Deretan Jenderal Kopassus Jadi Panglima TNI, Nomor 4 Peraih Bintang Sakti

Senin, 10 Oktober 2022 - 05:57 WIB
loading...
Deretan Jenderal Kopassus...
(Searah jarum jam) Jenderal TNI Andika Perkasa, Jenderal TNI (Purn) Feisal Tanjung, Jenderal TNI (Purn) Edi Sudrajat, dan Jenderal TNI (Purn) L.B Moerdani, Jenderal Kopassus yang pernah menjadi Panglima TNI. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komado Pasukan Khusus ( Kopassus ) merupakan pasukan elite TNI yang selalu melahirkan prajurit-prajurit tangguh dan berprestasi. Mereka tidak hanya menorehkan tinta emas di medan operasi tapi juga mampu mencetak pemimpin yang andal dan professional.

Sejak TNI dibentuk, tidak sedikit Jenderal Kopassus yang menjadi orang nomor satu di institusi tersebut. Mereka adalah prajurit-prajurit Korps Baret Merah yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang membanggakan hingga disegani dunia.



Berikut ini deretan Jenderal Kopassus yang menjabat sebagai Panglima TNI:

1. Jenderal TNI Andika Perkasa

Andika Perkasa merupakan Panglima TNI yang menjabat sejak 17 November 2021 hingga saat ini. Dia ditunjuk Presiden Jokowi sebagai orang nomor satu di TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanjo. Pengangkatan Andika sebagai Panglima TNI didasarkan oleh Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 106/TNI Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI.

Andika Perkasa merupakan Jenderal Kopassus yang memiliki segudang prestasi. Pria kelahiran 21 Desember 1964 merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1987 dari kecabangan Infanteri Kopassus. Andika mengawali karier militernya di Grup 2/Para Komando dan Satuan Penanggulangan Antiteror (Sat Gultor) Kopassus.

Menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen (BIN) Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono ini pernah mengenyam pendidikan S-2 di tiga kampus ternama yakni, Norwich Universty, kemudian National Defence University di Washington DC,dan Harvard University, Amerika Serikat.

Andika juga meraih gelar Doktor S-3 di The George Washington University. Selama meniti kariernya di militer, Andika pernah diterjunkan dalam Operasi Seroja di Timur Timor sekarang bernama Timor Leste dan meredam gerakan separatis bersenjata di Papua.

Berbagai jabatan strategis yang pernah diembannya di antaranya, Komandan Tim 3 Sat Gultor Kopassus, Danrindam Kodam Jaya, Kadispenad, Danpaspampres di awal pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014. Pangdam XII/Tanjung Pura. Dankodiklatad, kemudian diangkat Pangkostrad. Kariernya terus menanjak dengan diangkat menjadi KSAD dan akhirnya Panglima TNI ke-21 hingga saat ini.

2. Jenderal TNI (Purn) Feisal Tanjung

Pemilik nama lengkap Feisal Edno Tanjung merupakan Jenderal Kopassus lulusan Akademi Militer (Akmil) 1961. Pria kelahiran 17 Juni 1939 ini menjabat sebagai Panglima ABRI sekarang bernama Panglima TNI selama lima tahun periode 1993-1998 di era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Sebelum diangkat menjadi Panglima TNI ke 11 menggantikan Jenderal TNI Edi Sudrajat, suami dari dr. Masrowida Lubis ini menjabat sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) TNI pada 1992-1993. Feisal Tanjung juga pernah menjabat sebagai Danseskoad periode 1988-1992, Pangdam XII/Tanjung Pura, pada 1985-1988, Danpussenif pada 1983-1985.

Sejak bergabung di Korps Baret Merah, Jenderal Kopassus ini kenyang dengan pengalaman tempur. Berbagai medan operasi telah dijalaninya mulai dari Operasi Masohi / RMS pada 1963; Operasi Trikora pada 1963; Operasi Dwikora pada 1965;

Termasuk dalam Operasi G30S/PKI pada 1965. Operasi Wibawa OPM pada 1967. Operasi Penentuan Pendapat Rakyat pada 1969, Operasi Bhakti Kodam XVII/Tjenderawasih (Ekspedisi Lembah X) di 1969, Pasukan Garuda ICCS IV Vietnam pada 1973 dan Operasi Seroja Timor Timur 1976.

