Bocah dan Pengasuh Tewas di Kolam Renang Hotel
A
A
A
BANDUNG - Kesunyian pagi hotel Horison Bandung kemarin pecah oleh jerit tangis dan kepanikan. Dua sosok tubuh ditemukan tewas tenggelam di kolam renang hotel berbintang empat tersebut.
Seorang masih bocah, lainnya dewasa. Pagi pun gempar. Petugas satuan pengamanan hotel yang mendapat kabar kemudian memburu ke kolam berukuran sekitar 250 meter persegi itu. Mereka mencebur ke kolam, mengangkat dua tubuh tanpa nyawa itu. Beberapa tamu dan staf hotel tampak kebingungan dan dilanda kekalutan.
Dua jasad itu belakangan diketahui sebagai GVH, bocah lima tahun. Sosok dewasanya bernama Herni Lidia Astuti, 20, sang pengasuh (baby sitter). Keduanya merupakan tamu hotel di kawasan Jalan Pelajar Pejuang, Bandung tersebut. Tidak ada yang mengetahui persis bagaimana mereka jatuh ke kolam arus berkedalaman sekitar 2 meter itu.
Pada saat kejadian situasi terhitung masih sepi. Jam baru menunjukkan pukul 06.30 WIB, setengah jam lebih cepat dari jadwal kolam renang itu dibuka untuk umum. Dapat dimengerti bila belum ada penjaga keselamatan (life guard) yang bertugas kala itu. ”Semula korban GVH mengajak kakaknya, W (Wiliam), 8 tahun, untuk berenang. Mereka pun turun (dari kamar) diikuti pengasuhnya, HLA, menuju ke kolam,” kata Kapolsekta Lengkong Kompol Jaya Hardianto di lokasi kejadian kemarin.
Jaya menuturkan, sesampai di kolam Wiliam ternyata urung masuk ke kolam. Dia kembali ke kamar, bermaksud mengajak kedua orang tuanya berenang. Namun, keinginan itu tak pernah jadi kenyataan. Cerita liburan itu dalam sekejap berakhir tragis. ”Sekitar pukul 07.15 pegawai bagian fitness center melihat ada orang tenggelam. ”Dia lantas melaporkan kejadian tersebut kepada sekuriti hotel yang segera melakukan pertolongan,” kata Jaya.
Kedua korban dilarikan ke UGD RS Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan, Bandung. Selang 10 menit kemudian hasil pemeriksaan medis keluar. ”Kedua korban meninggal dunia. Diperkirakan meninggal di tempat kejadian,” bebernya, ”mengenai penyebab, kuat dugaan karena korban tak bisa berenang.”
Kedua orang tua GVH tampak begitu terpukul. Di kamar jenazah RS Muhammadiyah mereka larut dalam duka. Ibu bocah terus terisak. Ayahnya tampak shock. Wajahnya pucat. Beberapa kali dia mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi seseorang.
Kening pria berusia sekitar 40 tahun itu disandarkan ke dinding. Dengan wajah nanar menatap lantai dia terus berbincang di ponsel. Sesekali pria itu menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan. ”Maaf ya, saya tidak bisa berkomentar soal itu. Maaf, jangan diekspos ya Mas,” katanya pada media.
Berdasarkan informasi di kepolisian, ibu bocah nahas itu Evih Junaedi, warga Taman Crysant I Blok 1/8, Rawabuntu, Serpong, Tangerang Selatan. HLA, baby sitter, beralamat di Kampung Cibeureum 01/07, Desa Cibatok Dua, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Jaya Hardianto menuturkan, peristiwa korban tenggelam kini ditangani Polrestabes Bandung. Untuk penyidikan polisi telah memanggil sejumlah saksi, termasuk pihak hotel. ”Kami dalami dulu SOP, terutama untuk operasional kolam renang itu. Kalau ada yang salah, kita akan tinjau kembali perizinannya. Saat ini ketiga kolam dalam hotel kita pasangi police line dulu untuk pemeriksaan,” katanya.
