MPR Nilai Perlunya Mencatat Gagasan Besar Ratu Kalinyamat dalam Arsip Nasional

Rabu, 21 Desember 2022 - 22:56 WIB
loading...
MPR Nilai Perlunya Mencatat...
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan, sejarah nusantara mencatat peran signifikan para perempuan yang menggagas perubahan pada zamannya. Foto: Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sejarah Nusantara mencatat peran signifikan para perempuan yang menggagas perubahan pada zamannya. Sejumlah tokoh, termasuk Ratu Kalinyamat dari Jepara dengan gagasan besarnya mampu mempertahankan Nusantara dari ancaman penjajah.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring dengan tema "Ratu Kalinyamat sebagai Memori Kolektif Bangsa" yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (21/12/2022).

"Ratu Kalinyamat dalam sejarahnya telah meletakkan sebuah tatanan yang langgeng dalam ingatan masyarakat Jepara khususnya dan Indonesia pada umumnya melalui pikiran-pikiran besar yang melampaui zamannya," katanya.

Dari Ratu Jepara tersebut, ujar Rerie sapaan akrab Lestari, lahir gagasan poros maritim, kekuatan diplomasi laut, mendorong kepemimpinan perempuan dan menjadi perempuan pertama yang menggaungkan antikolonialisme di masanya.

"Mencatatkan Ratu Kalinyamat dalam memori kolektif bangsa pada Arsip Nasional RI merupakan langkah yang tepat dalam upaya pelestarian sejarah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.

Apalagi, Program Memory of the World (MoW) UNESCO yang disahkan pada 1992 bertujuan untuk melestarikan warisan dokumenter dunia, membantu akses universal, dan meningkatkan kesadaran dunia akan keberadaan dan pentingnya warisan dokumenter. Selain itu, kesetaraan gender adalah salah satu prioritas global UNESCO.

Sehingga, Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berpendapat, mengangkat sepak terjang Ratu Kalinyamat ke dalam memori kolektif bangsa dalam menyambut peringatan Hari Ibu pada 22 Desember tahun ini sesuai dengan semangat lembaga dunia tersebut.

Ratu Kalinyamat, tegas anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, merupakan tokoh di masa kejayaan kerajaan Nusantara yang mewarisi nilai penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, membangun tatanan nilai dan adat istiadat

yang terus dilestarikan hingga kini.

"Ratu Kalinyamat adalah Ibu Bangsa pada zamannya, yang tidak hanya berperan sebagai Ratu dengan kekuasaannya, tetapi juga sebagai ibu dengan kasih sayangnya," ujar Rerie.

Anggota Komisi II DPR RI Aminurokhman berpendapat, nama besar Ratu Kalinyamat telah melekat dalam memori kolektif masyarakat. Memori kolektif bangsa sangat berperan dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme setiap anak bangsa.

"Arsip memori kolektif bangsa memiliki banyak peran, antara lain merupakan endapan sejarah perjuangan bangsa, menjaga stabilitas dan keamanan bangsa dan salah satu sarana pencarian identitas bangsa," paparnya.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Imam Gunarto mengakui Indonesia memiliki banyak cerita kepahlawanan, tetapi kurang bukti. Kondisi itu terjadi karena masyarakat suka bicara, namun kurang dalam mencatat. Sehingga bangsa ini harus terus menggali fakta sejarah untuk membuktikan kebenaran cerita-cerita di masa lalu.

"Perjuangan Ratu Kalinyamat merupakan modal besar memori kolektif bagi perjalanan bangsa ini, terutama terkait gagasan poros maritim yang digagas Ratu Jepara itu," ujarnya.

Menurut Imam, di Arsip Nasional ada bukti-bukti bahwa konsep pertahanan wilayah kerajaan di Nusantara berorientasi pada kawasan maritim. Kondisi itu berubah sejak Belanda menjajah Indonesia. Sejak Gubernur Hindia Belanda Herman Willem Daendels membangun jalan sepanjang Pulau Jawa pola pertahanan wilayah ketika itu beralih menjadi berorientasi ke daratan.

