Natal dan Tahun Baru Momentum Bekerja Sama Merawat Semangat Kebangsaan

Senin, 26 Desember 2022 - 17:45 WIB
loading...
Natal dan Tahun Baru...
Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Jimmy Sormin. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Natal dan Tahun Baru banyak digunakan umat lain untuk mengekspresikan toleransi dalam bentuk saling mengucapkan, saling menjaga, dan saling peduli membantu menyukseskan perayaan. Ekspresi toleransi tersebut akan menciptakan kerukunan dan merawat semangat kebangsaan sekaligus dapat meredakan konflik karena perbedaan kepercayaan.

Hal ini disampaikan Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Jimmy Sormin di Jakarta. Menurutnya, momentum kebangsaan dalam perayaan Natal dan Tahun Baru 2023 harus bisa dioptimalkan oleh segenap masyarakat sebagai kesempatan untuk bekerja sama merawat semangat kebangsaan.

"Momentum ini tergantung bagaimana kita mengoptimalkan masa perayaan ini sebagai kesempatan untuk menghayati dan bekerja sama lebih baik lagi dalam membangun serta merawat semangat kebangsaan kita," kata Pendeta Jimmy Sormin dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/12/2022).



Tak hanya ucapan, diperlukan kesadaran dan tindakan konkret oleh seluruh bangsa dalam menghargai, mengasihi, dan melindungi sesama manusia dalam keberagamannya yang ada. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum.

"Sebagai warga negara, tentunya kita memiliki hak dan kewajiban yang sama secara hukum sekalipun sikap diskriminatif itu tetap kita alami. Tentunya perlu menempatkan kasih di atas segala respons terhadap hal tersebut, dan tentu dengan menempuh atau menaati hukum yang berlaku," kata Pendera Jimmy.

Anggota Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) perwakilan dari PGI ini menjelaskan, kehadiran Kristus di dunia sudah sepatutnya menjadi teladan bagi umat dalam menghadirkan kedamaian dan keadilan. Sebab, Kristus mewartakan kasih, menjadi garam dan terang dunia terhadap banyak jiwa yang masih hidup dalam kebencian dan sikap kegelapan lainnya.

Tanpa rasa tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya menghadirkan kedamaian dan keadilan, Pendeta Jimmy khawatir akan menjadi salah satu faktor yang meningkatkan terpaparnya masyarakat oleh ideologi kekerasan dan radikalisme.

"Kekerasan dan radikalisme ini tentunya dapat terjadi oleh banyak faktor, salah satunya membiarkan diskriminasi dan narasi-narasi yang dapat membangun kebencian itu terus berkembang," katanya.

Peraih gelar Master di Universitas Gajah Mada (UGM) berharap masyarakat tidak mudah terpancing oleh provokasi dan tindakan destruktif bagi keutuhan bangsa. Modal sosial yang ada di masyarakat seperti tradisi silaturahmi, gotong-royong, saling membantu, serta kebudayaan lainnya, perlu dihidupkan kembali.

Tokoh agama sebagai ujung tombak pencegahan radikalisme dan terorisme juga diharapkan mampu memberikan contoh keteladanan yang dapat menginspirasi dan menggerakan masyarakat. Antartokoh agama dan ormas juga sudah semestinya menampilkan persahabatan dan kerja sama dalam membangun keadaban dan kesejahteraan bersama.

"Kolaborasi juga sangat dibutuhkan dan harus dilakukan dengan niat baik dan tulus demi kemaslahatan dan keberlangsungan Nusantara tercinta ini," katanya.

PGI dalam upaya membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya saling melindungi dan menjaga turut mengembangkan program guna menghadirkan ruang perjumpaan antarumat beragama, meningkatkan literasi, dan semangat kebangsaan serta perdamaian.

"Kami juga terus mengembangkan narasi-narasi tentang perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan untuk menjadi semangat yang melandasi berbagai program atau pelayanan di PGI," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0891 seconds (0.1#10.140)