Perang melawan spekulan domain

Kamis, 07 Februari 2013 - 11:04 WIB
Perang melawan spekulan domain
Perang melawan spekulan domain
A A A
Kehadiran dan perkembangan internet telah memberikan banyak manfaat di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk dunia bisnis. Lewat dunia maya ini, berbagai bisnis bisa dijalankan.

Untuk menciptakan basis klien atau pelanggan baru, bukanlah sebuah persoalan mudah. Internet bisa menjadi salah satu instrumen yang tepat untuk basis pertemuan jutaan orang di seluruh dunia. Dengan demikian, untuk mendapatkan pelanggan baru lebih mudah dengan keberadaan kelompok yang besar di internet tersebut.

Di samping itu,internet juga bisa dijadikan sarana melakukan riset pemasaran karena produsen dan pelanggan bisa langsung berhadapan. Analisa pasar membantu perusahaan mendapatkan ide dalam pengembangan produk baru yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Karena itu, tidak heran jika semua pelaku usaha berupaya untuk memiliki nama domain untuk memperkenalkan identitas usaha mereka lewat dunia maya.

Domain merupakan nama unik untuk mengidentifikasi nama server komputer perusahaan misalnya www.namaperusahaan.com. Nah, dengan memiliki domain, strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan akan semakin meluas.

Manfaat memiliki domain tidak terbatas bagi pelaku usaha, tetapi semua institusi juga bisa memanfaatkan “tanah” maya ini sebagai media promosi. Namun, saat ini domain itu menjadi sebuah lahan bisnis yang menggiurkan.

Tak heran jika banyak orang yang kini tertarik menjadi spekulan domain. Dengan hanya biaya registrasi yang murah, jika beruntung, seorang spekulan akan meraup jutaan rupiah. Ketika ramai-ramai pemilihan presiden di Indonesia pada 2009 misalnya terdapat domain dengan nama situs sbyboediono.com. Praktis, pemilik situs ini mengambil kesempatan yang tepat dan melelangnya. Disebut-sebut, domain sbyboediono.com.

laku dengan harga sekitar Rp300 juta. Kebutuhan tim sukses SBY-Boediono saat itu berharap besar untuk membuat situs resmi guna mempromosikan kandidat mereka. Profesi spekulan domain menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.Tetapi, pandangan lain menyebutkan, profesi ini menghancurkan masa depan perdagangan di dunia maya karena sarat dengan penipuan.

Seorang mitra di Duane Morris San Francisco,yang fokus pada Sengketa Kekayaan Intelektual Teknologi Informasi Eric J Sinrod,mengatakan,meskipun undang-undang antispekulan domain (anticybersquatting) diatur sejak 1999 di Amerika Serikat (AS), praktik ini masih tetap menjadi ancaman.

Jumlah pemakai domain .com (dot commercial) meningkatduakalilipatsejak2003.“ Sedangkan jumlah yang bersengketa akibat perlakuan cybersquatter yang telah diajukan ke World Intellectual Property Organization meningkat 25% dari 2005 hingga 2006.

Sedangkan total sengketa persoalan ini melonjak 248% pada 2006,” kata Sindrod dikutip dari cnet.com. Tidak hanya itu, pada 2007 juga terdapat koalisi besar yang mengampanyekan secara nasional melawan penipuan pendaftaran nama domain yang merupakan bagian perilaku spekulan. Sejumlah koalisi itu organisasi nirlaba yang berbasis di Washington DC seperti Yahoo, AIG, Dell, Eli Lily, Hilton, HSBC, Marriot, Verizon,dan Wyndham.

“Kemunculan para spekulan domain tersebut menjadi ancaman bagi kelangsungan perdagangan melalui jalur internet,” kata Sindrod.

Dengan banyaknya spekulan domain yang mendaftarkan ulang nama merek-merek terkenal yang menjadi merek dagang (trademark), mereka memikat konsumen untuk membeli produk-produk palsu.Konsumen bahkan menjadi korban penipuan karena tidak ada garansi seperti yang ditawarkan pada merek asli.

Akibat dari sekira satu juta domain perusahaan besar yang terdaftar ulang, hal ini membuat keuntungan spekulan senilai lebih dari USD100 juta per tahun. Kasus seperti ini terjadi pada merek-merek perusahaan besar seperti Twitter, Pinterest, Foursquare, dan Quora.

Seorang pria asal Nanjing, China, Qian Jin, digugat perusahaan Pinterest karena mendaftarkan ulang nama Pinterest menjadi Pinterests.com dan Pinterest.de.

Nama trademark Pinterest diubah dengan menambahkan huruf atgau menggunakan domain lain (dot de) yang hampir sama dengan nama aslinya (Pinterest). Hasilnya, domain yang dibuat pria ini memiliki jutaan iklan dan banyak dihampiri pengguna internet.“Tapi, tampaknya Pinterest (palsu) itu hanya menjadi tempat iklan buangan,” tulis laman Gigaom.com.

Spekulan domain tidak menerapkan strategi pemakaian brand sebagaimana kasus jual beli merek yang biasa dilakukan di kalangan pelaku usaha. Mereka hanya memainkan karakter yang sedikit sama dengan perusahaan besar yang membuat citra perusahaan besar rentan menjadi objek penipuan. Cara spekulan seperti itu mengakibatkan banyak perusahaan yang mengampanyekan antispekulan domain.

Pakar teknologi informasi Nukman Lutfie mengatakan, kebanyakan spekulan domain tidak paham dengan pemakaian strategi brand. Meski domain yang mereka miliki punya nama seperti merek perusahaan, itu tidak banyak konsumen yang tertarik.

Selain itu, sejumlah kasus lelang alamat domain seperti situs sbyboediono.com yang ramai ketika menjelang Pemilu 2009 juga sebenarnya fenomena harga domain tersebut hanyalah transaksi jual beli yang biasa saja.

“Kelebihan domain sebenarnya ada pada mesin pencari (search engine). Karena itu, tidak heran jika ada domain yang hanya didiamkan alias di-parking saja, namun memiliki banyak tautan ke mana-mana,” kata Nukman.

Meski begitu, keberadaan domain-domain berspekulasi memakai nama merek perusahaan- perusahaan besar sangat mengganggu bagi strategi promosi perusahaan asli.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0900 seconds (0.1#10.140)