Pendekatan Personal Atasi Polisi Frustrasi
A
A
A
DEPOK - Pendekatan personal di seluruh jajaran kepolisian diyakini dapat meminimalisasi kasus polisi bunuh diri. Jadi, ketika ada anggota mendapat masalah bisa lebih terbuka.
Pendekatan individu ini harus dibentuk mulai dari tingkat atas hingga bawah. “Kondisinya seperti burn out , ketika mereka sudah muak dan tidak bisa meluapkan emosinya,” kata psikolog Universitas Pancasila Aully Grashinta kemarin. Terpenting harus terbangun kedekatan personal antara pimpinan dan anak buah. “Jangan dilakukan pendekatan militer,” ucapnya.
Pendekatan personal sangat efektif untuk mengurangi beban tugas seorang polisi yang teramat berat karena setiap hari mereka selalu bergelut dengan permasalahan. Di tengah beban kerja itu, polisi dituntut menjadi sosok pengayom. “Patut dipahami, polisi juga manusia. Mereka punya masalah dan seperti manusia pada umumnya. Namun, mereka dituntut jadi pelindung. Jadi, beban polisi itu tidak ringan,” kata Shinta.
Dia juga mempertanyakan apakah pemeriksaan rutin juga dilakukan secara berkala terhadap anggota yang memegang senjata api. Kondisi kejiwaan saat awal perekrutan tentunya berbeda setelah seseorang menjalani tugas sebagai polisi. “Akan sangat berbeda dan fluktuatif karena kita tidak tahu dalam perjalanan dia mengalami kondisi apa saja,” ungkapnya.
Dengan pemeriksaan senjata api dan tes kejiwaan secara berkala, diharapkan kasus polisi bunuh diri seperti yang menimpa Brigadir Wahyudi tidak terulang lagi. Anggota Reskrim Polres Jakarta Pusat itu tewas dengan cara menembak kepalanya sendiri saat bertamu di rumah pacarnya bernama Dewi di Jalan Perum Citra II, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (15/5).
Sebelum bunuh diri, Brigadir Wahyudi sempat meminta maaf kepada teman-teman di jajarannya. Menurut anggota Reskrim Polres Jakarta Pusat yang enggan disebutkan namanya, Jumat malam sebenarnya korban tidak piket atau bertugas, namun dia datang ke polres.
Selain meminta maaf, korban juga membayar utang baik kepada teman maupun ke kantin tempat korban biasa berutang. “Saat korban minta maaf sempat ada yang bercanda dan berkata nanti aja kalau Lebaran minta maafnya,” ucap anggota itu.
Korban tidak terlihat frustrasi dan tetap riang sekaligus suka bercanda. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo mengatakan, apa yang dilakukan korban merupakan murni kehendak sendiri. Dia pun berbelasungkawa terhadap korban.
Terlepas itu, jajaran Polres Jakarta Pusat tidak pernah memberikan tekanan secara personal kepada anggota yang ada. Dia menekankan kedisiplinan berlaku secara menyeluruh. “Perlakuan terhadap anggota sama. Jika korban bunuh diri, itu lebih pada personal yang bersangkutan,” tuturnya.
Dalam setiap apel bersama anggota, kapolres menitikberatkan bahwa keselamatan merupakan hal utama. Misalnya, dalam berkendaraan anggota jangan seenaknya karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Pihaknya juga secara berkala melakukan pengecekan baik terhadap anggota maupun senjata yang dimilikinya.
Sementara itu, Polres Jakarta Barat hingga kini terus menyelidiki kasus kematian Brigadir Wahyudi. “Kami dalami motifnya, saksi masih dimintai keterangan. Sejauh ini diketahui murni bunuh diri,” kata Wakapolres Jakarta Barat AKBP Bahtiar Ujang Purnama.
Untuk meminimalisasi tindakan tersebut terjadi di Polres Jakarta Barat, pihaknya telah mendata seluruh anggota yang menggunakan senjata api. “Syaratnya memang minimal brigadir yang boleh gunakan senjata dan bukan bagian staf serta telah mengikuti tes ujian dengan rentang waktu 1,5 tahun,” ungkapnya.
Bahtiar menegaskan, anggota yang bermasalah akan dicabut penggunaan senjata api tanpa terkecuali. “Sekarang kami akan mengevaluasi, tak menutup kemungkinan mereka yang bermasalah akan kami cabut izin penggunaan senjatanya,” katanya.
Kanit Reskrim Polsek Kalideres AKP Khoiri mengaku masih tetap berkomunikasi dengan Dewi, pacar Brigadir Wahyudi. “Karena kami masih melakukan penyidikan, saat ini rumah itu diberi garis polisi (police line) sehingga pihak keluarga mengungsi di rumah kerabatnya yang tidak jauh dari polsek,” sebutnya.
Dia membantah cekcok antara Brigadir Wahyudi dan Dewi lantaran kehadiran orang ketiga dalam hubungan asmara mereka. Dari hasil keterangan saksi utama, Dewi, masalah itu hanya sepele yang berujung salah paham. “Ya namanya orang pacaran, ada riak-riak dikit,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Bidang Propam Polda Metro Jaya Kombes Pol Janner Pasaribu mengatakan, dalam kurun waktu Januari-Mei 2015, kasus polisi di Jakarta bunuh diri ini yang pertama. Jumlah personel Polda Metro Jaya mencapai 31.000 orang dan separuhnya memegang senjata api.
