4 Jenderal TNI yang Memiliki Andil Besar untuk Pertamina, Nomor 2 Mantan Panglima
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat empat Jenderal TNI yang memiliki andil besar untuk PT Pertamina . Mulai dari menjabat sebagai Kasad Penugasan hingga terlibat dalam pengembangannya.
Pertamina sebagai perusahaan yang dinaungi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuat mereka dengan leluasa membentuk kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga : Deretan Jenderal TNI yang Menjadi Pahlawan Nasional
Namun andil terhadap Pertamina tidak hanya berupa kerjasama tersebut. Sebab ada juga pensiunan Jenderal TNI yang juga menjabat sebagai Komisaris Pertama di perusahaan minyak bumi dan gas alam terbesar di Indonesia itu.
Berikut empat Jenderal TNI yang memiliki andil besar untuk PT Pertamina :
1. Mayor Jenderal TNI Dwi Jati Utomo
Pria yang lahir pada 8 Mei 1955 ini kini bertugas sebagai Staf Khusus Kasad Penugasan PT Pertamina sejak dimutasi oleh Jenderal Andika Perkasa pada 25 Februari 2022.
Lulusan Akademi Militer tahun 1987 ini sebelumnya menjabat sebagai Pa Sahli Tk. III Kasad Bid. Polkamnas pada 2021.
Berdasar Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 85 Tahun 2014, Pasal 1 menjelaskan bahwa Penugasan adalah rangkaian kegiatan tenaga profesi Prajurit TNI yang mendapat izin dari atasannya berdasarkan kebutuhan dan permintaan dari instansi Pemerintah, instansi non Pemerintah dan mandiri tanpa dilengkapi surat izin praktik dari organisasi profesinya.
2. Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto
Mantan Panglima TNI yang menjabat pada periode 2002-2006 ini sempat menjabat sebagai jabatan penting sebagai Komisaris Utama di Pertamina pada 2006 lalu.
Namun pria yang lahir pada 29 April 1947 tersebut harus mundur pada 2012 lalu karena perbedaan sudut pandang dengan direksi Pertamina yang menaikkan harga LPG kala itu.
Setelah keluar dari PT Pertamina, pensiunan TNI ini lantas bekerja sebagai komisaris utama di Bank Pundi. Dia membesarkan Bank UMKM yang dikembangkan oleh pengusaha Sandiaga Uno yang diakuisisi dari Bank yang hampir kolaps.
Baca juga : Jenderal TNI Ini Siap Mati untuk PDIP
3. Letnan Jenderal TNI (Purn) Ibnu Sutowo
Pria asal Yogyakarta ini lahir pada 23 September 1914. Selama berkarir di militer dirinya sempat menjabat sebagai Panglima TT-II Sriwijaya pada 1955. Setelah pensiun dirinya punya andil besar terhadap perkembangan PT Pertamina.
Dikutip dari perpusnas.go.id, Pada tahun 1957, Sutowo diberi tugas mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina). Pada tahun 1968, perusahaan ini bergabung (merger) dengan perusahaan minyak milik negara lain hingga menjadi PT. Pertamina.
Sayangnya pada tahun 1975, Pertamina dilanda krisis dan Sutowo diberhentikan sebagai Dirut Pertamina dan meninggalkan Pertamina dalam kondisi utang sebesar USD 10,5 milyar.
4. Brigjen TNI (Purn) Johannes Marcus Pattiasina
Selain Letjen Ibnu Sutowo, Brigjen Pattiasina juga memiliki andil terhadap terbentuknya PT Pertamina. Dia bahkan merupakan satu-satunya Direktur PN Permina yang bergelut langsung di lapangan untuk mengurus manajemen, perbaikan kilang dan keamanan kawasan sejak 1957.
Namun pada tahun 1971 pria asal Makassar ini memilih mundur karena lebih tertarik ke dunia olahraga ketimbang bisnis pertambangan tersebut.
