonesia
Amerika Apresiasi Langkah Indonesia
A A A
SITTWE - Amerika Serikat (AS) mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang bersedia menolong ribuan imigran asal Bangladesh dan etnis muslim Rohingya yang terkatung-katung di tengah laut.

AS memuji tiga negara itu karena menegakkan tanggung jawabnya berdasarkan hukum internasional. Indonesia dan Malaysia sepakat memberikan bantuan kemanusiaan serta penampungan bagi 7.000 imigran Rohingya dan Bangladesh yang terjebak di lautan Asia Tenggara. Thailand juga menyatakan akan menghentikan pengusiran perahu imigran dan memungkinkan imigran yang sakit untuk berlabuh mendapatkan perawatan.

Namun, Thailand menyatakan tidak bersedia menyediakan tempat penampungan imigran seperti yang dilakukan Indonesia dan Malaysia. Thailand juga bakal menjadi tuan rumah konferensi regional tentang masalah migran di Bangkok pada 29 Mei mendatang. ”AS mendesak negaranegara lain di kawasan tersebut dan komunitas internasional untuk mendukung upayaupaya itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf dalam keterangan persnya kemarin.

Menurut Harf, masalah imigran itu akan menjadi isu penting yang akan dibahas pada konferensi di Bangkok, Thailand pada 29 Mei mendatang. ”Kami percaya semua negara di kawasan yang terkait dengan isu ini akan menghadiri konferensi ini yang juga akan dihadiri oleh delegasi tingkat tinggi AS,” katanya.

AS terus mendesak negaranegara di kawasan untuk mengambil langkah-langkah proaktif secara cepat untuk menyelamatkan nyawa para imigran dan pencari suaka yang sekarang berada di laut. AS minta semua negara di Asia Tenggara untuk tidak menghalau setiap kapal baru yang datang.

Sumber masalah ribuan imigran Rohingya yang terdampar di lautan Asia Tenggara bersumber dari tekanan yang dilakukan Pemerintah Myanmar. Mereka nekat menyeberangi lautan karena ditindas dan didiskriminasi.

”Kami akan berbicara dengan Pemerintah Myanmar mengenai tanggung jawab mereka dalam permasalahan ini untuk memperbaiki keadaan di Rakhine yang menjadi kawasan Rohingya. Dengan begitu, Rohingya tidak berpikir satu-satunya pilihan mereka hanyalah melarikan diri melalui jalur berbahaya,” kata Blinken di Jakarta, Rabu (20/5).

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, sumber masalah ribuan imigran Rohingya yang terdampar di lautan Asia Tenggara karena tekanan Pemerintah Myanmar. ”Kami akan berbicara dengan Pemerintah Myanmar mengenai tanggung jawab mereka dalam permasalahan ini,” kata Blinken.

Sementara itu, Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu Malaysia Anifah Aman kemarin mengunjungi Naypyidaw, Myanmar, sehari setelah dua menlu sepakat menampung sekitar 7.000 migran asal Bangladesh dan muslim Rohingya Myanmar yang terkatungkatung di tengah laut. Dua menlu mengatakan permasalahan imigran menjadi permasalahan internasional.

Pertemuan sebelumnya menghasilkan tiga proposal. Pertama , Asia Tenggara perlu menyelesaikan akar masalah para imigran. Kedua , penguatan kerja sama dengan negara asal, transit, dan tujuan imigran serta dengan UNHCR dan Organisasi Migrasi Internasional (IOM). Ketiga, penanganan perdagangan manusia.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak memerintahkan Angkatan Laut untuk melakukan misi pencarian dan penyelamatan imigran yang masih terdampar di laut. Ini aksi proaktif pertama yang dilakukan Malaysia dalam isu penanganan krisis para imigran. ”Kami harus mencegah jatuhnya korban jiwa,” kata Najib dalam akun Facebook -nya.

Juru Bicara (jubir) Kemlu RI Arrmanatha Nasir mengatakan, Indonesia berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk pemberian penampungan, makanan, dan obat-obatan. Indonesia dan Malaysia akan menampung para imigran selama setahun atau sampai komunitas internasional mampu menyelesaikan proses penempatan dan pemulangan.

Australia yang menandatangani konvensi tentang pengungsi juga ditekan mengulurkan tangan. Namun, Australia menolak. PM Australia Tony Abbott mengatakan, Australia menutup pintu kepada para pencari suaka. ”Tidak, tidak, tidak, kami memiliki program pengungsi dan kemanusiaan yang sangat jelas. Kami tidak ingin mengambil keputusan yang akan membuat orangorang berani menuju Australia dengan menggunakan perahu,” katanya, dilansir Smh .

Abbott mendesak para imigran menggunakan pintu depan, bukan pintu belakang atau melalui pelaku perdagangan manusia untuk memulai kehidupan baru di Australia.

Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5363 seconds (0.1#10.140)