R ratna purnama/ Ridwansyah/ Yan yusuf
Pendekatan individu ini harus dibentuk mulai dari tingkat atas hingga bawah. “Kondisinya seperti burn out , ketika mereka sudah muak dan tidak bisa meluapkan emosinya,” kata psikolog Universitas Pancasila Aully Grashinta kemarin. Terpenting harus terbangun kedekatan personal antara pimpinan dan anak buah. “Jangan dilakukan pendekatan militer,” ucapnya.
Pendekatan personal sangat efektif untuk mengurangi beban tugas seorang polisi yang teramat berat karena setiap hari mereka selalu bergelut dengan permasalahan. Di tengah beban kerja itu, polisi dituntut menjadi sosok pengayom. “Patut dipahami, polisi juga manusia. Mereka punya masalah dan seperti manusia pada umumnya. Namun, mereka dituntut jadi pelindung. Jadi, beban polisi itu tidak ringan,” kata Shinta.
Dia juga mempertanyakan apakah pemeriksaan rutin juga dilakukan secara berkala terhadap anggota yang memegang senjata api. Kondisi kejiwaan saat awal perekrutan tentunya berbeda setelah seseorang menjalani tugas sebagai polisi. “Akan sangat berbeda dan fluktuatif karena kita tidak tahu dalam perjalanan dia mengalami kondisi apa saja,” ungkapnya.
Dengan pemeriksaan senjata api dan tes kejiwaan secara berkala, diharapkan kasus polisi bunuh diri seperti yang menimpa Brigadir Wahyudi tidak terulang lagi. Anggota Reskrim Polres Jakarta Pusat itu tewas dengan cara menembak kepalanya sendiri saat bertamu di rumah pacarnya bernama Dewi di Jalan Perum Citra II, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (15/5).
Sebelum bunuh diri, Brigadir Wahyudi sempat meminta maaf kepada teman-teman di jajarannya. Menurut anggota Reskrim Polres Jakarta Pusat yang enggan disebutkan namanya, Jumat malam sebenarnya korban tidak piket atau bertugas, namun dia datang ke polres.
Selain meminta maaf, korban juga membayar utang baik kepada teman maupun ke kantin tempat korban biasa berutang. “Saat korban minta maaf sempat ada yang bercanda dan berkata nanti aja kalau Lebaran minta maafnya,” ucap anggota itu.
Korban tidak terlihat frustrasi dan tetap riang sekaligus suka bercanda. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo mengatakan, apa yang dilakukan korban merupakan murni kehendak sendiri. Dia pun berbelasungkawa terhadap korban.
Terlepas itu, jajaran Polres Jakarta Pusat tidak pernah memberikan tekanan secara personal kepada anggota yang ada. Dia menekankan kedisiplinan berlaku secara menyeluruh. “Perlakuan terhadap anggota sama. Jika korban bunuh diri, itu lebih pada personal yang bersangkutan,” tuturnya.
Dalam setiap apel bersama anggota, kapolres menitikberatkan bahwa keselamatan merupakan hal utama. Misalnya, dalam berkendaraan anggota jangan seenaknya karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Pihaknya juga secara berkala melakukan pengecekan baik terhadap anggota maupun senjata yang dimilikinya.
Sementara itu, Polres Jakarta Barat hingga kini terus menyelidiki kasus kematian Brigadir Wahyudi. “Kami dalami motifnya, saksi masih dimintai keterangan. Sejauh ini diketahui murni bunuh diri,” kata Wakapolres Jakarta Barat AKBP Bahtiar Ujang Purnama.
Untuk meminimalisasi tindakan tersebut terjadi di Polres Jakarta Barat, pihaknya telah mendata seluruh anggota yang menggunakan senjata api. “Syaratnya memang minimal brigadir yang boleh gunakan senjata dan bukan bagian staf serta telah mengikuti tes ujian dengan rentang waktu 1,5 tahun,” ungkapnya.
Bahtiar menegaskan, anggota yang bermasalah akan dicabut penggunaan senjata api tanpa terkecuali. “Sekarang kami akan mengevaluasi, tak menutup kemungkinan mereka yang bermasalah akan kami cabut izin penggunaan senjatanya,” katanya.
Kanit Reskrim Polsek Kalideres AKP Khoiri mengaku masih tetap berkomunikasi dengan Dewi, pacar Brigadir Wahyudi. “Karena kami masih melakukan penyidikan, saat ini rumah itu diberi garis polisi (police line) sehingga pihak keluarga mengungsi di rumah kerabatnya yang tidak jauh dari polsek,” sebutnya.
Dia membantah cekcok antara Brigadir Wahyudi dan Dewi lantaran kehadiran orang ketiga dalam hubungan asmara mereka. Dari hasil keterangan saksi utama, Dewi, masalah itu hanya sepele yang berujung salah paham. “Ya namanya orang pacaran, ada riak-riak dikit,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Bidang Propam Polda Metro Jaya Kombes Pol Janner Pasaribu mengatakan, dalam kurun waktu Januari-Mei 2015, kasus polisi di Jakarta bunuh diri ini yang pertama. Jumlah personel Polda Metro Jaya mencapai 31.000 orang dan separuhnya memegang senjata api.
R ratna purnama/ Ridwansyah/ Yan yusuf
(bhr)