Sidang MHM di Bahrain, Quraish Shihab Bicara Fenomena Fobia Agama dan Tantangan Perubahan Iklim

Sabtu, 05 November 2022 - 20:07 WIB
loading...
Sidang MHM di Bahrain, Quraish Shihab Bicara Fenomena Fobia Agama dan Tantangan Perubahan Iklim
Cendekian Muslim Indonesia M Quraish Shihab menjadi salah satu pembicara pada Sidang Reguler ke-16 MHM, di Manama, Bahrain. Foto/Dok/MHM
A A A
JAKARTA - Cendekian Muslim Indonesia M Quraish Shihab menjadi salah satu pembicara pada Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin (MHM), di Manama, Bahrain.

Sidang ini digelar setelah helat Forum Dialog Bahrain , ini dipimpin Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb yang juga Ketua MHM. Berbeda dengan biasanya, sidang ini dihadiri juga Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus.



Hadir juga, anggota Komite Eksekutif MHM asal Indonesia, TGB Dr. M Zainul Majdi, MA.

Di hadapan para pemuka agama dari berbagai negara, M Quraish Shihab yang juga anggota dan pendiri MHM ini berbicara tentang fenomen fobia agama dan tantangan perubahan iklim yang kini melanda dunia.

M Quraish Shihab mengawali pandangannya dengan menyatakan bahwa meneruskan dialog Islam-Kristen yang diamanatkan oleh Piagam Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi tiga tahun yang lalu adalah suatu tujuan yang mungkin dicapai.



Menurutnya, tema “Tantangan yang Dihadapi Umat Manusia Abad ke-21” yang dibahas dalam pertemuan itu menjadi bukti bahwa dialog antara pemimpin agama di dunia, yang diwakili Paus Fransiskus dan Syekh Ahmad Al-Tayeb, mulai menunjukkan hasilnya.

"Salah satu tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah fobia terhadap agama sehingga membuat orang terancam mengalami kekeringan rohani. Fobia terhadap agama membuat orang mengalami kemiskinan moral yang dampaknya dapat terlihat pada perilaku individu, keluarga, dan masyarakat," terang Quraish Shihab di Bahrain, Jumat (4/11/2022).

Dalam hal berkeluarga, kata Quraish, ada kecenderungan orang untuk keluar dari fitrah suci manusia. Mereka mengeksploitasi anak untuk bekerja, serta melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan.

Di sisi lain, fobia terhadap agama juga berdampak pada terjadinya krisis pangan akibat tidak adanya keadilan dan solidaritas. Hal itu pada gilirannya mengancam kehidupan jutaan manusia, terutama kaum lemah, yang menjadi korban perang.

"Fobia agama juga menjadi ancaman serius bagi umat manusia yang muncul dalam bentuk senjata nuklir," tegasnya.

Selain fobia agama, Quraish Shihab juga menyoroti bahwa isu perubahan iklim merupakan salah satu dari banyak tantangan besar umat manusia. Dikatakannya, perubahan iklim merupakan bukti nyata kelemahan manusia untuk mengendalikan naluri konsumtifnya dan kerakusannya pada hal-hal yang bersifat materi yang menghancurkan sumber daya alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Hal itu pada gilirannya mengancam masa depan kita dan semakin menambah parah tragedi dunia berupa kelaparan, kemiskinan, dan keterpinggiran," paparnya.

Menurut Quraish Shihab, MHM–sejak didirikan dan sebagai lembaga lintasnegara menghimpun pakar dan ulama muslim untuk penguatan nilai-nilai koeksistensi—memandang bahwa mendiskusikan tantangan-tantangan ini dengan sesama keluarga besar umat manusia, terutama pemuka dan tokoh agama dan kaum cerdik pandai yang berpengaruh, merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan saat ini.

Quraish memandang bahwa MHM tidak melihat dialog ini hanya sebatas tuntutan merespon realitas, tetapi merupakan opsi mendasar dan berlaku sepanjang masa.

"Dialog akan meningkatkan kemanusiaan manusia sebagai makhluk terhormat dan bertanggung jawab yang sedang menghadapi tantangan besar. Tidak ada harapan untuk menghadapi tantangan-tantangan itu kecuali dengan melakukan komunikasi dan dialog," jelasnya.

Ditegaskan Quraish Shihab, dialog adalah jaminan untuk secara sadar membangun komunikasi konstruktif antaraumat manusia sampai ke tingkat saling bekerja sama. Quraish memandang bahwa saling bekerja sama itu dapat terwujud dengan mengelola secara baik hubungan antara berbagai pihak dalam masyarakat manusia yang mengakui, membangun, dan memberdayakan pluralisme.

"Kemampuan saling bekerja sama antarmanusia yang berbeda itu merupakan wujud nilai kemanusiaan, moral, dan peradaban yang tinggi. Hal itu menunjukkan kematangan dalam interaksi antarmasyarakat," ujar penulis Tafsir Al-Misbah ini.

"Dengan tingkatan itu, potensi melakukan penyimpangan moral dan ketidakadilan akan sirna. Dengan tingkatan itu, masyarakat dunia akan berada pada tingkatan bertemu dan bekerja sama untuk berbuat makruf, kebaikan, dan akhlak mulia," lanjutnya.

Quraish menilai Forum Dialog Bahrain dan Sidang Reguler MHM tahun ini istimewa seiring kehadiran Syekh Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus, dua tokoh besar yang telah menorehkan sejarah baru dalam interaksi antara dua agama besar dunia.

"Keduanya menginspirasi kita untuk maju terus merajut persaudaraan manusia melalui dialog antara pemuka dan pengikut agama. Banyak pihak melakukan dialog di bawah pimpinan kedua tokoh ini sebagai wujud pembumian tujuan agama yang diturunkan oleh Tuhan untuk kebahagiaan manusia," sebutnya

Majelis Hukama Muslimin menyelenggarakan sidang ke-16 dengan tema “Dialog Antaragama dan Tantangan Abad Ke-21” di Masjid Istana Sakhir, Manama, Bahrain. Sidang tahunan ini diselenggarakan setelah berakhirnya penyelenggaraan Forum Dialog Bahrain dengan tema “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia” pada 3 dan 4 November 2022 yang dihadiri oleh Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2137 seconds (0.1#10.140)