Cerita Produsen Alutsista Dalam Negeri Butuh 5 Tahun Raih Kepercayaan Paspampres
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendesak optimalisasi penggunaan alutsista buatan asli Indonesia. Namun faktanya hal itu tidaklah gampang. Salah satu produsen alustsista dalam negeri mengungkap tantangan di baliknya.
Roni, Vice Director PT Internusa Pasific Perkasa membeberkan sulitnya regulasi meski sosok Prabowo kerap meminta jajarannya untuk mencintai produk dalam negeri.
"Paling susah itu, bahan baku relatif mudah karena semua ini sistemnya cuma kamera radar, kemudian jammer ya. Yang susah dari kita itu sebenarnya regulasi," ujar Romi di gelaran Indo defence 2022, JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2022).
Salah satu regulasi yang dimaksud ialah pengadaan mobil anti-drone. Mobil tersebut mensyaratkan radar yang terus memancar. Hal ini membutuhkan izin dari Kementerian Perhubungan.
"Regulasi mengenai sistem radarnya kita ini sendiri. Karena kita ini kan pemancar ya, yang sebenarnya itu harus pemancar di Indonesia. Itu harus terdaftar di departemen perhubungan untuk telekomunikasi apalagi pancarannya kita ini untuk jamming. Ada potensi risikonya, itu satu," katanya.
"Sampai saat ini izin buat jamming itu belum bisa dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Tapi karena kita bernaungnya dibawah militer, jadi sah-sah aja, tapi secara legal kita harus didukung sama itu," sambung Romi.
Romi menambahkan, selain regulasi, produsen dalam negeri juga kerap kebingungan terkait minimnya kepercayaan publik. Sebab, produk mancanegara kerap dianggap lebih baik dari produk lokal. "Kedua, ya itu lagi, tingkat kepercayaan untuk produk-produk lokal masih rendah lagi ya," jelasnya.
"Sebagai contoh produk ini kita jalanin 5 tahun baru akhirnya dipercaya kontrak Paspampres. Itu pun setelah barang-barang si Paspampres itu sendiri sebelumnya dari Eropa, teruskan trouble-trouble padahal kan pembeliannya dalam nilai fantastis kan," paparnya.
Padahal, kata Romi penggunaan alutsista dalam negeri banyak manfaatnya. Terlebih, dalam hal perawatan hingga pemangkasan anggaran yang tak perlu berbelit belit.
"Kalau kita, karena kita di Indonesia, kemanapun VVIP pergi, karena domisili di Indonesia, kita bisa ganti (jika ada kerusakan), kita bisa segera fiks an masalahnya. Kedua karena memang tidak ada perbedaan teknologi yang besar, ini basic nya jammer, blocker dan Radar. Jadi sebenarnya kita bisa support ini full 100% kalau kita beli produk dari luar harus ada update software, update teknologi segala macam ongkosnya terlalu besar," pungkasnya.
Roni, Vice Director PT Internusa Pasific Perkasa membeberkan sulitnya regulasi meski sosok Prabowo kerap meminta jajarannya untuk mencintai produk dalam negeri.
"Paling susah itu, bahan baku relatif mudah karena semua ini sistemnya cuma kamera radar, kemudian jammer ya. Yang susah dari kita itu sebenarnya regulasi," ujar Romi di gelaran Indo defence 2022, JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2022).
Salah satu regulasi yang dimaksud ialah pengadaan mobil anti-drone. Mobil tersebut mensyaratkan radar yang terus memancar. Hal ini membutuhkan izin dari Kementerian Perhubungan.
"Regulasi mengenai sistem radarnya kita ini sendiri. Karena kita ini kan pemancar ya, yang sebenarnya itu harus pemancar di Indonesia. Itu harus terdaftar di departemen perhubungan untuk telekomunikasi apalagi pancarannya kita ini untuk jamming. Ada potensi risikonya, itu satu," katanya.
"Sampai saat ini izin buat jamming itu belum bisa dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Tapi karena kita bernaungnya dibawah militer, jadi sah-sah aja, tapi secara legal kita harus didukung sama itu," sambung Romi.
Romi menambahkan, selain regulasi, produsen dalam negeri juga kerap kebingungan terkait minimnya kepercayaan publik. Sebab, produk mancanegara kerap dianggap lebih baik dari produk lokal. "Kedua, ya itu lagi, tingkat kepercayaan untuk produk-produk lokal masih rendah lagi ya," jelasnya.
"Sebagai contoh produk ini kita jalanin 5 tahun baru akhirnya dipercaya kontrak Paspampres. Itu pun setelah barang-barang si Paspampres itu sendiri sebelumnya dari Eropa, teruskan trouble-trouble padahal kan pembeliannya dalam nilai fantastis kan," paparnya.
Padahal, kata Romi penggunaan alutsista dalam negeri banyak manfaatnya. Terlebih, dalam hal perawatan hingga pemangkasan anggaran yang tak perlu berbelit belit.
"Kalau kita, karena kita di Indonesia, kemanapun VVIP pergi, karena domisili di Indonesia, kita bisa ganti (jika ada kerusakan), kita bisa segera fiks an masalahnya. Kedua karena memang tidak ada perbedaan teknologi yang besar, ini basic nya jammer, blocker dan Radar. Jadi sebenarnya kita bisa support ini full 100% kalau kita beli produk dari luar harus ada update software, update teknologi segala macam ongkosnya terlalu besar," pungkasnya.
(muh)