Dispenau Ajak Jurnalis Latihan Peliputan Perang Kota di Wing I Kopasgat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dinas Penerangan Angkatan Udara ( Dispenau ) mengajak puluhan jurnalis dari berbagai media untuk mengikuti pelatihan meliput di medan perang. Kegiatan bertajuk Outbound Media Dirgantara 2022 ini digelar di Wing 1 Kopasgat, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur selama dua hari mulai Rabu-Kamis 14-15 Desember 2022.
Pada hari pertama kegiatan, puluhan jurnalis menerima pembekalan dan pengarahan secara teoritis mengenai survival dan peliputan perang. Untuk memperkuat pemahaman, pada hari kedua ini, Batalyon 461 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, mendampingi awak media untuk mempraktekkan keterampilan peliputan tersebut.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah menjelaskan, bagaimana penggambaran simulasi peliputan yang diadakan di tengah perang kota. Adapun kondisi yang dialami oleh awak media adalah simulasi perang dalam jarak dekat.
"Ini adalah simulasi untuk pertempuran jarak dekat. Ini menggambarkan situasi bagaimana kalau ada pasukan yang membebaskan suatu tempat tapi juga perlu ada liputan bagi media. sehingga kita praktikan ada pasukan yang mengamankan ruangan tersebut, tapi ada teman media yang ikut mengambil gambar," ujarnya, Kamis (15/12/2022).
Saat sesi awal simulasi, sejumlah prajurit Kopasgat mengawal para jurnalis tersebut dengan kendaraan taktis (rantis). Di tengah perjalanan, desingan peluru dan ledakan granat terdengar memekakan telinga. Simulasi ini dimaksudkan agar membiasakan jurnalis untuk terbiasa tenang saat meliput situasi perang yang tengah berkecamuk.
"Ini saya harapkan teman-teman jurnalis lapangan punya gambaran. Tentu ini sangat sedikit menggambarkan suasana sebenarnya, mungkin ada tembakan langsung mengarah ke kita, sehingga ini perlu adanya alat perlindungan diri, body protector, helm, karena ini akan sangat membantu," terang Indan.
Indan juga menuturkan, mengapa Kopasgat ditunjuk sebagai rekan latihan simulasi perang tersebut. Menurutnya Satuan Batalyon 461 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) sebagai pasukan khusus milik TNI AU, prajurit Kopasgat turut dilatih dengan kemampuan matra angkatan darat. "Dia (Kopasgat) punya kemampuan pertahanan pangkalan, kemampuan infanteri, sehingga kami melihat Pasgatlah yang paling tepat untuk memberikan pelatihan kepada teman-teman jurnalis," terang Indan.
Selain simulasi peliputan di medan perang, para jurnalis yang berasal dari berbagai media, baik televisi, cetak, maupun dalam jaringan (daring), juga dibekali keahlian menembak. Pelatihan ini apabila prajurit tidak bisa lagi mengawal maka para jurnalis harus siap membela diri dengan senjata api serbu.
Perwira Seksi Logistik (Pasilog) 461 Kopasgat Letda Aceng Rudianto mengatakan, para rekan jurnalis dilatih menembak menggunakan senapan laras panjang SIG Sauer kaliber 5,56 buatan Amerika Serikat. Instruktur senjata api militer ini mengungkapkan senjata tersebut sejatinya digunakan untuk pertempuran dalam ruangan. "SIG Sauer ini (cenderung) simple. Seperti sedang patroli jurnalis ikut TNI, tiba-tiba, mohon maaf, TNI-nya meninggal dunia, terus harus kalian gunakan. Gampang," tutur Aceng.
Sebelumnya, para jurnalis juga diajarkan bagaimana bertahan hidup di lokasi konflik maupun medan perang. "Kita memberikan pengetahuan dan juga keterampilan pada saat rekan rekan ditugaskan untuk meliput ke daerah konflik mampu survival," ujarnya.
Pada hari pertama kegiatan, puluhan jurnalis menerima pembekalan dan pengarahan secara teoritis mengenai survival dan peliputan perang. Untuk memperkuat pemahaman, pada hari kedua ini, Batalyon 461 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, mendampingi awak media untuk mempraktekkan keterampilan peliputan tersebut.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah menjelaskan, bagaimana penggambaran simulasi peliputan yang diadakan di tengah perang kota. Adapun kondisi yang dialami oleh awak media adalah simulasi perang dalam jarak dekat.
"Ini adalah simulasi untuk pertempuran jarak dekat. Ini menggambarkan situasi bagaimana kalau ada pasukan yang membebaskan suatu tempat tapi juga perlu ada liputan bagi media. sehingga kita praktikan ada pasukan yang mengamankan ruangan tersebut, tapi ada teman media yang ikut mengambil gambar," ujarnya, Kamis (15/12/2022).
Saat sesi awal simulasi, sejumlah prajurit Kopasgat mengawal para jurnalis tersebut dengan kendaraan taktis (rantis). Di tengah perjalanan, desingan peluru dan ledakan granat terdengar memekakan telinga. Simulasi ini dimaksudkan agar membiasakan jurnalis untuk terbiasa tenang saat meliput situasi perang yang tengah berkecamuk.
"Ini saya harapkan teman-teman jurnalis lapangan punya gambaran. Tentu ini sangat sedikit menggambarkan suasana sebenarnya, mungkin ada tembakan langsung mengarah ke kita, sehingga ini perlu adanya alat perlindungan diri, body protector, helm, karena ini akan sangat membantu," terang Indan.
Indan juga menuturkan, mengapa Kopasgat ditunjuk sebagai rekan latihan simulasi perang tersebut. Menurutnya Satuan Batalyon 461 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) sebagai pasukan khusus milik TNI AU, prajurit Kopasgat turut dilatih dengan kemampuan matra angkatan darat. "Dia (Kopasgat) punya kemampuan pertahanan pangkalan, kemampuan infanteri, sehingga kami melihat Pasgatlah yang paling tepat untuk memberikan pelatihan kepada teman-teman jurnalis," terang Indan.
Selain simulasi peliputan di medan perang, para jurnalis yang berasal dari berbagai media, baik televisi, cetak, maupun dalam jaringan (daring), juga dibekali keahlian menembak. Pelatihan ini apabila prajurit tidak bisa lagi mengawal maka para jurnalis harus siap membela diri dengan senjata api serbu.
Perwira Seksi Logistik (Pasilog) 461 Kopasgat Letda Aceng Rudianto mengatakan, para rekan jurnalis dilatih menembak menggunakan senapan laras panjang SIG Sauer kaliber 5,56 buatan Amerika Serikat. Instruktur senjata api militer ini mengungkapkan senjata tersebut sejatinya digunakan untuk pertempuran dalam ruangan. "SIG Sauer ini (cenderung) simple. Seperti sedang patroli jurnalis ikut TNI, tiba-tiba, mohon maaf, TNI-nya meninggal dunia, terus harus kalian gunakan. Gampang," tutur Aceng.
Sebelumnya, para jurnalis juga diajarkan bagaimana bertahan hidup di lokasi konflik maupun medan perang. "Kita memberikan pengetahuan dan juga keterampilan pada saat rekan rekan ditugaskan untuk meliput ke daerah konflik mampu survival," ujarnya.
(cip)