Profil Singkat Ustaz Yusuf Mansur yang Masuk dalam Majelis Masyayikh Pesantren

Kamis, 30 Desember 2021 - 17:47 WIB
loading...
Profil Singkat Ustaz Yusuf Mansur yang Masuk dalam Majelis Masyayikh Pesantren
Ustaz Yusuf Mansur masuk dalam Majelis Masyayikh yang baru dikukuhkan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Kamis (30/12/2021). FOTO/IST
A A A
JAKARTA - KH Jam'an Nurchotib Mansur atau populer disapa Ustaz Yusuf Mansur masuk dalam Majelis Masyayikh yang baru dikukuhkan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Kamis (30/12/2021). Majelis ini terdiri dari 9 kiai sebagai perwakilan Dewan Masyayikh dalam merumuskan dan menetapkan sistem penjaminan mutu pendidikan pesantren .

Menurut menag, pembentukan Majelis Masyayikh ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Majelis ini bersifat mandiri dan independen sebagai perwakilan dari Dewan Masyayikh yang ada di setiap pondok pesantren. Mekanisme pemilihan Majelis Masyayikh dilakukan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang berasal dari unsur pemerintah, asosiasi pesantren berskala nasional.

"Selaku Menteri Agama, saya berpandangan bahwa ini adalah hasil terbaik dari ikhtiar kita semua, teriring harapan yang disematkan kepada anggota Majelis Masyayikh yang terpilih untuk dapat membawa pendidikan pesantren menjadi makin unggul dalam menjawab tantangan zaman," kata Menag Yaqut dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/12/2021).

Baca juga: Menag Kukuhkan 9 Kiai sebagai Majelis Masyayikh, Ini Daftarnya

Nama Ustaz Yusuf Mansur tentu sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penceramah kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini cukup populer karena kerap muncul di media massa, baik elektronik, cetak, maupun online. Di era media sosial, Yusuf Mansur pun cukup aktif menyapa para pengikutnya.

Yusuf Mansur juga terkenal dengan ustaz shodaqoh. Dia selalu menyampaikan keutamaan shodaqoh kepada para jamaah dalam setiap ceramahnya. Lalu seperti apa sosok Ustaz Yusuf Mansur? Berikut ini profil singkatnya:

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, Yusuf Mansur lahir dari keluarga Betawi yang cukup terpandang dan berkecukupan. Ayahnya Abdurrahman Mimbar dan ibunya Humrif'ah. Kakeknya, KH Muhammad Mansur atau Guru Mansur merupakan tokoh Betawi pejuangan kemerdekaan Indonesia.

Yusuf Mansur dekat dengan agama sejak kecil. Dia disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dekat rumah. Setelah tamat, ia melanjutkan ke MTs Chairiyah Mansuriyah, lembaga pendidikan yang dikelola oleh keluarganya. Yusuf Mansur berhasil menamatkan pendidikan menengah pertamanya di usia cukup belia, yakni 14 tahun, sebagai siswa terbaik. Selanjutnya, Yusuf Mansur meneruskan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Grogol.

Baca juga: Kapitalisasinya Triliunan, Induk Koperasi Pesantren Diharapkan Jadi Holding

Suami Siti Maemunah ini pernah kuliah di Fakultas Hukum, Jurusan Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber lain menyebut, Yusuf Mansur juga pernah kuliah di jurusan Informatika. Namun semuanya berhenti di tengah jalan alias tidak lulus.

Yusuf Mansur sempat mengalami masa suram. Usahanya bangkrut dan menyebabkannya memiliki utang hingga miliaran rupiah. Bahkan gara-gara itu pula, Yusuf Mansur pernah merasakan dinginnya hidup di penjara.

Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Di dalam tahanan inilah Yusuf Mansur mendapatkan kesadaran untuk tidak mengulang apa yang pernah dilakukannya. Setelah bebas, ia menjalani hidup dari bawah dengan berjualan es di Terminal Kali Deres. Usahanya berkembang, dari keliling membawa termos, lalu memakai gerobak, hingga memiliki anak buah.

Hidup Yusuf Mansur mulai berubah setelah aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Di sela menjalani pekerjaannya, ayah dari Wirda Salamah Ulya dan Qumii Rahmatul Qulmul ini menulis buku berjudul Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku ini terinspirasi dari pengalamannya di penjara saat rindu dengan orang tua.

Buku karya Yusuf Mansur mendapat sambutan positif. Ia kerap diundang untuk bedah buku. Dari sinilah undangan berceramah mulai menghampiri. Hampir di setiap ceramahnya, ia menekankan makna di balik sedekah lengkap dengan contoh-contoh dalam kehidupan nyata.

Nama Yusuf Mansur terus meroket. Dia lalu bekerja sama dengan satu label meluncurkan kaset Tausiyah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga. Sebuah film berjudul KUN FA YAKUUN pun pernah digarapnya. Film ini dibintangi Yusuf Mansur, Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari.

Yusuf Mansur kemudian menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisata Hati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Al-Qur;an melalui pendidikan gratis bagi dhuafa di Pondok Pesantren Daarul Qur'an, Cipondoh, Tangerang, Banten.

Pesantren yang telah berusia 18 tahun ini pernah menorehkan berprestasi di tingkat internasional. Daarul Qur'an terpilih sebagai Yayasan Pendidikan Al-Quran Terbaik di Dunia Islam oleh al-Haiah Al-'Alamiyyah li Tahfizhil Quran pada 29 Juni 2015, menyisihkan 65 negara sebagai kandidat lainnya.

Selain di bidang agama, Yusuf Mansur belakang juga dikenal sebagai pebisnis. Usahanya macam-macam. Selain di bidang kuliner, Yusuf Mansur juga tercatat memiliki saham sejumlah perusahaan besar. Dari mulai perbankan, logistik, hingga klub sepak bola. Tak heran jika pajak per bulan yang disetorkan Yusuf Mansur dari beragam usahanya mencapai Rp6 miliar.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1559 seconds (0.1#10.140)