"Bukti-bukti tentang pola pertahanan berorientasi maritim pada masa kerajaan Nusantara harus diperjuangkan dengan baik. Perjuangan Ratu Kalinyamat merupakan momentum bagi kearsipan nasional untuk menggali sejarah maritim bangsa ini," ucapnya.

Pakar Sejarah Indonesia Kuno Siti Maziyah berpendapat Ratu Kalinyamat baru dipahami secara lokal oleh masyarakat Jepara dan belum menjadi pengetahuan masyarakat luas. Jepara di bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, memiliki pelabuhan yang ramai, karena Jepara ketika itu merupakan pusat perdagangan di Nusantara dan mancanegara.

"Sehingga, Ratu Kalinyamat ketika itu bukan hanya Ratu yang memimpin Jepara, tetapi juga memiliki hubungan diplomatik dengan banyak kerajaan mancanegara, dan menguasai jalur perdagangan yang ramai," kata Siti.



Menurut Siti, peninggalan arkeologi di pertengahan abad ke-16 di masa Ratu Kalinyamat memperlihatkan hubungan kerajaan Jepara dengan kerajaan Tiongkok yang erat, yang ditandai dengan ornamen bunga di beberapa benda-benda peninggalan di masa itu.

"Di Jepara Ratu Kalinyamat memang merupakan tokoh sentral di masa itu yang terlihat pada upacara tradisi dalam rangka hari jadi Jepara dan upacara menjelang Ramadan," ujarnya.

Sehingga fakta-fakta perjuangan Ratu Kalinyamat, kata Siti, perlu dinasionalkan karena sepak terjang Ratu Jepara di pertengahan abad ke-16 berdimensi ekonomi, politik, sosial dan budaya yang sangat penting dalam membangun nilai-nilai kebangsaan setiap anak bangsa.

Pakar Sejarah dari Universitas Negeri Malang Daya Negri Wijaya menyayangkan dalam historiografi nasional Ratu Kalinyamat tidak banyak dibahas. Literasi terkait perjuangan Ratu Kalinyamat pun tidak banyak dijumpai. Padahal historiografi Portugis sering menyebut Rainha de Jepara sebagai momok yang mengancam eksistensi Malaka yang ketika itu dikuasai Portugis.

"Serangan Jepara ke Malaka meninggalkan banyak bukti catatan dari Portugis terkait aliansi Jawa-Melayu yang menghambat Portugis. Ratu Kalinyamat memiliki visi global untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Tentu saja perjuangan Ratu Kalinyamat itu menginspirasi kita sebagai bangsa yang berdaulat," kata Daya.

Sejarawan Universitas Diponegoro, Alamsyah berpendapat arsip merupakan rekaman peristiwa atau kejadian yang diciptakan atau diterima lembaga negara. Sehingga posisi arsip penting dan menjadi yang utama agar perjuangan Ratu Kalinyamat menjadi memori kolektif bangsa.

"Lewat sumber-sumber tradisional yang kita miliki, mampu memaknai sepak terjang Ratu Kalinyamat di masanya. Penguatan sumber-sumber primer masih diperlukan dalam rangka mengakselerasi agar perjuangan Ratu dari Jepara itu menjadi memori kolektif setiap anak bangsa," katanya.

Ahli Bahasa Cina Universitas Indonesia (UI) Nita Madona Sulanti berpendapat, kurangnya tradisi mencatat di masa lalu dampaknya tidak hanya terhadap bukti-bukti perjuangan Ratu Kalinyamat saja, tetapi juga berdampak pada banyak bukti sejarah di nusantara. Budaya Nusantara bahkan banyak tercatat di ensiklopedia Tiongkok seperti Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak dan Jepara.

"Dengan usaha arsip nasional dalam membangun memori kolektif bangsa, hal itu merupakan langkah yang bagus untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa kepada setiap warga negara," ucapnya.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2345 seconds (0.1#10.140)