Mencari Paket Capres-Cawapres, KIB Didorong Gelar Konvensi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional, membentuk politik menyambut pesta politik 2024. Bahkan pertemuan tiga pucuk pimpinan partai yang dinamakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) itu telah diikuti pertemuan di tingkat kader bawah.
Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Arfianto Purbolaksono menilai langkah tiga partai membentuk koalisi ini sangat baik. Menurut dia, pembentukan koalisi lebih awal ini sangat penting dilakukan agar anggota koalisi dapat menyamakan persepsi, menyusun dan membangun konsensus bersama tentang visi dan misi, serta program yang akan nantinya ditawarkan oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi maupun oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusungnya.
”Pembentukan koalisi lebih awal pun akan bermanfaat untuk mengatur strategi koalisi sejak awal," papar Anto.
Baca juga: Soal Koalisi Indonesia Bersatu, Fahri Hamzah: Koalisi Ujug-ujug Harus Dihentikan
Selain itu, pembentukan koalisi lebih awal ini juga dapat memberikan waktu yang cukup bagi partai-partai politik untuk menjaring kandidat bakal calon yang memiliki kapasitas dan elektabilitas yang baik di mata publik. Sebab harus diakui tantangan bagi ketiga partai ini adalah belum memiliki tokoh yang cukup baik secara elektabilitas berdasarkan sejumlah survei yang telah beredar.
Karena itu, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan untuk menjaring kandidat. Pertama, menambah anggota koalisi dengan partai yang telah memiliki calon dengan tingkat elektabilitas lebih baik. Alternatif kedua, mengundang tokoh di luar partai politik yang nantinya akan dipasangkan dengan calon wakil presiden yang berasal dari salah satu partai anggota koalisi tersebut.
Alternatif ketiga, dilakukan mekanisme konvensi. Konvensi juga menjadi indikator dan insentif yang bagus untuk manajemen partai dan karir politik para kader partai yang berkualitas dan loyal.
Akan tetapi, konvensi ini harus mensyaratkan bahwa peserta konvensi hanya ditujukan bagi kader-kader dari internal ketiga partai politik itu sendiri. Hal ini sangat penting sebagai bagian penguatan fungsi partai dalam rekrutmen politik.
Konvensi juga dapat menjadi ajang memperkenalkan tokoh dan visi dan misi, serta program dari koalisi kepada publik, sehingga diharapkan tingkat elektabilitas akan naik seiring sejalan dengan penyelenggaraan konvensi ini.
Penyelenggaraan konvensi pun harus diikuti dengan kualitas manajemen penyelenggara yang baik dan proses yang transparan dan akuntabel. Jangan sampai ada politik uang yang hadir dalam konvensi tersebut. Jika ada praktik politik uang dalam konvensi, maka hal ini akan mengancam soliditas koalisi. Oleh karena itu, penyelenggaraan konvensi ini harus memerlukan komitmen dari koalisi partai sebagai bagian dari demokratisasi internal partai, dan juga pembenahan partai dalam rangka institusionalisasi partai.
Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Arfianto Purbolaksono menilai langkah tiga partai membentuk koalisi ini sangat baik. Menurut dia, pembentukan koalisi lebih awal ini sangat penting dilakukan agar anggota koalisi dapat menyamakan persepsi, menyusun dan membangun konsensus bersama tentang visi dan misi, serta program yang akan nantinya ditawarkan oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi maupun oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusungnya.
”Pembentukan koalisi lebih awal pun akan bermanfaat untuk mengatur strategi koalisi sejak awal," papar Anto.
Baca juga: Soal Koalisi Indonesia Bersatu, Fahri Hamzah: Koalisi Ujug-ujug Harus Dihentikan
Selain itu, pembentukan koalisi lebih awal ini juga dapat memberikan waktu yang cukup bagi partai-partai politik untuk menjaring kandidat bakal calon yang memiliki kapasitas dan elektabilitas yang baik di mata publik. Sebab harus diakui tantangan bagi ketiga partai ini adalah belum memiliki tokoh yang cukup baik secara elektabilitas berdasarkan sejumlah survei yang telah beredar.
Karena itu, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan untuk menjaring kandidat. Pertama, menambah anggota koalisi dengan partai yang telah memiliki calon dengan tingkat elektabilitas lebih baik. Alternatif kedua, mengundang tokoh di luar partai politik yang nantinya akan dipasangkan dengan calon wakil presiden yang berasal dari salah satu partai anggota koalisi tersebut.
Alternatif ketiga, dilakukan mekanisme konvensi. Konvensi juga menjadi indikator dan insentif yang bagus untuk manajemen partai dan karir politik para kader partai yang berkualitas dan loyal.
Akan tetapi, konvensi ini harus mensyaratkan bahwa peserta konvensi hanya ditujukan bagi kader-kader dari internal ketiga partai politik itu sendiri. Hal ini sangat penting sebagai bagian penguatan fungsi partai dalam rekrutmen politik.
Konvensi juga dapat menjadi ajang memperkenalkan tokoh dan visi dan misi, serta program dari koalisi kepada publik, sehingga diharapkan tingkat elektabilitas akan naik seiring sejalan dengan penyelenggaraan konvensi ini.
Penyelenggaraan konvensi pun harus diikuti dengan kualitas manajemen penyelenggara yang baik dan proses yang transparan dan akuntabel. Jangan sampai ada politik uang yang hadir dalam konvensi tersebut. Jika ada praktik politik uang dalam konvensi, maka hal ini akan mengancam soliditas koalisi. Oleh karena itu, penyelenggaraan konvensi ini harus memerlukan komitmen dari koalisi partai sebagai bagian dari demokratisasi internal partai, dan juga pembenahan partai dalam rangka institusionalisasi partai.
(muh)