Soal Putin di KTT G20, Pakar: Indonesia Harus Bela Kepentingan Sendiri

Kamis, 31 Maret 2022 - 21:28 WIB
loading...
Soal Putin di KTT G20, Pakar: Indonesia Harus Bela Kepentingan Sendiri
Pemerintah Indonesia diingatkan untuk tetap netral dan melaksanaan politik bebas aktif terkait konflik Rusia-Ukraina. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Indonesia harus bersikap objektif dalam perang Rusia-Ukraina. Pada penyelenggaraan Group of Twenty (G20) pemerintah sudah semestinya melihat hal apa yang menjadi kebutuhan bangsa Indonesia

“Kalau Indonesia memang mempunyai kepentingan dengan Rusia, jelas kita harus menyambut kedatangan Putin sebagai salah satu pemimpin G20,” kata Pakar Ilmu Hubungan Internasional I Gede Wahyu Wicaksana, Kamis (31/3/2022).

Ia melanjutkan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022 dijadwalkan akan dimulai Oktober. Kendati demikian sejak 22 Februari lalu, Indonesia yang saat ini menjadi presidensi dari G20 telah mengirimkan undangan kepada semua negara yang tergabung dalam G20 termasuk Rusia.



Presiden Rusia Vladimir Putin, melalui kedutaan besar Rusia untuk Indonesia menyatakan dirinya dipastikan hadir pada KTT G20 di Bali. Sontak pernyataan tersebut menuai respon dari berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

AS dan sekutunya meminta Indonesia menolak kedatangan Rusia pada KTT G20. Permintaan tersebut merupakan buntut dari perang Rusia-Ukraina .

G20 merupakan forum internasional yang berfokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia. Terdapat tiga sektor prioritas yang dinilai menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, salah satunya penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi.

Wahyu Wicaksana yang juga dosen departemen hubungan internasional Universitas Airlangga menjelaskan, keliru bila mayoritas masyarakat Indonesia menganggap arti bebas aktif itu adalah nonblok.

“Politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Bebas artinya independen dalam menentukan sikap, tidak didikte oleh kekuatan manapun terutama pihak asing. Aktif artinya Indonesia harus sergap dalam memperjuangkan kepentingan bangsa bukan yang lain. Selama ini keliru, bebas aktif berarti non blok,” ucapnya.



Ia menegaskan, dikarenakan sikap politik Indonesia bebas aktif, maka tidak ada kewajiban bagi pemerintah Indonesia dalam merespons media asing yang menolak kedatangan presiden Rusia pada KTT G20 mendatang.

Rusia merupakan negara penghasil tambang yang esensial dibutuhkan bagi kehidupan di dunia. Hal itu lah yang menjadi perhatian banyak pihak ketika Rusia menginvasi Ukraina, termasuk Eropa dan Amerika. “Ini Rusia menyerang Ukraina yang takut siapa, Rusia atau dunia yang takut. Kan dunia,” ucapnya.

Ia menjelaskan, jika selama ini komoditas pertambangan, seperti halnya gas alam sangat dibutuhkan negara lain. Rusia mampu memasok 40 persen persediaan gas alamnya untuk Eropa.

Lanjut Wahyu, jika gas alam Rusia tidak lagi dijual ke Eropa maka akan dijual ke China. Hal itu tentu akan membuat khawatir AS karena posisinya sebagai negara dengan perekonomian nomor satu akan tergeser.

“Kalau China menguasai minyak dan gas dari Rusia, bayangkan betapa China akan menjadi negara nomor satu di dunia,” katanya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1831 seconds (0.1#10.140)