Alhasil pria yang lahir pada 15 September 1912 sempat menjadi Manajer Persija Jakarta pada tahun 1974.
Pertamina sebagai perusahaan yang dinaungi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuat mereka dengan leluasa membentuk kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga : Deretan Jenderal TNI yang Menjadi Pahlawan Nasional
Namun andil terhadap Pertamina tidak hanya berupa kerjasama tersebut. Sebab ada juga pensiunan Jenderal TNI yang juga menjabat sebagai Komisaris Pertama di perusahaan minyak bumi dan gas alam terbesar di Indonesia itu.
Berikut empat Jenderal TNI yang memiliki andil besar untuk PT Pertamina :
1. Mayor Jenderal TNI Dwi Jati Utomo
Pria yang lahir pada 8 Mei 1955 ini kini bertugas sebagai Staf Khusus Kasad Penugasan PT Pertamina sejak dimutasi oleh Jenderal Andika Perkasa pada 25 Februari 2022.
Lulusan Akademi Militer tahun 1987 ini sebelumnya menjabat sebagai Pa Sahli Tk. III Kasad Bid. Polkamnas pada 2021.
Berdasar Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 85 Tahun 2014, Pasal 1 menjelaskan bahwa Penugasan adalah rangkaian kegiatan tenaga profesi Prajurit TNI yang mendapat izin dari atasannya berdasarkan kebutuhan dan permintaan dari instansi Pemerintah, instansi non Pemerintah dan mandiri tanpa dilengkapi surat izin praktik dari organisasi profesinya.
2. Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto
Mantan Panglima TNI yang menjabat pada periode 2002-2006 ini sempat menjabat sebagai jabatan penting sebagai Komisaris Utama di Pertamina pada 2006 lalu.
Namun pria yang lahir pada 29 April 1947 tersebut harus mundur pada 2012 lalu karena perbedaan sudut pandang dengan direksi Pertamina yang menaikkan harga LPG kala itu.
Setelah keluar dari PT Pertamina, pensiunan TNI ini lantas bekerja sebagai komisaris utama di Bank Pundi. Dia membesarkan Bank UMKM yang dikembangkan oleh pengusaha Sandiaga Uno yang diakuisisi dari Bank yang hampir kolaps.
Baca juga : Jenderal TNI Ini Siap Mati untuk PDIP
3. Letnan Jenderal TNI (Purn) Ibnu Sutowo
Pria asal Yogyakarta ini lahir pada 23 September 1914. Selama berkarir di militer dirinya sempat menjabat sebagai Panglima TT-II Sriwijaya pada 1955. Setelah pensiun dirinya punya andil besar terhadap perkembangan PT Pertamina.
Dikutip dari perpusnas.go.id, Pada tahun 1957, Sutowo diberi tugas mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina). Pada tahun 1968, perusahaan ini bergabung (merger) dengan perusahaan minyak milik negara lain hingga menjadi PT. Pertamina.
Sayangnya pada tahun 1975, Pertamina dilanda krisis dan Sutowo diberhentikan sebagai Dirut Pertamina dan meninggalkan Pertamina dalam kondisi utang sebesar USD 10,5 milyar.
4. Brigjen TNI (Purn) Johannes Marcus Pattiasina
Selain Letjen Ibnu Sutowo, Brigjen Pattiasina juga memiliki andil terhadap terbentuknya PT Pertamina. Dia bahkan merupakan satu-satunya Direktur PN Permina yang bergelut langsung di lapangan untuk mengurus manajemen, perbaikan kilang dan keamanan kawasan sejak 1957.
Namun pada tahun 1971 pria asal Makassar ini memilih mundur karena lebih tertarik ke dunia olahraga ketimbang bisnis pertambangan tersebut.
Alhasil pria yang lahir pada 15 September 1912 sempat menjadi Manajer Persija Jakarta pada tahun 1974.
(bim)