4 Sastrawan Indonesia dengan Karya Luar Biasa, Nomor 2 Kandidat Peraih Nobel

Jum'at, 17 Juni 2022 - 10:50 WIB
loading...
4 Sastrawan Indonesia...
Pramoedya Ananta Toer dikenal sebagai sastrawan paling berpengaruh yang berkali-kali masuk sebagai kandidat penerima nobel. Foto/Wikipedia
A A A
JAKARTA - Indonesia punya banyak sastrawan berkelas dengan ide-ide nasionalisme mereka. Bahkan sejumlah karya sastrawan Indonesia juga mengajarkan emansipasi wanita hingga memunculkan gerakan kesetaraan setiap manusia. Berikut tokoh-tokoh sastrawan Indonesia yang memiliki karya luar biasa.

1. Marah Rusli

4 Sastrawan Indonesia dengan Karya Luar Biasa, Nomor 2 Kandidat Peraih Nobel

Foto/istimewa

Marah Rusli dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia terbaik pada era Balai Pustaka. Salah satu karya terkenalnya, Siti Nurbaya, masih diperbincangkan hingga kini. Banyak pula yang menjadikan novel Siti Nurbaya sebagai bahan penelitian.

Marah Rusli bin Abu Bakar lahir di Padang, Sumatra Barat pada 7 Agustus 1889. Siti Nurbaya (Sebuah Roman) yang terbit pada 1920 dianggap sebagai pencapaian terbesarnya hingga Pemerintah Rusia memberikan hadiah tahunan di bidang sastra kepada Marah Rusli pada tahun 1969. Karya tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia. Selain Siti Nurbaya, ia juga banyak menerbitkan karya fenomenal seperti La Hami pada tahun 1924, Anak dan Kemenakan di tahun 1956, Memang Jodoh, dan Tesna Zahera yang merupakan naskah roman.


2. Pramoedya Ananta Toer

4 Sastrawan Indonesia dengan Karya Luar Biasa, Nomor 2 Kandidat Peraih Nobel

Foto/Wikipedia

Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu sastrawan yang paling berpengaruh di Angkatan 45. Sejumlah karyanya yang terkenal adalah Bumi Manusia, Di Tepi Kali Bekasi, Anak Semua Bangsa, dan Gadis Pantai. Sejak tahun 1996, Pram berkali-kali menjadi kandidat penerima Nobel di bidang sastra kendati belum pernah menerimanya sampai akhir hayat.

Pram, begitu dia biasa disapa, lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Pram adalah sebagai sosok yang memperjuangkan gerakan nasionalisme. Kegigihannya ini kerap membuatnya bolak-balik ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Salah satunya pada 22 Juli 1947 setelah ditangkap marinir Belanda akibat menyimpan dokumen gerakan bawah tanah yang dianggap menentang Belanda. Ia juga sempat mendekam di penjara di Pulau Edam dan di Bukit Duri, Jakarta hingga tahun 1949.


3. Sapardi Djoko Damono
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)