Pantauan di lapangan, setelah kejadian itu garis polisi telah melintangi seluruh tepi kolam. Pihak hotel juga memasang papan berisi pengumuman bahwa operasional kolam renang ditutup sementara. Booth tiket dan pintu masuk dari luar menuju kolam renang juga ditutup rapat. Ada tiga bagian dalam kolam renang hotel ini, yaitu kolam ombak, olympic, dan anak.
Dalam peristiwa kemarin kedua korban tenggelam di kolam ombak. Kolam ini dibuat dengan kontur miring layaknya bibir pantai. Semakin ke tengah, kolam semakin dalam. Senior Public Relation and Promotion Manager Hotel Horison Sri Nilawati mengakui bahwa pada saat kejadian belum ada petugas keselamatan yang bertugas.
Ini karena kolam renang memang dibuka untuk umum mulai pukul 07.00-17.00. ”Staf kami tak menegur karena saat itu ada pendampingan dari pengasuhnya yang sudah dewasa. Tapi kami tak mengetahui jika (korban) berenang,” ujarnya.
Nila menerangkan, area kolam ini dibuka 24 jam, namun untuk umum hanya dibatasi buka pada waktu tertentu. Area kolam dijaga oleh tiga petugas life guard yang bekerja dengan sistem shift. J ika ada tamu yang akan berenang pada waktu tertentu seperti malam ataupun dini hari, mereka harus request dulu ke pihak hotel. ”Sehingga life guard nanti menjaga. Khusus kedua korban ini tak ada konfirmasi dulu kepada kami,” katanya.
Mengenai kolam ombak, Nila menjelaskan bahwa kedalamannya sekitar 1,8 meter hingga 2 meter. Gelombang pada kolam itu dihidupkan jika ramai pengunjung semisal pada akhir pekan atau ada permintaan khusus dari tamu. ”Petugas akan mengumumkan terlebih dulu. Ombak ini pun dihidupkan hanya 10 menit,” katanya.
Nila memastikan untuk mengevaluasi sistem keamanan area kolam. Pihak hotel juga siap berkoordinasi dengan kepolisian terkait penyidikan. Mereka juga sudah berkomunikasi dengan keluarga korban yang menginap dalam rangka liburan. ”Kami menyampaikan belasungkawa. Keluarga korban pun telah mengikhlaskan kejadian ini karena ini juga musibah,” katanya.
Agie Permadi
Seorang masih bocah, lainnya dewasa. Pagi pun gempar. Petugas satuan pengamanan hotel yang mendapat kabar kemudian memburu ke kolam berukuran sekitar 250 meter persegi itu. Mereka mencebur ke kolam, mengangkat dua tubuh tanpa nyawa itu. Beberapa tamu dan staf hotel tampak kebingungan dan dilanda kekalutan.
Dua jasad itu belakangan diketahui sebagai GVH, bocah lima tahun. Sosok dewasanya bernama Herni Lidia Astuti, 20, sang pengasuh (baby sitter). Keduanya merupakan tamu hotel di kawasan Jalan Pelajar Pejuang, Bandung tersebut. Tidak ada yang mengetahui persis bagaimana mereka jatuh ke kolam arus berkedalaman sekitar 2 meter itu.
Pada saat kejadian situasi terhitung masih sepi. Jam baru menunjukkan pukul 06.30 WIB, setengah jam lebih cepat dari jadwal kolam renang itu dibuka untuk umum. Dapat dimengerti bila belum ada penjaga keselamatan (life guard) yang bertugas kala itu. ”Semula korban GVH mengajak kakaknya, W (Wiliam), 8 tahun, untuk berenang. Mereka pun turun (dari kamar) diikuti pengasuhnya, HLA, menuju ke kolam,” kata Kapolsekta Lengkong Kompol Jaya Hardianto di lokasi kejadian kemarin.
Jaya menuturkan, sesampai di kolam Wiliam ternyata urung masuk ke kolam. Dia kembali ke kamar, bermaksud mengajak kedua orang tuanya berenang. Namun, keinginan itu tak pernah jadi kenyataan. Cerita liburan itu dalam sekejap berakhir tragis. ”Sekitar pukul 07.15 pegawai bagian fitness center melihat ada orang tenggelam. ”Dia lantas melaporkan kejadian tersebut kepada sekuriti hotel yang segera melakukan pertolongan,” kata Jaya.
