Pengamat Maritim: Indonesia Miliki Emas Biru yang Belum Dimaksimalkan

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 19:07 WIB
loading...
Pengamat Maritim: Indonesia Miliki Emas Biru yang Belum Dimaksimalkan
Pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Centre Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa mengatakan Indonesia memiliki emas biru yang belum dimaksimalkan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang memiliki luas laut 5,8 juta kilometer dan pantainya yang merupakan nomor dua terpanjang di dunia yakni mencapai lebih dari 97.000 kilometer. Luasnya wilayah maritim Indonesia memang belum sepenuhnya dapat tertangani secara optimal, karena keterbatasan pemodalan serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang perhatian kepada dunia maritim.

”Namun bukan berarti Indonesia tidak bisa menjadi Poros Maritim Dunia seperti yang telah dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode kepemimpinannya,” ujar pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Centre (IKAL SC) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, Jumat (21/10/2022).

Mengutip pendapat dari Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto saat menjadi narasumber di Seminar PPRA Angkatan ke - 64 Tahun 2022 Lemhannas RI pada 11 Oktober 2022 bertajuk ”Kolaborasi/Kepemimpinan G20 : Konektivitas dan Rantai Pasokan Global” kata Capt Hakeng maka menjadi realistis dalam memperjuangkan Indonesia menuju Poros Maritim Dunia, di mana Indonesia bisa menjadi Poros Maritim Dunia melalui sumber daya protein ikan atau yang diistilahkan Gubernur Lemhannas sebagai protein biru (blue protein).



“Pernyataan dari Gubernur Lemhannas itu sudah sangat tepat. Sebab, Indonesia memiliki sebelas wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), yang meliputi antara lain perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan, perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau, perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur. Ini seperti memiliki Emas Biru yang mahal harganya tapi sayang belum dikembangkan secara maksimal," katanya.

Saat ini, Indonesia berada dalam posisi keempat di dunia sebagai negara produsen ikan. "Indonesia dapat berada di posisi ketiga atau bahkan nomor satu dunia sebagai produsen ikan jika WPPNRI itu digarap secara serius dan berkesinambungan," tegasnya.



Memang untuk dapat mengoptimalkan kawasan WPPNRI tidak semudah membalikkan telapak tangan dibutuhkan kerja sama antara semua pihak, baik ditingkat pusat maupun di daerah guna bisa mewujudkannya.

"Bukan hanya hasil tangkapan yang melimpah tapi juga dibutuhkan pelabuhan terpadu untuk perikanan tangkap. Di pelabuhan perlu juga dibangun pabrik pengolahan ikan, sehingga hasil ikan dapat langsung diolah. Dibutuhkan juga Gudang-gudang penyimpanan Ikan ber-pendingin (cold storage) untuk menjaga kesegaran ikan sebelum sampai ke konsumen serta untuk memperkecil biaya pengiriman hasil laut tersebut," jelasnya.

Hal lain yang menjadi perhatian Capt. Hakeng adalah agar pemerintah mau mengadakan kapal-kapal penampung atau kapal pengumpul ikan yang berdimensi lebih besar (Feeder ships to ships) di tengah laut. Kapal penampung atau pengumpul ikan ini nantinya juga bisa menyediakan bahan bakar, kebutuhan pokok, fasilitas pendinginan dan kebutuhan air tawar secara regular bagi kapal-kapal nelayan yang dilayaninya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1428 seconds (0.1#10.140)