Jenderal Kopassus Malam-malam Bekali Prabowo Sajadah sebelum ke Medan Tempur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prabowo Subianto yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) punya kisah dengan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar. Saat akan berangkat ke medan operasi di Timor-Timor, Wismoyo membekali Prabowo sajadah.
Wismoyo Arismunandar merupakan mantan Danjen Kopassus periode 1983-1985. Ia kenyang dengan pengalaman tempur di berbagai medan operasi.
Mulai dari penumpasan pemberontak bersenjata PGRS/Paraku di Kalimantan, G30S/PKI, Operasi Guntur dan Operasi Kilat 1 menumpas komplotan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan hingga Operasi Wibawa di Irian Barat sekarang bernama Papua.
Tidak cuma itu, putra bungsu dari pasangan R Arismunandar dan Sri Wuryan ini merupakan sosok yang disiplin, sederhana dan religius. Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan Wismoyo yang tidak pernah meninggalkan puasa dan salat malam meski berada di medan operasi. Wismoyo juga selalu mengingatkan prajuritnya untuk dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) saat menjalankan tugas di medan tempur.
Hal itu pula yang dilakukan Wismoyo kepada Prabowo Subianto saat akan berangkat ke medan operasi di Timor-Timor. Prabowo dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto,” menceritakan pertemuan pertama dengan Wismoyo, terjadi saat dirinya masuk Kopasandha.
Saat itu, Prabowo masih berpangkat Letnan Dua (Letda), sedangkan Wismoyo menjabat sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspem) Danjen Kopasandha berpangkat Letkol. ”Ketika itu kami hanya tahu Beliau adalah adik ipar Pak Harto. Istri beliau adalah adik Ibu Tien Soeharto,” kenang Prabowo dikutip SINDOnews, Rabu (23/2/2022).
Prabowo menuturkan, pada awalnya tidak begitu dekat dengan Wismoyo. Namun pada 1978, Wismoyo diangkat menjadi Komandan Group 1 Para Komando dari Kopasandha. ”Dengan begitu Beliau menjadi komandan group kami. Saya waktu itu Komandan Kompi 112. Saya pun mulai mengenal sosok Pak Wismoyo Arismunandar,” kata Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus ini menyebut, hal yang paling berkesan adalah ketika dirinya akan berangkat operasi pertama kali ke Timor-Timur pada akhir Oktober 1978. Saat itu, dirinya menjabat sebagai Komandan Kompi. ”Pukul 20.00 WIB malam, sebelum saya take off pukul 04.00 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, beliau memanggil saya. Beliau menanyakan persiapan saya yang akan menjalankan operasi,” ucap Prabowo.
Lulusan AKABRI 1974 ini kemudian menjelaskan jika semua peralatan sudah disiapkan mulai dari senjata, peluru, kompas hingga obat-obatan. Namun, kata Prabowo, Wismoyo kembali menanyakan apalagi yang harus dipersiapkan. Bahkan pertanyaan itu dilakukan hingga berulang-ulang. “Saya bingung mau jawab apa lagi karena sudah disebutkan semua perlengkapan sudah disiapkan,” ucapnya.
Wismoyo kemudian menjelaskan maksud pertanyaannya tersebut. Sebagai pemimpin, menjaga keselamatan pasukan merupakan tanggung jawab yang sangat berat. Untuk itu, kedekatan kepada Tuhan YME sangat diperlukan agar mendapat perlindungan.
”Dia menyampaikan bahwa saya masih muda, bertanggung jawab atas 100 nyawa pasukan dan akan menghadapi bahaya maut karena itu dia mengingatkan saya untuk dekat kepada Tuhanya Yang Maha Kuasa. Barulah saya sadar. Beliau lalu masuk kamar dan saat keluar membawa bungkusan isinya sajadah. Dia meminta saya menaruh sajadah itu dalam ransel selama bertugas dan menggunakannya,” ucap Lulusan AKABRI 1974.
