Kisah 2 lansia dengan rumah tinggal di tanah rawa

Minggu, 04 Agustus 2013 - 23:02 WIB
Kisah 2 lansia dengan rumah tinggal di tanah rawa
Kisah 2 lansia dengan rumah tinggal di tanah rawa
A A A
Sindonews.com - Gubuk reyot mengapung diatas rawa menjadi tempat tinggal Ridwan (83) dan Umi Atikah (60), di RT 14/07 Jalan Kalibaru Barat 4, Cilincing, Jakarta utara.

Dua lansia yang hidup di rumah tidak laik huni merasa nyaman dan tidak tergangu. Selama 23 tahun di Jakarta sejak 1974 dan menetap di Cilincing tahun 1990, rumah yang mereka tinggali itu tidak pernah direnovasi.

"Rumahnya sudah dua kali roboh, ya saya dan bapak benarin sekadarnya," ujar Ridwan saat didatangi Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri, Minggu (4/8/2013).

Kesehariannya, Ridwan bekerja serabutan. Berbekal kenalan teman yang mempercayai dia untuk menjual motor atau mobil yang ditawarkan kepada orang lain, menjadi sumber rezeki Ridwan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

"Enggak tentu (penghasilannya), kadang kalau ada ya bawa uang. Kalau enggak ada yang jual mobil ya enggak ada uang," tuturnya.

Begitu juga dengan Istrinya, Umi Atikah yang dulunya bekerja sebagai kuli cuci strika dirumah warga tidak jauhg dari rumahnya juga merasa nyaman dan senang. Kesehariannya dirinya mengaku hidup normal seperti masyarakat sekitar rumahnya.

"Walaupun rumah saya di atas rawa, tetapi saya masih masak untuk bapak, mencuci baju dan bersih-bersih," kata Umi sambil tersenyum lepas.

Jika musim hujan, dirinya mengaku sering kebanjiran. Terlebih ubin rumah yang hanya beralas tanah, langsung terasa lembek. Bahkan beberapa kali, membuat wanita paruh baya tersebut terjeblos, karena kultur tanah rawa memang demikian. "Jika salah-salah injak tanah bisa tenggelam karena bawahnya kan rawa," tuturnya.

Dulunya, rumah yang dibangun di atas rawa tersebut adalah rumah panggung tetapi karena rapuh menjadi kan rumah tersebut ambruk dan dibangun diatas tanah rawa. Kamar mandi dan dapur yang dibangun disebelah kamar dan kandang burung yang ditaruh diatas tempat tidur. "Mandi ada kamar mandinya, tetapi pintunya pake terpal. Dapur ada disebelah kamar mandi. Ya cukuplah buat masak-masak," katanya.

Beruntung, berbekal uang yang diberikan oleh anak angkatnya, kedua lansia ini bisa hidup dan meneruskan perjuanganya untuk membenarkan rumah mereka. Saat ditanya kenapa tidak mau mengontrak, wanita yang menemani Ridwan sekira 22 tahun ini, merasa masih betah tinggal di rumahnya dan berharap ada yang dapat membenarkan dan merenovasi rumah mereka. "Alhamdulilah Pak Mensos dapat mengunjungi dan memberikan dana untuk rehab rumah saya," harapnya.

Melihat hal ini, Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Aljufri mengatakan, ini merupakan potret kehidupan di Indonesia. Lansia yang hidup bersama di atas tanah yang tidak laik dibuat rumah mereka tempati dan menetap selama 23 tahun.

Untuk itu, dalam mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang salah satunya bedah rumah, akan dilakukan di rumah Pak Ridwan.

"Bedah rumah ini adalah agenda rutin Kemensos yang diberikan kepada masyarakat dikarenakan rumahnya memang laik direnovasi. Ubin beralas tanah, ada kandang burung tetapi lansia ini masih kuat bertahan," ucap Mensos dengan bangga kepada kedua orang tua tersebut.

Mensos mengatakan, setiap rumah yang dibedah akan didanai sebanyak Rp10 juta. Dana tersebut tidak untuk membayar tukang, melainkan bedah rumah tersebut dibangun oleh masyarakat sekitar. selama 2013 target Kemensos dalam melakukan bedah rumah sekitar 15 juta rumah tidak laik huni yang direhab. "Saat ini sudah hampir 15 juta rumah di seluruh Indonesia (direnovasi) dan merata," tandasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6256 seconds (0.1#10.140)