3. Jenderal TNI (Purn) Edi Sudrajat

Pria kelahiran Jambi, 22 April 1938 ini merupakan Panglima TNI ke-10 pada 1993 di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Edi Sudrajat diangkat menjadi Panglima TNI menggantikan Jenderal TNI Try Sutrisno.

Sebagai prajurit Korps Baret Merah, Edi Sudrajat kenyang dengan penugasan di medan operasi. Di antaranya, Operasi Trikora pembebasan Irian Barat kini bernama Papua. Kemudian operasi menumpas pemberontakan bersenjata Republik Maluku Selatan (RMS), Organisasi Papua Merdeka (OPM), serta menumpas Gerakan 30 September/PKI.

Lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) 1960 merupakan satu-satunya Perwira Tinggi (Pati) TNI yang pernah menduduki tiga jabatan sekaligus secara bersamaan yakni, jabatan KSAD, Panglima TNI, Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan VI di era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Jenderal Kopassus ini meninggal dunia sekitar pukul 13.15, pada Jumat 1 Desember 2006 akibat gangguan paru-paru di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Jenazahnya tokoh militer sekaligus mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini dimakamkan di TMP Kalibata, jakarta Selatan.

4. Jenderal TNI (Purn) L.B. Moerdani

Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani, atau L.B. Moerdani, atau kerap disebut Benny Moerdani merupakan Jenderal Kopassus pertama yang menjabat sebagai Panglima TNI. Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1932 ini menjabat Panglima TNI ke-8 menggantikan Jenderal TNI M. Jusuf.

Dalam buku biografi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal (TNI) Prabowo Subianto” diceritakan Presiden Soeharto lebih memilih Benny Moerdani yang saat itu menjabat Asintel Hankam menjadi Panglima TNI.

Padahal saat itu, Mabes ABRI telah mengajukan tiga nama untuk menduduki jabatan tersebut. Ketiga nama tersebut yakni Pangkowilhan I Sumatera Letjen TNI Susilo Sudarman, Pangkowilhan II Jawa-Madura Letjen TNI Yogie S Memet dan Pangkowilhan III Letjen TNI Himawan Sutanto.

”Tapi Pak Benny masih Mayor Jenderal Pak, untuk jadi Pangab harus dari Letnan Jenderal dinaikkan pangkat menjadi Jenderal Bintang Empat,” ucap Panglima TNI M. Jusuf kepada Presiden Soeharto.

Tidak hanya itu, menyebut jika Benny Moerdani belum pernah menjabat sebagai Pangdam dan Komandan Brigade. Termasuk mengikuti pendidikan Sesko TNI. ”Iya, tapi dia dulu yang terjun ke Merauke,” tegas Pa Harto.

Tak dipungkiri, sepak terjang Benny Moerdani di medan operasi sangat melegenda. Terjun ke dunia militer sejak perang kemerdekaan, Benny selalu berada di garis depan pertempuran. Di antaranya, penumpasan pemberontakan bersenjata PRRI/Permesta pada 1958, pemberontakan DI/TII, konfrontasi dengan Malaysia, pembebasan sandera penumpang pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand hingga Operasi Seroja di Timor Timur sekarang bernama Timor Leste.

Dikutip dari Buku “Kopassus untuk Indonesia” dalam Operasi Naga membebaskan Irian Barat sekarang bernama Papua dari tangan Belanda, Benny Moerdani dengan gagah berani memimpin pasukan di pedalaman belantara hutan Papua. Keberanian dan kecermatannya di medan operasi membuat pasukan elite Belanda kewalahan. Sulitnya memburu Benny Moerdani membuat Belanda menggelar sayembara dan menghargai nyawanya sebesar 500 gulden.

Berkat jasa-jasanya dalam operasi tersebut, Presiden Soekarno menyematkan “Bintang Sakti” kepada Benny Moerdani di Istana Merdeka pada 1962. Sebuah penghargaan kepada mereka yang yang menunjukkan keberanian dan ketabahan tekad melampaui dan melebihi panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas operasi militer.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1018 seconds (0.1#10.140)