Bagi Prabowo, Wismoyo merupakan sosok yang banyak memengaruhi dirinya. Sebab Wismoyo merupakan pemimpin yang selalu mengutamakan semangat dan bergembira. Cara Wismoyo memimpin prajuritnya memberikan keteladanan tersendiri bagi putra Begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini.
”Ajaran-ajaran beliau memengaruhi pribadi saya. Ajaran utama beliau ke anak buahnya selain patriotisme yang menjadi ciri khas angkatan ’45 adalah harus selalu berpikir, berbuat dan bertutur kata yang baik. Jangan izinkan berpikir buruk terhadap orang lain. Itu ajaran beliau yang selalu melekat dalam hati saya,” katanya.
Sikap disiplin, bersahaja, dan religius Wismoyo juga diungkapkan dalam buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar: Sosok Prajurit Sejati” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad). Dimana Wismoyo yang merupakan abituren Akademi Militer Nasional (AMN) kini Akademi Militer (Akmil) 1960 tidak pernah meninggalkan ibadahnya.
”Kapten Inf Wismoyo selalu menerapkan disiplin kepada anak buahnya. Di samping itu, dalam operasi selalu melaksanakan puasa sunah dan salat malam mohon petunjuk agar operasi berjalan dengan lancar dan aman,” tulis buku tersebut.
Terbukti, semua tugas operasi yang diembannya berhasil dengan baik. Keberhasilannya di medan operasi seperti penumpasan pemberontakan bersenjata DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dan pemberontak G30S/PKI di sejumlah daerah membuat karier militer Wismoyo cemerlang.
Wismo kemudian diangkat menjadi Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto. Tidak hanya itu, Karier pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur pada 10 Februari 1940 terus meningkat, setelah berhasil menumpas kelompok bersenjata di Kalimantan dan Papua. Wismoyo kemudian dipercaya menjadi Kasdam IX/Udayana, kemudian Pangdam XVII/Cenderawasih dan Pangdam IV/Diponegoro.
Bahkan seiring perjalanan waktu, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Pangkostrad dan Wakasad pada 1992, sebelum akhirnya diangkat menjadi orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD) sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-17.
Wismoyo Arismunandar merupakan mantan Danjen Kopassus periode 1983-1985. Ia kenyang dengan pengalaman tempur di berbagai medan operasi.
Mulai dari penumpasan pemberontak bersenjata PGRS/Paraku di Kalimantan, G30S/PKI, Operasi Guntur dan Operasi Kilat 1 menumpas komplotan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan hingga Operasi Wibawa di Irian Barat sekarang bernama Papua.
Tidak cuma itu, putra bungsu dari pasangan R Arismunandar dan Sri Wuryan ini merupakan sosok yang disiplin, sederhana dan religius. Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan Wismoyo yang tidak pernah meninggalkan puasa dan salat malam meski berada di medan operasi. Wismoyo juga selalu mengingatkan prajuritnya untuk dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) saat menjalankan tugas di medan tempur.
Hal itu pula yang dilakukan Wismoyo kepada Prabowo Subianto saat akan berangkat ke medan operasi di Timor-Timor. Prabowo dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto,” menceritakan pertemuan pertama dengan Wismoyo, terjadi saat dirinya masuk Kopasandha.
Saat itu, Prabowo masih berpangkat Letnan Dua (Letda), sedangkan Wismoyo menjabat sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspem) Danjen Kopasandha berpangkat Letkol. ”Ketika itu kami hanya tahu Beliau adalah adik ipar Pak Harto. Istri beliau adalah adik Ibu Tien Soeharto,” kenang Prabowo dikutip SINDOnews, Rabu (23/2/2022).
