ISIS Kuasai Separuh Wilayah Suriah

Jum'at, 22 Mei 2015 - 10:40 WIB
ISIS Kuasai Separuh...
ISIS Kuasai Separuh Wilayah Suriah
A A A
DAMASKUS - Gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menguasai separuh teritorial Suriah setelah menguasai kota bersejarah Palmyra. Itu merupakan kemajuan ISIS setelah mereka menguasai Ramadi, kota kunci di Irak.

Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan ISIS kini menguasai lebih dari 95.000 km persegi wilayah Suriah. Itu menunjukkan kekuatan ISIS semakin berkembang dan tidak menunjukkan ada pelemahan. ”ISIS menguasai setengah teritorial Suriah,” kata Ketua SOHR Rami Abdel Rahman kepada AFP kemarin.

Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tak mampu menghentikan pergerakan ISIS sejak perang sipil pada 2011. Assad dianggap tak berdaya menghadapi ISIS karena tidak ada dukungan internasional terhadap Damaskus. ”Pasukan rezim Suriah hancur dan ditarik dari posisi mereka tanpa perlawanan,” kata Mohamed Hassan al-Homsi, aktivis Suriah.

Dia menggambarkan situasi Suriah sudah di ambang kehancuran karena ISIS sudah menguasai setengah wilayah Suriah. SOHR menyatakan jatuhnya Palmyra menjadikan kekuasaan ISIS mencapai 50% wilayah Suriah. Dengan menguasai ladang gas di Arak dan al-Hail di dekat Palmyra, ISIS juga menguasai jaringan listrik di sebagian Suriah.

Sebelumnya ISIS berhasil menguasai Provinsi Raqqa, sebagian besar Deir Ezzor, separuh Hassakeh, mayoritas wilayah Aleppo, gurun di Homs, dan kamp pengungsi Palestina Yarmouk di Damaskus selatan. Bukan hanya sebagai kota bersejarah, Palmyra juga merupakan kota yang strategis dan wilayah kunci yang menghubungkan Damaskus dan Homs serta Irak timur.

SOHR mengungkapkan pasukan rezim Suriah ditarik mundur dari posisinya di sekitar Palmyra, termasuk pos intelijen militer, bandara militer, dan penjara. ”Para gerilyawan ISIS berada di seluruh wilayah Tadmur, termasuk di dekat lokasi bersejarah (Palmyra),” kata Rami Abdel Rahman.

Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan pasukan propemerintah Suriah ditarik keluar mundur dari Palmyra pada Rabu (20/5) malam karena serbuan besar-besaran ISIS. Gerilyawan ISIS juga berusaha memasuki situs purbakala. ”100 pasukan propemerintah tewas dalam pertempuran di sekitar Palmyra,” ungkap Rami Abdel Rahman.

Kota yang memiliki banyak situs warisan dunia dan berbagai artifak kuno dikhawatirkan akan dihancurkan gerilyawan ISIS. Gerilyawan ISIS menarik perhatian internasional pada awal tahun setelah mereka meratakan kota kuno Nimrud yang menjadi peninggalan kebudayaan Assiria dan menghancurkan artifak di Museum Mosul, Irak.

Pergerakan ISIS di Palmyra juga memicu kekhawatiran internasional. Dunia sangat takut jika ISIS menghancurkan berbagai patung dan artifak di Palmyra. ”Situasinya sangat buruk,” kata kepala Dewan Purbakala Suriah Mamoun Abdulkarim. ”Lima anggota ISIS masuk ke bangunan kuno, mereka akan menghancurkan segalanya,” imbuhnya.

Dia meminta internasional untuk bertindak menyelamatkan Palmyra. Abdulkarim mengungkapkan, ratusan patung dan artifak dipindahkan keluar Kota Palmyra. Namun, banyak patung yang berukuran besar yang tidak dapat dipindahkan. Sejauh ini belum ada klaim ISIS mengenai penguasaan Kota Palmyra.

Para pejabat militer dan pemerintahan Suriah menduga ISIS tidak menargetkan kota kuno tersebut, namun mengincar beberapa kota di sekitar Palmyra yang memiliki sumber daya minyak. Apalagi, pasukan Pemerintah Suriah berhasil memukul mundur posisi gerilyawan ISIS di ladang minyak Jizel di dekat Palmyra pada Rabu lalu.

Hal berbeda justru diungkapkan Fawas Gerges, profesor kajian timur tengah di The London School of Economics. Gerges mengungkapkan ISIS memiliki jaringan yang mampu memperjualbelikan berbagai artifak kuno dan berharga. Mereka mendapatkan dana besar dari penjualan tersebut untuk membiayai perjuangan mereka. ”ISIS mendapatkan jutaan dolar dari penjualan barang seni,” katanya.

Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova mengaku prihatin dengan pertempuran di Palmyra. ”Pertempuran itu memiliki risiko menghancurkan situs paling penting di Timur Tengah dan penduduk sipil di sana,” kata Bokova kepada CNN . Dia meminta penghentian pertempuran di lokasi bersejarah tersebut. ”Saya meminta komunitas internasional untuk melakukan segala sesuatu untuk melindungi penduduk sipil dan warisan budaya di Palmyra,” tambahnya.

Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa urusan Budaya dan Pendidikan (UNESCO) mengungkapkan Palmyra merupakan wujud peradaban lintas budaya yang menggabungkan Yunani, Romawi, dan Persia. Kota tersebut merupakan oasis bagi rombongan Romawi pada abad pertama masehi.

Palmyra juga dikenal sebagai rute perdagangan atau Jalur Sutra yang menghubungkan Romawi ke Persia, India, dan China. Sejarawan dan novelis Inggris, Tom Holland, menggambarkan Palmyra sebagai perpaduan pengaruh Iran dan klasik dengan sentuhan Arab.

”Kehancuran Palmyra bukan hanya tragedi bagi Suriah, tetapi kehilangan bagi seluruh dunia,” ungkap Holland. Dia menambahkan, peradaban Mesopotamia di Irak dan Suriah merupakan mata air peradaban global yang seharusnya dilestarikan.

Terpisah, ISIS kemarin mengonsolidasikan kekuatan di Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar, Irak. Jatuhnya Ramadi menjadi titik tolak kemunduran perang melawan ISIS di Negeri 1001 Malam tersebut. Militer Irak mendapatkan dukungan 2.000 sukarelawan yang siap berjuang merebut kembali Ramadi.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0750 seconds (0.1#10.140)