Rizal Ramli Beber Alasan Ibu Kota Negara Baru Tak Direstui Kiai-Ulama
loading...
A
A
A
BANDUNG - Ekonom senior Rizal Ramli mengklaim bahwa rencana perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur tak direstui banyak kiai dan ulama. Penolakan tersebut didasari alasan bahwa Pulau Jawa, tempat Ibu Kota DKI Jakarta berdiri saat ini memiliki nilai histroris yang tinggi terhadap kiai dan ulama.
"Saya baru tahu ternyata banyak kiai yang keberatan karena mereka gak mau sejarah Indonesia dicabut dari pulau Jawa," ungkap Rizal Ramli saat ditemui di kawasan Buah Batu, Kota Bandung, Sabtu (12/2/2022).
Lebih lanjut, Rizal pun mengaku khawatir keberadaan ibu kota baru itu sia-sia, hanya menjadi tempat untuk buang-buang uang perjalanan dinas. Indonesia, kata dia, harus mencontoh negara yang berhasil memindahkan ibu kotanya, bukan sebaliknya menjiplak negara yang gagal seperti Brazil.
Brazil mencoba memindahkan ibu kotanya, Rio de Janeiro ke Brazilian City yang jarak tempuhnya lebih dari dua jam dari ibu kota lama. Pemindahan tersebut akhirnya tak berfungsi dengan baik karena segala urusan terkait pemerintahan masih berkutat di Rio de Janeiro.
"Pejabat dia tetap saja di Rio, orang swasta mau ketemu pejabat tetap saja di Rio, rakyat mau mengadu tetap saja di Rio. Akhirnya, ibukota itu tetap menjadi monumen dan jadi tempat buat pejabat sama keluarganya seminar, retreat, buat ngabisin (uang) SPJ (surat perjalanan dinas)," bebernya.
Sebaliknya, India adalah negara yang dianggap sukses memindahkan ibu kotanya. Menurutnya, India memindahkan ibu kota negara dari Old Delhi ke Punjab yang terletak di kawasan utara. Namun, ketika segala proses infrastruktur sudah dibangun, rencana menjadi ibu kota justru hanya menjadi monumen belaka dan dinilai gagal.
"Akhirnya, pemerintah India bikin lagi ibukota baru yang kedua namanya New Delhi, jaraknya cuman setengah jam dari Old Delhi. Ditata yang bener, ini ditata dengan baik dan sukses," katanya.
Berkaca dari negara-negara tersebut, Rizal menilai, nasib ibu kota negara nanti akan berujung pada kegagalan karena letaknya yang jauh dari Jakarta. Terlebih, hasil survei menunjukkan bahwa banyak pegawai negeri sipil (PNS) yang enggan pindah ke Kaltim. "Nah, ini akan terjadi hal yang sama, ini akan jadi proyek gagal aja yaitu istilahnya itu tempat untuk menghabiskan SPJ," tegasnya.
Meski demikian, Rizal tetap berharap ibu kota baru nantinya dapat bermanfaat dan berfungsi dengan baik bagi masyarakat. Sementara disinggung mengenai kandidat Kepala Otorita ibu kota negara, dia enggan berkomentar. "Kalau kita ingin bikin ibu kota baru ya bermanfaat dan fungsional," tandasnya. agung bakti sarasa
"Saya baru tahu ternyata banyak kiai yang keberatan karena mereka gak mau sejarah Indonesia dicabut dari pulau Jawa," ungkap Rizal Ramli saat ditemui di kawasan Buah Batu, Kota Bandung, Sabtu (12/2/2022).
Lebih lanjut, Rizal pun mengaku khawatir keberadaan ibu kota baru itu sia-sia, hanya menjadi tempat untuk buang-buang uang perjalanan dinas. Indonesia, kata dia, harus mencontoh negara yang berhasil memindahkan ibu kotanya, bukan sebaliknya menjiplak negara yang gagal seperti Brazil.
Brazil mencoba memindahkan ibu kotanya, Rio de Janeiro ke Brazilian City yang jarak tempuhnya lebih dari dua jam dari ibu kota lama. Pemindahan tersebut akhirnya tak berfungsi dengan baik karena segala urusan terkait pemerintahan masih berkutat di Rio de Janeiro.
"Pejabat dia tetap saja di Rio, orang swasta mau ketemu pejabat tetap saja di Rio, rakyat mau mengadu tetap saja di Rio. Akhirnya, ibukota itu tetap menjadi monumen dan jadi tempat buat pejabat sama keluarganya seminar, retreat, buat ngabisin (uang) SPJ (surat perjalanan dinas)," bebernya.
Sebaliknya, India adalah negara yang dianggap sukses memindahkan ibu kotanya. Menurutnya, India memindahkan ibu kota negara dari Old Delhi ke Punjab yang terletak di kawasan utara. Namun, ketika segala proses infrastruktur sudah dibangun, rencana menjadi ibu kota justru hanya menjadi monumen belaka dan dinilai gagal.
"Akhirnya, pemerintah India bikin lagi ibukota baru yang kedua namanya New Delhi, jaraknya cuman setengah jam dari Old Delhi. Ditata yang bener, ini ditata dengan baik dan sukses," katanya.
Berkaca dari negara-negara tersebut, Rizal menilai, nasib ibu kota negara nanti akan berujung pada kegagalan karena letaknya yang jauh dari Jakarta. Terlebih, hasil survei menunjukkan bahwa banyak pegawai negeri sipil (PNS) yang enggan pindah ke Kaltim. "Nah, ini akan terjadi hal yang sama, ini akan jadi proyek gagal aja yaitu istilahnya itu tempat untuk menghabiskan SPJ," tegasnya.
Meski demikian, Rizal tetap berharap ibu kota baru nantinya dapat bermanfaat dan berfungsi dengan baik bagi masyarakat. Sementara disinggung mengenai kandidat Kepala Otorita ibu kota negara, dia enggan berkomentar. "Kalau kita ingin bikin ibu kota baru ya bermanfaat dan fungsional," tandasnya. agung bakti sarasa
(muh)