Patroli Bersama Tiga Negara Solusi Utama Cegah Perompakan
A
A
A
JAKARTA - Kasus perompakan sekaligus penyanderaan terhadap warga negara Indonesia (WNI) akan terus terjadi jika Indonesia, Malaysia dan Filipina tak serius membangun kerja sama keamanan laut bersama. Maka itu, patroli bersama yang melibatkan tiga negara itu di wilayah rawan perompakan dianggap perlu segera dimulai.
"Mengingat di wilayah perbatasan laut ketiga negara merupakan wilayah tangkapan nelayan tradisional, sekaligus berfungsi sebagai perlintasan perdagangan antar pulau yang sudah berlangsung cukup lama, sebelum negara terbentuk," ujar Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) Salim S Mengga saat dihubungi wartawan, Selasa (12/7/2016).
Politikus Partai Demokrat ini juga mengungkapkan, tidak hanya kelompok Abu Sayyaf yang beroperasi di wilayah perbatasan laut ketiga negara itu. "Karena itulah kerja sama menjadi sangat penting bagi ketiga negara ini," ucapnya.
Sekadar diketahui, kasus penyanderaan terhadap WNI itu telah terjadi empat kali dalam kurun waktu dua bulan belakangan. Terakhir, tiga WNI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) diculik oleh kelompok bersenjata di Lahad Datu, Malaysia belum lama ini.
Salim tak yakin pelaku penyandera tiga WNI asal NTT itu merupakan kelompok Abu Sayyaf, jika melihat pola yang digunakan. "Besar kemungkinan mereka sesungguhnya adalah perompak," imbuhnya.
Atau, lanjut dia, para pelaku penyandera merupakan bagian dari kelompok perlawanan yang ada Filipina alias sempalan yang sudah tidak loyal. Adapun patroli bersama Indonesia, Filipina dan Malaysia dikabarkan bakal dimulai bulan Juli ini. Patroli bersama itu telah disepakati oleh ketiga negara tersebut pada Kamis 5 Mei 2016 lalu.
"Mengingat di wilayah perbatasan laut ketiga negara merupakan wilayah tangkapan nelayan tradisional, sekaligus berfungsi sebagai perlintasan perdagangan antar pulau yang sudah berlangsung cukup lama, sebelum negara terbentuk," ujar Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) Salim S Mengga saat dihubungi wartawan, Selasa (12/7/2016).
Politikus Partai Demokrat ini juga mengungkapkan, tidak hanya kelompok Abu Sayyaf yang beroperasi di wilayah perbatasan laut ketiga negara itu. "Karena itulah kerja sama menjadi sangat penting bagi ketiga negara ini," ucapnya.
Sekadar diketahui, kasus penyanderaan terhadap WNI itu telah terjadi empat kali dalam kurun waktu dua bulan belakangan. Terakhir, tiga WNI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) diculik oleh kelompok bersenjata di Lahad Datu, Malaysia belum lama ini.
Salim tak yakin pelaku penyandera tiga WNI asal NTT itu merupakan kelompok Abu Sayyaf, jika melihat pola yang digunakan. "Besar kemungkinan mereka sesungguhnya adalah perompak," imbuhnya.
Atau, lanjut dia, para pelaku penyandera merupakan bagian dari kelompok perlawanan yang ada Filipina alias sempalan yang sudah tidak loyal. Adapun patroli bersama Indonesia, Filipina dan Malaysia dikabarkan bakal dimulai bulan Juli ini. Patroli bersama itu telah disepakati oleh ketiga negara tersebut pada Kamis 5 Mei 2016 lalu.
(kri)