Rano Tawarkan Potensi Investasi ke Turki
A
A
A
SERANG - Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Banten Rano Karno menawarkan sejumlah potensi investasi kepada Duta Besar (Dubes) Turki untuk Indonesia Zekeria Ackam saat kunjungannya di Eks Pendopo Gubernur Banten, Jalan Brigjen KH Syamun, Kota Serang, kemarin.
Banten merupakan provinsi baru yang memiliki potensi bisnis daerah, seperti pertanian, peternakan, pariwisata, kelautan, perikanan, dan pertambangan. ”Lokasi geostrategi wilayah didukung limpahan potensi sumber daya alam (SDA) dan dukungan infrastruktur yang terbangun memberikan nilai tambah bagi para investor,” ujar Rano di hadapan delegasi Turki dan perwakilan Kementerian Perekonomian.
Dia menjelaskan, Banten mempunyai tiga kawasan ekonomi khusus yang masuk Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), yaitu kawasan khusus Bandara Internasional Soekarno- Hatta, kawasan strategi dan infrastruktur Selat Sunda di Cilegon, serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung di Pandeglang.
Banten juga memiliki lebih dari 19 kawasan dan zona industri seluas sekitar 8.000 hektare. ”Lebih dari 1.700 perusahaan industri dan lebih dari 9.000 industri kecil-menengah yang melakukan usahanya di Banten,” ucapnya. Dubes Turki untuk Indonesia Zekeria Ackam menuturkan, kunjungan kerja ke Banten bertujuan meng-update hubungan kedua wilayah, khususnya bidang perekonomian.
”Kerja sama di semua bidang kemungkinan bisa dilakukan baik dengan pemerintah Turki maupun pemerintah provinsi yang ada di Turki. Banten harus bisa membuka market di sana karena Turki merupakan gerbang investasi diEropa,” ujarnya. Di bagian lain, tahun ini menjadi titik krusial bagi industri gula nasional.
Hingga kini belum ada jaminan akan membaiknya kinerja pabrik gula yang sebagian besar milik BUMN sehingga belum dapat menjadi acuan petani. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) yang memiliki anggota sekitar 500.000 orang di seluruh Indonesia mengkhawatirkan wacana reshuffle bisa memperburuk kondisi industri gula nasional.
”Hiruk-pikuk geser-menggeser ini malah akan memperkeruh suasana sehingga harga gula jatuh seperti 2013-2014, yang ujung-ujungnya mematikan petani dan membuat industri gula nasional gulung tikar. Dalam kondisi ini seharusnya tercipta pasar sehat, tidak diganggu hal-hal yang malah memperburuk keadaan,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI Soemitro Samadikoen kemarin.
Menurut dia, justru di era Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel saat ini harga gula mulai mengarah normal. Itu berkat beberapa kebijakan Mendag yang dinilai menopang terciptanya pasar yang sehat. Salah satunya keberanian Gobel mencabut Surat Menteri Perdagangan No 111 Tahun 2009 tentang Distribusi Gula Rafinasi melalui distributor.
Pencabutan surat tersebut menunjukkan pemerintah telah makin nyata keberpihakannya pada upaya membangun tata niaga gula yang berkeadilan, karena petani tebu dan industri gula nasional tidak diganggu lagi adanya rembesan gula rafinasi dengan bahan baku gula mentah (raw sugar) impor. ”Langkah Mendag yang cepat tanggap itu perlu diapresiasi, sebab dari situlah yang menjadikan sulitnya dilakukan pengawasan pemasaran gula rafinasi,” ujar Soemitro.
Teguh mahardika/ helmi syarif
Banten merupakan provinsi baru yang memiliki potensi bisnis daerah, seperti pertanian, peternakan, pariwisata, kelautan, perikanan, dan pertambangan. ”Lokasi geostrategi wilayah didukung limpahan potensi sumber daya alam (SDA) dan dukungan infrastruktur yang terbangun memberikan nilai tambah bagi para investor,” ujar Rano di hadapan delegasi Turki dan perwakilan Kementerian Perekonomian.
Dia menjelaskan, Banten mempunyai tiga kawasan ekonomi khusus yang masuk Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), yaitu kawasan khusus Bandara Internasional Soekarno- Hatta, kawasan strategi dan infrastruktur Selat Sunda di Cilegon, serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung di Pandeglang.
Banten juga memiliki lebih dari 19 kawasan dan zona industri seluas sekitar 8.000 hektare. ”Lebih dari 1.700 perusahaan industri dan lebih dari 9.000 industri kecil-menengah yang melakukan usahanya di Banten,” ucapnya. Dubes Turki untuk Indonesia Zekeria Ackam menuturkan, kunjungan kerja ke Banten bertujuan meng-update hubungan kedua wilayah, khususnya bidang perekonomian.
”Kerja sama di semua bidang kemungkinan bisa dilakukan baik dengan pemerintah Turki maupun pemerintah provinsi yang ada di Turki. Banten harus bisa membuka market di sana karena Turki merupakan gerbang investasi diEropa,” ujarnya. Di bagian lain, tahun ini menjadi titik krusial bagi industri gula nasional.
Hingga kini belum ada jaminan akan membaiknya kinerja pabrik gula yang sebagian besar milik BUMN sehingga belum dapat menjadi acuan petani. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) yang memiliki anggota sekitar 500.000 orang di seluruh Indonesia mengkhawatirkan wacana reshuffle bisa memperburuk kondisi industri gula nasional.
”Hiruk-pikuk geser-menggeser ini malah akan memperkeruh suasana sehingga harga gula jatuh seperti 2013-2014, yang ujung-ujungnya mematikan petani dan membuat industri gula nasional gulung tikar. Dalam kondisi ini seharusnya tercipta pasar sehat, tidak diganggu hal-hal yang malah memperburuk keadaan,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI Soemitro Samadikoen kemarin.
Menurut dia, justru di era Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel saat ini harga gula mulai mengarah normal. Itu berkat beberapa kebijakan Mendag yang dinilai menopang terciptanya pasar yang sehat. Salah satunya keberanian Gobel mencabut Surat Menteri Perdagangan No 111 Tahun 2009 tentang Distribusi Gula Rafinasi melalui distributor.
Pencabutan surat tersebut menunjukkan pemerintah telah makin nyata keberpihakannya pada upaya membangun tata niaga gula yang berkeadilan, karena petani tebu dan industri gula nasional tidak diganggu lagi adanya rembesan gula rafinasi dengan bahan baku gula mentah (raw sugar) impor. ”Langkah Mendag yang cepat tanggap itu perlu diapresiasi, sebab dari situlah yang menjadikan sulitnya dilakukan pengawasan pemasaran gula rafinasi,” ujar Soemitro.
Teguh mahardika/ helmi syarif
(bbg)