Nekat Lamar Adik Ibu Tien, Danjen Kopassus Ini Diselamatkan Soeharto dari Rasa Malu

Kamis, 31 Maret 2022 - 12:42 WIB
loading...
A A A
Ada cerita menarik ketika Wismoyo melamar sang pujaan hati Datit Siti Hardjanto. Meski sudah menjalani hubungan asmara, belum sekali pun Wismoyo dikenalkan dengan calon mertuanya. Hingga saatnya tiba, ia malah harus melamar kepada Soeharto dan Ibu Tien.

Wismoyo pun mempersiapkan diri untuk menghadapi momen penting dalam hidupnya. Ia grogi harus melamar kepada Presiden Soeharto dan Ibu Tien. Saking groginya, Wismoyo terus menerus mengelap sepatu supaya berkilau.

Akhirnya niat ditetapkan. Wismoyo berangkat sendirian ke kediaman Soeharto untuk melamar kekasihnya. Sesampai di sana, Wismoyo melihat banyak sandal dan sepatu berjejer di dekat tangga menuju ruang pertemuan. Ia bingung, mau melepas atau tetap memakai sepatu bot yang telah dielap mengkilap.

"Tapi masak saya melamar tanpa memakai sepatu," batin Wismoyo sambil menaiki tangga menuju ruangan, di mana Pak Harto dan Ibu Tien sudah menunggu.

Setelah masuk, ternyata hanya Wismoyo yang mengenakan sepatu. Groginya pun semakin menjadi. Apalagi Ibu Tien melihatnya dari bawah sampai atas yang membuat mentalnya runtuh. Wismoyo pun menjadi salah tingkah.

"Wong lanang kok ingah ingih (lelaki kok tersipu-sipu)," kata Ibu Tien disambut senyuman khas Pak Harto. Sementara Wismoyo hanya menunduk tak mampu berkata apa-apa.

"Aku mbiyen yo ingah ingih," kata Soeharto memecahkan ketegangan suasana sambil teringat saat meminang Ibu Tien.

Mendengar hal itu, suasana kembali cair. Mental Wismoyo pun kembali. Ia pun mengutarakan maksud kedatangannya untuk melamar Datit Siti Hardjanti dan diterima. Wismoyo dan Datit kemudian membina rumah tangga yang harmonis.

Peristiwa itu sangat membekas di hati Wismoyo. Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) periode 1993-1995 ini, Soeharto memberikan contoh bahwa pemimpin harus berani menyelamatkan bawahannya untuk tujuan yang baik.

Hal lain yang dipelajari Wismoyo dari Soeharto adalah keberanian mengambil keputusan untuk bertindak cepat. Utamanya saat mengatasi pemberontakan Gerakan 30 September 1965 atau dikenal G30 S/PKI.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0892 seconds (0.1#10.140)