Empat Calon Ketua Umum PBNU Bersaing

Jum'at, 15 Mei 2015 - 08:45 WIB
Empat Calon Ketua Umum PBNU Bersaing
Empat Calon Ketua Umum PBNU Bersaing
A A A
JAKARTA - Persaingan calon ketua umum (ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Muktamar Ke-33 di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus bakal ketat. Sejumlah kandidat mulai intens menggalang dukungan muktamirin selaku pemilik suara.

Sejauh ini ada empat kandidat ketua umum yang mengemuka dan diperkirakan akan bersaing memperebutkan dukungan di muktamar. Mereka adalah Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU periode 1999-2004 Salahuddin Wahid, mantan Ketua PWNU Jawa Tengah Muhammad Adnan, dan Wakil Ketua Umum PBNU Asad Said Ali.

”Saya sudah berkeliling ke berbagai provinsi, sejauh ini sambutannya sangat baik. Tapi, dukungan itu tentu belum bisa dilihat sekarang,” ujar Salahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Solah kepada KORAN SINDO kemarin. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur ini mengaku sudah mendatangi sejumlah provinsi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Dia juga sudah berkunjung ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Dukungan untuknya tidak hanya datang dari pengurus cabang NU di daerah, melainkan juga dari tokoh NU di pusat. ”Saya didatangi oleh banyak pihak, terutama Pak Hasyim Muzadi, agar bersedia untuk maju menjadi calon,” katanya.

Gus Solah melihat NU sebagai organisasi terbesar Islam di Indonesia belum dimanfaatkan dengan baik karenanya perlu ada pembenahan. Bila nanti diberikan amanah, dirinya berupaya untuk membuat NU lebih baik. ”Harapannya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi agama, pesantren, termasuk bagi bangsa dan negara. Ya, bagi semuanya,” ucap Gus Solah.

Terkait dengan mekanisme pemilihan, dia mengaku tidak mempersoalkan apakah melalui mekanisme musyawarah mufakat ataukah pemungutan suara ( voting ) . ”Terserah peserta dalam hal ini muktamirin . Kalau saya, ikuti saja. Jadi diserahkan pada muktamirin saja,” katanya. Adik Presiden RI keempat Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini mengakui lawan terberatnya adalah Said Aqil Siradj karena posisinya sebagai incumbent.

Namun, dia tidak mengecilkan kekuatan kandidat lain. ”Dari berbagai informasi, tidak banyak yang bisa tampil sebagai calon karena diperlukan syarat 20% dukungan dari seluruh jumlah cabang. Tidak mudah mencapai itu,” katanya. Muhammad Adnan juga optimistis mendapat banyak dukungan pemilik suara.

Di tingkat Jateng, dia mengakui ada 28 dari 36 PCNU yang sudah menyatakan dukungannya. Dukungan itu jadi modal awal untuknya maju di muktamar. Selain itu, pengalamannya memimpin NU Jateng selama tiga periode juga menjadi modal lain untuk bersaing dengan calon lain. Adnan menegaskan, daerah Jateng merupakan basis dukungannya karena dia berasal dari daerah tersebut dan pernah menduduki jabatan sebagai ketua PWNU.

”Kalau untuk Jawa Tengah, tidak mengkhawatirkan meski tidak 100%. Sedangkan untuk daerah lain harus dilakukan pendekatan secara pelan-pelan. Kalau enggak yakin, saya enggak ngoyo seperti Jombang, Jawa Timur, dan Cirebon, Jawa Barat pasti mereka mendukung calon dari daerahnya masing-masing,” sebutnya.

Terkait dengan mekanisme pemilihan, Adnan berpendapat, tidak setuju bila dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat karena di setiap provinsi maupun kabupaten/kota terdapat ketua dan rais aam , yang kalau ditotal jumlahnya mencapai 530 orang se-Indonesia. Mereka adalah figur-figur yang sudah terseleksi di daerah masing-masing.

”Kurang apanya? Di kabupaten/kota dipilih dari tingkat paling bawah. Jadi legalitas dan integritas tidak perlu diragukan lagi, mereka harus diberi penghargaan untuk menentukan siapa calon pemimpinnya,” ucapnya. Jika dipercaya memimpin organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini, Adnan bertekad mengembalikan kepercayaan warga NU atau Nahdliyin maupun pengurus kepada PBNU.

Adnanmenilai, selamainiadapenurunan tingkat kepercayaan terhadap PBNU baik dari segi kepemimpinan, program, organisasi, maupun kebijakannya. Sementara itu, calon incumbent SaidAqil Siradj mengaku siap bila dirinya dipercaya kembali untuk memimpin PBNU.

”Saya ngalir saja. Kalau masih dipercaya, siap. Alhamdulillah (dukungan) kuat semua. Calon lain juga semua kuat,” ucapnya di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin. Selain calon ketua umum PBNU, juga mulai dimunculkan nama kandidat ketua Rais Aam NU. Mereka di antaranya Hasyim Muzadi, Wakil Ketua Rais Aam Syuriah PBNU Mustofa Bisri, dan Rais Syuriah PWNU Jawa Timur Miftahul Akhyar.

Ketua Steering Committee Muktamar NU Slamet Effendi Yusuf mempersilakan para kandidat untuk bersaing di muktamar. Namun, Slamet mengingatkan semua pihak agar tidak berkutat pada siapa yang akan menjadi rais aam dan ketua umum Tanfidziyah PBNU, melainkan mengajak para pengurus cabang membahas konsep yang matang untuk meningkatkan peran NU secara global.

Sucipto/farid firdaus
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9251 seconds (0.1#10.140)