Elite-elite Parpol Hadir, Kongres Demokrat Tandingan Tipis
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah elite partai politik (Parpol) dijadwalkan bakal menghadiri pembukaan Kongres IV Partai Demokrat yang digelar di Hotel Sangri-La Surabaya, Jawa Timur. Kehadiran tokoh dan elite parpol di Kongres Demokrat dinilai semakin menguatkan legitimasi kongres.
"Kalau perwakilan pemerintah datang, kemudian tokoh KMP dan KIH semakin menjamur hadir di kongres, maka kongres tandingan semakin tipis," kata Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago ketika dihubungi Sindonews, di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Pangi mengatakan, kehadiran elite parpol yang diundang Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut bukan sekedar 'basa-basi' politik, melainkan bagian dari legitimasi politik. Sehingga peran mereka menjadi modal legitimasi Kongres.
Menurut Pangi, potensi kongres tandingan bisa dibuat loyalis Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum) yang mayoritas hak suaranya sudah dicabut atau di-Plt-kan. Namun potensi itu pun masih kecil, lantaran calon yang diusung tidak mendapat restu dari petinggi Demokrat.
Belum lagi, buat menggalang kongres tandingan biaya yang dikeluarkan cukup besar, sehingga sulit buat mengkoordinir kekuatan tandingan. "Seperti kongres dan munas tandingan yang sudah sudah ada, pemodalnya yang punya kepentingan," pungkasnya.
Sebelumnya tersiar kabar terdapat penolakan Kongres Demokrat. Penolakan datang dari pengurus DPC Demokrat yang hak suaranya dicabut dan tidak diakomodir. Penolakan itu juga mencuatkan wacana akan adanya kongres tandingan.
"Kalau perwakilan pemerintah datang, kemudian tokoh KMP dan KIH semakin menjamur hadir di kongres, maka kongres tandingan semakin tipis," kata Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago ketika dihubungi Sindonews, di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Pangi mengatakan, kehadiran elite parpol yang diundang Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut bukan sekedar 'basa-basi' politik, melainkan bagian dari legitimasi politik. Sehingga peran mereka menjadi modal legitimasi Kongres.
Menurut Pangi, potensi kongres tandingan bisa dibuat loyalis Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum) yang mayoritas hak suaranya sudah dicabut atau di-Plt-kan. Namun potensi itu pun masih kecil, lantaran calon yang diusung tidak mendapat restu dari petinggi Demokrat.
Belum lagi, buat menggalang kongres tandingan biaya yang dikeluarkan cukup besar, sehingga sulit buat mengkoordinir kekuatan tandingan. "Seperti kongres dan munas tandingan yang sudah sudah ada, pemodalnya yang punya kepentingan," pungkasnya.
Sebelumnya tersiar kabar terdapat penolakan Kongres Demokrat. Penolakan datang dari pengurus DPC Demokrat yang hak suaranya dicabut dan tidak diakomodir. Penolakan itu juga mencuatkan wacana akan adanya kongres tandingan.
(hyk)