Kedua korban dilarikan ke UGD RS Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan, Bandung. Selang 10 menit kemudian hasil pemeriksaan medis keluar. ”Kedua korban meninggal dunia. Diperkirakan meninggal di tempat kejadian,” bebernya, ”mengenai penyebab, kuat dugaan karena korban tak bisa berenang.”
Kedua orang tua GVH tampak begitu terpukul. Di kamar jenazah RS Muhammadiyah mereka larut dalam duka. Ibu bocah terus terisak. Ayahnya tampak shock. Wajahnya pucat. Beberapa kali dia mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi seseorang.
Kening pria berusia sekitar 40 tahun itu disandarkan ke dinding. Dengan wajah nanar menatap lantai dia terus berbincang di ponsel. Sesekali pria itu menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan. ”Maaf ya, saya tidak bisa berkomentar soal itu. Maaf, jangan diekspos ya Mas,” katanya pada media.
Berdasarkan informasi di kepolisian, ibu bocah nahas itu Evih Junaedi, warga Taman Crysant I Blok 1/8, Rawabuntu, Serpong, Tangerang Selatan. HLA, baby sitter, beralamat di Kampung Cibeureum 01/07, Desa Cibatok Dua, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Jaya Hardianto menuturkan, peristiwa korban tenggelam kini ditangani Polrestabes Bandung. Untuk penyidikan polisi telah memanggil sejumlah saksi, termasuk pihak hotel. ”Kami dalami dulu SOP, terutama untuk operasional kolam renang itu. Kalau ada yang salah, kita akan tinjau kembali perizinannya. Saat ini ketiga kolam dalam hotel kita pasangi police line dulu untuk pemeriksaan,” katanya.
Pantauan di lapangan, setelah kejadian itu garis polisi telah melintangi seluruh tepi kolam. Pihak hotel juga memasang papan berisi pengumuman bahwa operasional kolam renang ditutup sementara. Booth tiket dan pintu masuk dari luar menuju kolam renang juga ditutup rapat. Ada tiga bagian dalam kolam renang hotel ini, yaitu kolam ombak, olympic, dan anak.
Dalam peristiwa kemarin kedua korban tenggelam di kolam ombak. Kolam ini dibuat dengan kontur miring layaknya bibir pantai. Semakin ke tengah, kolam semakin dalam. Senior Public Relation and Promotion Manager Hotel Horison Sri Nilawati mengakui bahwa pada saat kejadian belum ada petugas keselamatan yang bertugas.
Ini karena kolam renang memang dibuka untuk umum mulai pukul 07.00-17.00. ”Staf kami tak menegur karena saat itu ada pendampingan dari pengasuhnya yang sudah dewasa. Tapi kami tak mengetahui jika (korban) berenang,” ujarnya.
Nila menerangkan, area kolam ini dibuka 24 jam, namun untuk umum hanya dibatasi buka pada waktu tertentu. Area kolam dijaga oleh tiga petugas life guard yang bekerja dengan sistem shift. J ika ada tamu yang akan berenang pada waktu tertentu seperti malam ataupun dini hari, mereka harus request dulu ke pihak hotel. ”Sehingga life guard nanti menjaga. Khusus kedua korban ini tak ada konfirmasi dulu kepada kami,” katanya.
Mengenai kolam ombak, Nila menjelaskan bahwa kedalamannya sekitar 1,8 meter hingga 2 meter. Gelombang pada kolam itu dihidupkan jika ramai pengunjung semisal pada akhir pekan atau ada permintaan khusus dari tamu. ”Petugas akan mengumumkan terlebih dulu. Ombak ini pun dihidupkan hanya 10 menit,” katanya.
Nila memastikan untuk mengevaluasi sistem keamanan area kolam. Pihak hotel juga siap berkoordinasi dengan kepolisian terkait penyidikan. Mereka juga sudah berkomunikasi dengan keluarga korban yang menginap dalam rangka liburan. ”Kami menyampaikan belasungkawa. Keluarga korban pun telah mengikhlaskan kejadian ini karena ini juga musibah,” katanya.
Agie Permadi
(ftr)