Prabowo menuturkan, pada awalnya tidak begitu dekat dengan Wismoyo. Namun pada 1978, Wismoyo diangkat menjadi Komandan Group 1 Para Komando dari Kopasandha. ”Dengan begitu Beliau menjadi komandan group kami. Saya waktu itu Komandan Kompi 112. Saya pun mulai mengenal sosok Pak Wismoyo Arismunandar,” kata Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus ini menyebut, hal yang paling berkesan adalah ketika dirinya akan berangkat operasi pertama kali ke Timor-Timur pada akhir Oktober 1978. Saat itu, dirinya menjabat sebagai Komandan Kompi. ”Pukul 20.00 WIB malam, sebelum saya take off pukul 04.00 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, beliau memanggil saya. Beliau menanyakan persiapan saya yang akan menjalankan operasi,” ucap Prabowo.
Lulusan AKABRI 1974 ini kemudian menjelaskan jika semua peralatan sudah disiapkan mulai dari senjata, peluru, kompas hingga obat-obatan. Namun, kata Prabowo, Wismoyo kembali menanyakan apalagi yang harus dipersiapkan. Bahkan pertanyaan itu dilakukan hingga berulang-ulang. “Saya bingung mau jawab apa lagi karena sudah disebutkan semua perlengkapan sudah disiapkan,” ucapnya.
Wismoyo kemudian menjelaskan maksud pertanyaannya tersebut. Sebagai pemimpin, menjaga keselamatan pasukan merupakan tanggung jawab yang sangat berat. Untuk itu, kedekatan kepada Tuhan YME sangat diperlukan agar mendapat perlindungan.
”Dia menyampaikan bahwa saya masih muda, bertanggung jawab atas 100 nyawa pasukan dan akan menghadapi bahaya maut karena itu dia mengingatkan saya untuk dekat kepada Tuhanya Yang Maha Kuasa. Barulah saya sadar. Beliau lalu masuk kamar dan saat keluar membawa bungkusan isinya sajadah. Dia meminta saya menaruh sajadah itu dalam ransel selama bertugas dan menggunakannya,” ucap Lulusan AKABRI 1974.
Bagi Prabowo, Wismoyo merupakan sosok yang banyak memengaruhi dirinya. Sebab Wismoyo merupakan pemimpin yang selalu mengutamakan semangat dan bergembira. Cara Wismoyo memimpin prajuritnya memberikan keteladanan tersendiri bagi putra Begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini.
”Ajaran-ajaran beliau memengaruhi pribadi saya. Ajaran utama beliau ke anak buahnya selain patriotisme yang menjadi ciri khas angkatan ’45 adalah harus selalu berpikir, berbuat dan bertutur kata yang baik. Jangan izinkan berpikir buruk terhadap orang lain. Itu ajaran beliau yang selalu melekat dalam hati saya,” katanya.
Sikap disiplin, bersahaja, dan religius Wismoyo juga diungkapkan dalam buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar: Sosok Prajurit Sejati” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad). Dimana Wismoyo yang merupakan abituren Akademi Militer Nasional (AMN) kini Akademi Militer (Akmil) 1960 tidak pernah meninggalkan ibadahnya.
”Kapten Inf Wismoyo selalu menerapkan disiplin kepada anak buahnya. Di samping itu, dalam operasi selalu melaksanakan puasa sunah dan salat malam mohon petunjuk agar operasi berjalan dengan lancar dan aman,” tulis buku tersebut.
Terbukti, semua tugas operasi yang diembannya berhasil dengan baik. Keberhasilannya di medan operasi seperti penumpasan pemberontakan bersenjata DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dan pemberontak G30S/PKI di sejumlah daerah membuat karier militer Wismoyo cemerlang.
Wismo kemudian diangkat menjadi Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto. Tidak hanya itu, Karier pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur pada 10 Februari 1940 terus meningkat, setelah berhasil menumpas kelompok bersenjata di Kalimantan dan Papua. Wismoyo kemudian dipercaya menjadi Kasdam IX/Udayana, kemudian Pangdam XVII/Cenderawasih dan Pangdam IV/Diponegoro.
Bahkan seiring perjalanan waktu, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Pangkostrad dan Wakasad pada 1992, sebelum akhirnya diangkat menjadi orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD) sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-17.
(cip)