Anak Muda Harus Berani Dirikan Startup
A
A
A
Berprofesi sebagai business analyst di McKinsey & Company selama kurang lebih dua tahun membuat Jason merasa cukup dan ingin melakukan hal yang berbeda dengan menjadi wirasusahawan.
Sebelum mendirikan Berrybenka, Jason yang meraih gelar master jurusan Financial Engineering di Columbia University, Amerika Serikat, pernah mendirikan startup pertamanya pada 2010, yaitu Disdus. Kemudian semenjak 2011 Disdus diakuisisi oleh Groupon Indonesia. Saat ini Jason fokus mengembangkan Berrybenka agar mencapai tujuan untuk menjadi e-commerce fashion nomor satu di Indonesia. Bersama 250 oranglain, Jason mengelola Berrybenka.
”Saya bersyukur memiliki tim yang kuat dan penuh inovasi. Sebab, saya percaya, untuk mengembangkan bisnis ini, perlu kerja sama tim. Tidak mungkin hanya one man show,” ujar pria yang menempuh pendidikan S-1 Teknik Kimia di Purdue University, Amerika Serikat. Bagi Jason, banyak sekali manfaat yang sudah dirasakan dengan membangun bisnis startup.
Jason belajar untuk menjadi pemimpin dan mengarahkan timnya. ”Belajar bagaimana menjalankan perusahaan karena awalnya berdiri hanya dengan kerja tiga sampai lima orang. Jadi, memang banyak pelajaran untuk diri saya juga tiga tahun belakangan ini,” ungkapnya. Dalam mengembangkan bisnisnya, ada beberapa prinsip yang selalu dipegang Jason. Pertama, mengutamakan pelanggan atau consumer.
”Misalnya, di bidang ritel fashion, yang paling utama adalah barang yang ditawarkan itu benar- benar bagus dan pasti memberikan servis yang baik,” ujarnya. Sehingga, sebagai produsen harus dapat memenuhi ekspektasi pelanggan. Kedua adalah fokus dalam mengembangkan tim agar tercipta sistem kerja yang baik dan kuat.
”Sebab, tidak mungkin berjalan karena kerja satu orang. Melainkan, hasil kerja keras semua pihak dari tim itu dan saling membantu,” tuturnya. Ketiga, selalu memberikan inovasi dalam berbisnis. Menurut Jason, bagaimana pun dunia terus berkembang, sehingga perusahaan juga harus mengikuti perubahan tersebut agar dapat terus diterima oleh konsumennya.
Target Jason dalam beberapa tahun ke depan adalah turut mengembangkan bisnis startup di Indonesia. Dengan begitu, akan ada banyak orang yang berani mencoba bisnis teknologi digital ini. ”Saya berharap, perkembangan bisnis ini bisa menginspirasi orang, terutama anak muda, untuk berani membuat usaha sendiri atau bergabung dengan startup. Sebab dengan kemandirian, mereka juga turut membantu perekonomian negara,” ujarnya.
Jason sangat menyesalkan, banyak anak muda Indonesia yang hanya bekerja sebagai karyawan perusahaan biasa. Justru, akan berbahaya karena semakin banyak perusahaan asing yang akan masuk ke Tanah Air. ”Anak muda harus banyak melakukan inovasi. Jangan takut untuk jadi berbeda dan membuat perubahan yang baik,” ungkapnya.
Jason juga berharap, banyak orang terinspirasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebab, market inisangat besar dan peluang terbuka lebar. Pria berkacamata ini ingin terus memberikan motivasi untuk karyawannya. Sebab, ia tidak ingin hanya melihat perusahaan yang berkembang maju. Namun, harus disertai perkembangan seluruh orang yang berada di perusahaan tersebut.
Dina Angelina
Sebelum mendirikan Berrybenka, Jason yang meraih gelar master jurusan Financial Engineering di Columbia University, Amerika Serikat, pernah mendirikan startup pertamanya pada 2010, yaitu Disdus. Kemudian semenjak 2011 Disdus diakuisisi oleh Groupon Indonesia. Saat ini Jason fokus mengembangkan Berrybenka agar mencapai tujuan untuk menjadi e-commerce fashion nomor satu di Indonesia. Bersama 250 oranglain, Jason mengelola Berrybenka.
”Saya bersyukur memiliki tim yang kuat dan penuh inovasi. Sebab, saya percaya, untuk mengembangkan bisnis ini, perlu kerja sama tim. Tidak mungkin hanya one man show,” ujar pria yang menempuh pendidikan S-1 Teknik Kimia di Purdue University, Amerika Serikat. Bagi Jason, banyak sekali manfaat yang sudah dirasakan dengan membangun bisnis startup.
Jason belajar untuk menjadi pemimpin dan mengarahkan timnya. ”Belajar bagaimana menjalankan perusahaan karena awalnya berdiri hanya dengan kerja tiga sampai lima orang. Jadi, memang banyak pelajaran untuk diri saya juga tiga tahun belakangan ini,” ungkapnya. Dalam mengembangkan bisnisnya, ada beberapa prinsip yang selalu dipegang Jason. Pertama, mengutamakan pelanggan atau consumer.
”Misalnya, di bidang ritel fashion, yang paling utama adalah barang yang ditawarkan itu benar- benar bagus dan pasti memberikan servis yang baik,” ujarnya. Sehingga, sebagai produsen harus dapat memenuhi ekspektasi pelanggan. Kedua adalah fokus dalam mengembangkan tim agar tercipta sistem kerja yang baik dan kuat.
”Sebab, tidak mungkin berjalan karena kerja satu orang. Melainkan, hasil kerja keras semua pihak dari tim itu dan saling membantu,” tuturnya. Ketiga, selalu memberikan inovasi dalam berbisnis. Menurut Jason, bagaimana pun dunia terus berkembang, sehingga perusahaan juga harus mengikuti perubahan tersebut agar dapat terus diterima oleh konsumennya.
Target Jason dalam beberapa tahun ke depan adalah turut mengembangkan bisnis startup di Indonesia. Dengan begitu, akan ada banyak orang yang berani mencoba bisnis teknologi digital ini. ”Saya berharap, perkembangan bisnis ini bisa menginspirasi orang, terutama anak muda, untuk berani membuat usaha sendiri atau bergabung dengan startup. Sebab dengan kemandirian, mereka juga turut membantu perekonomian negara,” ujarnya.
Jason sangat menyesalkan, banyak anak muda Indonesia yang hanya bekerja sebagai karyawan perusahaan biasa. Justru, akan berbahaya karena semakin banyak perusahaan asing yang akan masuk ke Tanah Air. ”Anak muda harus banyak melakukan inovasi. Jangan takut untuk jadi berbeda dan membuat perubahan yang baik,” ungkapnya.
Jason juga berharap, banyak orang terinspirasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebab, market inisangat besar dan peluang terbuka lebar. Pria berkacamata ini ingin terus memberikan motivasi untuk karyawannya. Sebab, ia tidak ingin hanya melihat perusahaan yang berkembang maju. Namun, harus disertai perkembangan seluruh orang yang berada di perusahaan tersebut.
Dina Angelina
(bbg)