Siswa Indonesia Siap Bertanding di Olimpiade
A
A
A
JAKARTA - Siswa Indonesia diundang untuk mengikuti olimpiade standardisasi internasional pertama di Korea Selatan( Korsel). Olimpiadeinijuga akan mengasah kompetensi siswa dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengatakan, undangan dari Korsel tersebut ada sejak 2014. Tahun lalu Indonesia dan Malaysia menjadi negara pertama yang diundang mengikuti olimpiade standardisasi yang sebelumnya masih berkelas nasional di Korsel.
Tahun lalu tim dari Indonesia berhasil meraih medali emas dan perak. Adapun pada tahun ini dia berharap lebih banyak lagi medali yang dipersembahkan delegasi Indonesia meski harus bersaing dengan tim Eropa dan Asia lainnya. ”Olimpiade ini juga meningkatkan kompetensi pelajar kita untuk bersaing di era global serta bersiap menghadapi keseriusan kita menghadapi MEA,” katanya pada pembukaan Kompetisi Standardisasi Tingkat Nasional SMA/SMK di Kantor BSN, Jakarta, kemarin.
Bambang menjelaskan, kompetensi pelajar yang diperlukan dalam menghadapi MEA adalah bagaimana memberikan pemahaman mereka mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian. Perkembangan teknologi dan bisnis membuat peran standar semakin penting guna membangun daya saing bangsa. Kompetensi personel, menurut Bambang, merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing di era globalisasi khususnya dalam menghadapi MEA.
Kembali ke olimpiade standarisasi internasional, Bambang menerangkan, pada 12–13 Mei ini pihaknya sedang menyeleksi tim dari siswa SMA/ SMK yang akan diberangkatkan ke Korsel melalui Kompetensi Standardisasi Tingkat Nasional SMA/SMK. Ada 10 tim yang bertanding, di antaranya tim dari SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, SMAK Petra 1 Surabaya, dan SMA 70 Jakarta.
”Mereka akan memecahkan masalah sederhana atau ketidaknyamanan kehidupan sehari- hari dengan memanfaatkan standar dan meningkatkan siswa dan guru untuk belajar dan mengajarkan standardisasi,” ujarnya. Bambangmenjelaskan, olimpiade standardisasi ini menarik untuk diikuti karena Korsel menjadikan ide dan hasil karya peserta olimpiade sebagai referensi kebijakan nasional pengembangan standar di Korsel.
Sebagai contoh, dua hasil karya atau ide dari olimpiade diadopsi sebagai proyek utama standar nasional Korea tahun 2009, yaitu standar untuk keypad(papan ketik) telepon seluler dan standar untuk tingkat kepedasan. Sementara itu Kasubdit Pembelajaran Direktorat Pembinaan SMK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Agung Budi Santoso menambahkan, olimpiade ini menjadi penting untuk diikuti karena dapat menggali kreativitas dan inovasi serta melatih kecepatan berpikir yang menjadi bagian dari proses pendidikan.
”Kreativitas siswa harus ditingkatkan dan Korsel bisa dijadikan anutan inovasi. Lihat saja Samsung sudah berapa kali ganti teknologi di handphone. Menarik sekali ketika hasil karya pemenang olimpiade akan dipakai untuk kebijakan inovasi Korsel,” jelasnya. Agung menuturkan, dalam Kurikulum 2013 memang sudah ada materi kreasi dan inovasi melalui pelajaran kewirausahaan dan prakarya yang sebelumnya hanya diajarkan di SMK.
Salah satu peserta dari SMA 70 Jakarta Rizky berujar, pengetahuan tentang standardisasi memang perlu untuk diketahui semua orang. Dia pun mengakui sudah mempraktikkan memakai barang terstandardisasi dalam keseharian. Contohnya dengan memakai helm ber-SNI agar berkendara lebih aman dan nyaman.
Neneng zubaidah
Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengatakan, undangan dari Korsel tersebut ada sejak 2014. Tahun lalu Indonesia dan Malaysia menjadi negara pertama yang diundang mengikuti olimpiade standardisasi yang sebelumnya masih berkelas nasional di Korsel.
Tahun lalu tim dari Indonesia berhasil meraih medali emas dan perak. Adapun pada tahun ini dia berharap lebih banyak lagi medali yang dipersembahkan delegasi Indonesia meski harus bersaing dengan tim Eropa dan Asia lainnya. ”Olimpiade ini juga meningkatkan kompetensi pelajar kita untuk bersaing di era global serta bersiap menghadapi keseriusan kita menghadapi MEA,” katanya pada pembukaan Kompetisi Standardisasi Tingkat Nasional SMA/SMK di Kantor BSN, Jakarta, kemarin.
Bambang menjelaskan, kompetensi pelajar yang diperlukan dalam menghadapi MEA adalah bagaimana memberikan pemahaman mereka mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian. Perkembangan teknologi dan bisnis membuat peran standar semakin penting guna membangun daya saing bangsa. Kompetensi personel, menurut Bambang, merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing di era globalisasi khususnya dalam menghadapi MEA.
Kembali ke olimpiade standarisasi internasional, Bambang menerangkan, pada 12–13 Mei ini pihaknya sedang menyeleksi tim dari siswa SMA/ SMK yang akan diberangkatkan ke Korsel melalui Kompetensi Standardisasi Tingkat Nasional SMA/SMK. Ada 10 tim yang bertanding, di antaranya tim dari SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, SMAK Petra 1 Surabaya, dan SMA 70 Jakarta.
”Mereka akan memecahkan masalah sederhana atau ketidaknyamanan kehidupan sehari- hari dengan memanfaatkan standar dan meningkatkan siswa dan guru untuk belajar dan mengajarkan standardisasi,” ujarnya. Bambangmenjelaskan, olimpiade standardisasi ini menarik untuk diikuti karena Korsel menjadikan ide dan hasil karya peserta olimpiade sebagai referensi kebijakan nasional pengembangan standar di Korsel.
Sebagai contoh, dua hasil karya atau ide dari olimpiade diadopsi sebagai proyek utama standar nasional Korea tahun 2009, yaitu standar untuk keypad(papan ketik) telepon seluler dan standar untuk tingkat kepedasan. Sementara itu Kasubdit Pembelajaran Direktorat Pembinaan SMK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Agung Budi Santoso menambahkan, olimpiade ini menjadi penting untuk diikuti karena dapat menggali kreativitas dan inovasi serta melatih kecepatan berpikir yang menjadi bagian dari proses pendidikan.
”Kreativitas siswa harus ditingkatkan dan Korsel bisa dijadikan anutan inovasi. Lihat saja Samsung sudah berapa kali ganti teknologi di handphone. Menarik sekali ketika hasil karya pemenang olimpiade akan dipakai untuk kebijakan inovasi Korsel,” jelasnya. Agung menuturkan, dalam Kurikulum 2013 memang sudah ada materi kreasi dan inovasi melalui pelajaran kewirausahaan dan prakarya yang sebelumnya hanya diajarkan di SMK.
Salah satu peserta dari SMA 70 Jakarta Rizky berujar, pengetahuan tentang standardisasi memang perlu untuk diketahui semua orang. Dia pun mengakui sudah mempraktikkan memakai barang terstandardisasi dalam keseharian. Contohnya dengan memakai helm ber-SNI agar berkendara lebih aman dan nyaman.
Neneng zubaidah
(bbg)