Saatnya Jadi Manusia Digital untuk Hijrah dari Narasi Kebencian dan Perpecahan
loading...
A
A
A
Menurut Devie, elite merupakan kelompok yang dicirikan dengan 4K, yaitu kekuasaan, kekayaan, ketenaran, dan kewibawaan yang dalam hal ini tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat. Dan kelompok 4K, menurutnya merupakan kelompok yang berperan besar dalam percepatan hijrah dari narasi kebencian menuju jagad maya yang positif.
“Orang 4K atau elite ini harus yang duluan kita bantu agar memiliki sikap yang paripurna di ruang digital, yang kita sebut dengan cakap digital. Begitu 4K ini punya kecakapan digital tadi, insyaallah masyarakat kita akan ngikut dan lebih mudah,” ujar Ketua Program Studi (Prodi) Vokasi Komunikasi UI ini.
Dalam kesempatannya, salah satu pendiri Prapancha Research dan website berita Selasar.Com ini juga menilai, fenomena para elite dan tokoh yang terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) hingga ke meja hijau akibat narasi kebencian. Hal ini peraih Doktoral dari Universitas Padjadjaran dan Swansea University, Inggris ini bukan semata-mata karena lemahnya regulasi pemerintah terkait ujaran kebencian di ruang digital.
Tetapi lebih dari itu Devie menegaskan perlu adanya dukungan terkait program pemerintah yang mendorong terciptanya masayarakat yang cakap digital. “Bukan karena lemahnya regulasi, tapi kita semua gagap digital. Semua orang nggak ada yang siap dan perlu belajar. Makanya negara punya program yang namanya ‘Makin Cakap Digital’ itu tadi supaya orang punya etika, budaya, keterapilan dan keamanan digital,” ujar peraih gelar Magister dari program studi Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI ini.
“Orang 4K atau elite ini harus yang duluan kita bantu agar memiliki sikap yang paripurna di ruang digital, yang kita sebut dengan cakap digital. Begitu 4K ini punya kecakapan digital tadi, insyaallah masyarakat kita akan ngikut dan lebih mudah,” ujar Ketua Program Studi (Prodi) Vokasi Komunikasi UI ini.
Dalam kesempatannya, salah satu pendiri Prapancha Research dan website berita Selasar.Com ini juga menilai, fenomena para elite dan tokoh yang terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) hingga ke meja hijau akibat narasi kebencian. Hal ini peraih Doktoral dari Universitas Padjadjaran dan Swansea University, Inggris ini bukan semata-mata karena lemahnya regulasi pemerintah terkait ujaran kebencian di ruang digital.
Tetapi lebih dari itu Devie menegaskan perlu adanya dukungan terkait program pemerintah yang mendorong terciptanya masayarakat yang cakap digital. “Bukan karena lemahnya regulasi, tapi kita semua gagap digital. Semua orang nggak ada yang siap dan perlu belajar. Makanya negara punya program yang namanya ‘Makin Cakap Digital’ itu tadi supaya orang punya etika, budaya, keterapilan dan keamanan digital,” ujar peraih gelar Magister dari program studi Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI ini.
(rca)