DPR Minta Pemerintah Prioritaskan Anggaran Basarnas
A
A
A
JAKARTA - Komisi V DPR RI meminta pemerintah dalam hal ini Badan SAR Nasional (Basarnas), agar memprioritaskan pembelian peralatan canggih dalam penyusunan rencana kerja pemerintah tahun 2015 dan rencana kerja dan anggaran kementerian atau lembaga tahun 2015.
Hal ini sesuai surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No. 0091/M.PPN/03/2014 dan surat Menteri Keuangan No. S-179/MK.02/2014, pagu indikatif Badan SAR Nasional sebesar Rp1,627 triliun, sementara kebutuhannya mencapai Rp3,489 triliun.
Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional.
Anggota DPR RI Komisi V Sigit Sosiantomo menekankan, perlunya peralatan canggih ini dengan mengingatkan kasus runtuhnya jembatan gantung Kutai Kartanegara Ing Martadipura di Tenggarong yang terjadi tahun 2011 silam.
Saat itu jembatan runtuh pada tanggal 26 Nopember 2011 dan penanganan oleh organisasi berpotensi SAR yang dikoordinir Basarnas hingga tanggal 19 Desember 2011 ditemukan 23 orang meninggal dan 14 orang dalam pencarian.
Menurutnya, Basarnas adalah supporting system bagi sektor transportasi dan sektor lainnya. "Basarnas perlu memprioritaskan peralaran canggih untuk mengantisipasi kemajuan perekonomian kita," kata Sigit dalam rilisnya Rabu (11/6/2014).
"Sekarang sudah ada double track jalur kereta api di pantura, ada juga rencana kereta api super cepat, yang tentu akan meningkatkan kecepatan kereta. Jika terjadi tabrakan kereta, bagaimana Basarnas bisa bersikap?" imbuhnya.
Pada kasus runtuhnya jembatan saat itu, Basarnas melaporkan banyaknya kendala dalam evakuasi. Antara lain visibility atau jarak pandang di kedalaman air adalah nol yang menyebabkan penyelam hanya bisa meraba semua benda yang ada di dalam air.
Selain itu kondisi arus di bawah permukaan sangat kuat, cenderung menghanyutkan penyelam menjauhi titik-titik sasaran. Faktor lain adalah dasar sungai yang cukup dalam antara 30-50 meter, semakin mempersulit evakuasi.
"Oleh karena itu harus ada peralatan canggih untuk penyelamatan. Dalam beberapa kasus kecelakaan, korban sering berjam-jam terjebak dalam kecelakaan dan sulit untuk diselamatkan," pungkasnya.
Hal ini sesuai surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No. 0091/M.PPN/03/2014 dan surat Menteri Keuangan No. S-179/MK.02/2014, pagu indikatif Badan SAR Nasional sebesar Rp1,627 triliun, sementara kebutuhannya mencapai Rp3,489 triliun.
Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional.
Anggota DPR RI Komisi V Sigit Sosiantomo menekankan, perlunya peralatan canggih ini dengan mengingatkan kasus runtuhnya jembatan gantung Kutai Kartanegara Ing Martadipura di Tenggarong yang terjadi tahun 2011 silam.
Saat itu jembatan runtuh pada tanggal 26 Nopember 2011 dan penanganan oleh organisasi berpotensi SAR yang dikoordinir Basarnas hingga tanggal 19 Desember 2011 ditemukan 23 orang meninggal dan 14 orang dalam pencarian.
Menurutnya, Basarnas adalah supporting system bagi sektor transportasi dan sektor lainnya. "Basarnas perlu memprioritaskan peralaran canggih untuk mengantisipasi kemajuan perekonomian kita," kata Sigit dalam rilisnya Rabu (11/6/2014).
"Sekarang sudah ada double track jalur kereta api di pantura, ada juga rencana kereta api super cepat, yang tentu akan meningkatkan kecepatan kereta. Jika terjadi tabrakan kereta, bagaimana Basarnas bisa bersikap?" imbuhnya.
Pada kasus runtuhnya jembatan saat itu, Basarnas melaporkan banyaknya kendala dalam evakuasi. Antara lain visibility atau jarak pandang di kedalaman air adalah nol yang menyebabkan penyelam hanya bisa meraba semua benda yang ada di dalam air.
Selain itu kondisi arus di bawah permukaan sangat kuat, cenderung menghanyutkan penyelam menjauhi titik-titik sasaran. Faktor lain adalah dasar sungai yang cukup dalam antara 30-50 meter, semakin mempersulit evakuasi.
"Oleh karena itu harus ada peralatan canggih untuk penyelamatan. Dalam beberapa kasus kecelakaan, korban sering berjam-jam terjebak dalam kecelakaan dan sulit untuk diselamatkan," pungkasnya.
(maf)