Jadi Jantung Diplomasi Dunia, R20 Tawarkan Agama sebagai Solusi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) bersama Liga Muslim Dunia akan menggelar Religion of Twenty (R20) di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022 mendatang. Forum agama G20 ini mengundang tokoh-tokoh agama dunia untuk berdialog terbuka mengenai kepedihan sejarah dan upaya menjadikan agama sebagai solusi bagi berbagai problem dunia saat ini dan masa depan.
Kehadiran tokoh agama secara langsung dinilai lebih dapat menyentuh akar permasalahan karena melibatkan entitas inti masyarakat. Karena cakupan yang global, pelibatan tokoh agama dari seluruh dunia dalam forum ini merupakan langkah yang langsung masuk ke jantung diplomasi.
"Ini justru jantungnya diplomasi. Masyarakat negara lain merasa bahwa negara mereka punya concern yang sama, yaitu ingin mengajak supaya ada perdamaian lewat agama-agama," kata Wakil Ketua Pelaksana Forum R20, Safira Machrusah di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Forum R20 ini, menurut Rosa, sapaan akrabnya, merupakan diplomasi yang lebih membumi. Meskipun keberhasilannya memang relatif karena harus ada ukurannya, upaya ini memungkinkan para tokoh yang hadir dapat mengimplementasikan hal serupa di negara masing-masing.
"Efek yang akan bagus kalau mereka yang diundang terinspirasi dari agenda forum tersebut. InsyaAllah ketika mereka kembali, masing-masing akan meniru agenda ini," kata mantan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Republik Aljazair itu.
Rosa berharap pemerintah negara-negara yang terlibat dalam R20 dapat menindaklanjuti berbagai hasil kesepakatan forum secara rutin dengan menggandeng tokoh-tokoh agama. "Pemerintah harus berterima kasih kepada para pemimpin agama. Pemerintah harus menindaklanjuti (hasil R20) dengan kegiatan regular yang isinya menyemai moderasi beragama atau apa saja," ujarnya.
Baca juga: R20 Jadi Forum Resmi G20, Gus Yahya Dorong Nilai Agama Berperan dalam Politik dan Ekonomi
Pendekatan Hati ke Hati
Seturut pernyataan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, kata Rosa, agenda dialog antarpemuka agama ini hendak menjadikan agama sebagai solusi problem global, tapi tidak berambisi mampu mengatasi semua masalah dunia. Karena itu, R20 hadir untuk membawa satu pesan yang benar-benar khas dan orisinal yang akan disampaikan para pemimpin agama, baik dari kalangan moderat, liberal, hingga kelompok yang dianggap radikal.
"Kalau ingin menjadikan agama sebagai solusi, harus berani legowo mengundang siapa pun, baik pro maupun kontra. Ini misi diplomasi yang sangat bagus," kata Rosa.
Ia menegaskan agama berperan penting dalam proses diplomasi, terlebih dengan melakukan pendekatan dari hati ke hati. Baginya, pendekatan macam ini bakal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap diplomasi antarnegara.
"Kalau kita melakukan pendekatan dari hati ke hati kepada masyarakatnya, ini memberikan pengaruh sangat positif terhadap rekatnya hubungan pemerintah. Langsung ke masyarakat itu gaungnya luar biasa," katanya.
Rosa menegaskan dengan digelarnya R20, tentu saja mata masyarakat internasional terhadap NU akan semakin terbuka. Jika NU dikenal di tingkatan nasional, itu wajar; tetapi masyarakat juga perlu memandang keberadaan NU sebagai entitas global yang membawa kehidupan harmonis dan mendorong umat beragama bisa berdampingan secara damai.
Kehadiran tokoh agama secara langsung dinilai lebih dapat menyentuh akar permasalahan karena melibatkan entitas inti masyarakat. Karena cakupan yang global, pelibatan tokoh agama dari seluruh dunia dalam forum ini merupakan langkah yang langsung masuk ke jantung diplomasi.
"Ini justru jantungnya diplomasi. Masyarakat negara lain merasa bahwa negara mereka punya concern yang sama, yaitu ingin mengajak supaya ada perdamaian lewat agama-agama," kata Wakil Ketua Pelaksana Forum R20, Safira Machrusah di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Forum R20 ini, menurut Rosa, sapaan akrabnya, merupakan diplomasi yang lebih membumi. Meskipun keberhasilannya memang relatif karena harus ada ukurannya, upaya ini memungkinkan para tokoh yang hadir dapat mengimplementasikan hal serupa di negara masing-masing.
"Efek yang akan bagus kalau mereka yang diundang terinspirasi dari agenda forum tersebut. InsyaAllah ketika mereka kembali, masing-masing akan meniru agenda ini," kata mantan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Republik Aljazair itu.
Rosa berharap pemerintah negara-negara yang terlibat dalam R20 dapat menindaklanjuti berbagai hasil kesepakatan forum secara rutin dengan menggandeng tokoh-tokoh agama. "Pemerintah harus berterima kasih kepada para pemimpin agama. Pemerintah harus menindaklanjuti (hasil R20) dengan kegiatan regular yang isinya menyemai moderasi beragama atau apa saja," ujarnya.
Baca juga: R20 Jadi Forum Resmi G20, Gus Yahya Dorong Nilai Agama Berperan dalam Politik dan Ekonomi
Pendekatan Hati ke Hati
Seturut pernyataan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, kata Rosa, agenda dialog antarpemuka agama ini hendak menjadikan agama sebagai solusi problem global, tapi tidak berambisi mampu mengatasi semua masalah dunia. Karena itu, R20 hadir untuk membawa satu pesan yang benar-benar khas dan orisinal yang akan disampaikan para pemimpin agama, baik dari kalangan moderat, liberal, hingga kelompok yang dianggap radikal.
"Kalau ingin menjadikan agama sebagai solusi, harus berani legowo mengundang siapa pun, baik pro maupun kontra. Ini misi diplomasi yang sangat bagus," kata Rosa.
Ia menegaskan agama berperan penting dalam proses diplomasi, terlebih dengan melakukan pendekatan dari hati ke hati. Baginya, pendekatan macam ini bakal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap diplomasi antarnegara.
"Kalau kita melakukan pendekatan dari hati ke hati kepada masyarakatnya, ini memberikan pengaruh sangat positif terhadap rekatnya hubungan pemerintah. Langsung ke masyarakat itu gaungnya luar biasa," katanya.
Rosa menegaskan dengan digelarnya R20, tentu saja mata masyarakat internasional terhadap NU akan semakin terbuka. Jika NU dikenal di tingkatan nasional, itu wajar; tetapi masyarakat juga perlu memandang keberadaan NU sebagai entitas global yang membawa kehidupan harmonis dan mendorong umat beragama bisa berdampingan secara damai.
(abd)