Setelah PPP dan Golkar, Giliran Demokrat Kena Badai Politik

Sabtu, 25 April 2015 - 17:08 WIB
Setelah PPP dan Golkar, Giliran Demokrat Kena Badai Politik
Setelah PPP dan Golkar, Giliran Demokrat Kena Badai Politik
A A A
JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) telah usai menggelar proses pergantian ketua umum (ketum).

Bukan perjalanan yang mudah tiga partai politik (parpol) terebut menjalani proses tersebut. Terbukti dengan PPP dan Partai Golkar yang usai menyelenggarakan Muktamar dan Munas malah berakhir dengan konflik yang berkepanjangan hingga saat ini.

Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menilai, dalam pergantian ketum partai politik terdapat situasi dimana akan ada badai politik yang menerjang dalam prosesnya.

Saat ini, kata Pangi, badai itu sedang melanda Partai Demokrat yang akan menggelar Kongres ke-III di Surabaya, Jawa Timur pada 11-13 Mei 2015 mendatang.

"Setelah PPP, PDIP dan Golkar terkena tiupan gelombang angin topan, nampak-nampaknya giliran Partai Demokrat sekarang mulai terkena dampak petir dan cuaca ekstrim atmosfir politik," ujar Pangi melalui pesan singkat kepada Sindonews, Sabtu (25/4/2015).

Pengamat dari Indo Strategi itu mengatakan, terdapat beberapa catatan yang dimilikinya terkait fenomena tersebut. Salah satunya, ungkap Pangi, timbulnya gerakan mosi tidak percaya terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelang Kongres Demokrat.

"Pertama, propoganda yang bisa saja sengaja disetting dari awal berupa dengan membentuk tikungan dan belokan untuk menghambat saluran SBY terpilih kembali menjadi ketua umum, dengan tujuan kehendak SBY tidak berjalan mulus melenggang menjadi ketua umum Partai Demokrat," paparnya.

Pangi menambahkan, badai yang menimpa Demokrat saat ini adalah hal yang wajar. Pasalnya, banyak dari lawan politik dan partai kompetitor yang tidak menginginkan SBY terpilih kembali menjadi ketum partai berlambang segitiga ini.

"SBY adalah politisi yang canggih dan hebat memainkan peran strategi perang dalam memenangkan Pemilu 2019. Artinya, SBY sebagai ketua umum Demokrat secara tak langsung menjadi ancaman serius bagi partai lain," jelas Pangi.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8121 seconds (0.1#10.140)