Jelang Muktamar NU ke-34, Gus Yahya Serukan soal Peradaban Baru ke Nahdliyin
loading...
A
A
A
LAMPUNG - Jelang pelaksaan Muktamar NU ke-34, calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengajak Nahdliyin untuk tidak sekadar memahami NU sebagai identitas. Sebab NU didirikan membawa mandat peradaban.
Jika hal itu terjadi, maka NU hanya jalan di tempat, dan baru bergerak jika diserang. Tapi tidak ada langkah untuk mengejar suatu tujuan tertentu di masa depan.
“Ini penting sekali untuk dipahami semua kader NU, supaya kemudian siap untuk bergerak bekerja menjalankan agenda-agenda organisasi,” ujarnya dalam acara Ngopi Bareng Gus Yahya, di Lampung, Selasa (21/12/2021).
Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini menyebut, NU berdiri pada 1926 seusai kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pada tahun 1924. Padahal pada zaman itu, kekhalifahan Turki Utsmani menjadi model dunia keislaman.
“Kekhalifahan Turki Utsmani ini bisa saya sebut imperium terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah. Bisa dibandingkan dengan imperium Iskandar Zulkarnaen,” jelasnya.
Namun dengan runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, dunia Islam kehilangan model peradabannya. Padahal ratusan tahun sebelumnya mewarnai dan menjadi rancang bangun.
“Ketika runtuh, kemudian muncul revitalisasi, moderninasi Islam. Lalu muncul kerajaan baru di Hijaz, Arab Saudi, yang dipimpin Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud,” terangnya.
Kemudian, salah satu pendiri NU KH Wahab Chasbullah yang sempat berada di Arab menyatakan bahwa Arab Saudi tidak bisa dijadikan model. Sehingga akhirnya bersama-sama mendirikan NU ini.
Jika hal itu terjadi, maka NU hanya jalan di tempat, dan baru bergerak jika diserang. Tapi tidak ada langkah untuk mengejar suatu tujuan tertentu di masa depan.
“Ini penting sekali untuk dipahami semua kader NU, supaya kemudian siap untuk bergerak bekerja menjalankan agenda-agenda organisasi,” ujarnya dalam acara Ngopi Bareng Gus Yahya, di Lampung, Selasa (21/12/2021).
Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini menyebut, NU berdiri pada 1926 seusai kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pada tahun 1924. Padahal pada zaman itu, kekhalifahan Turki Utsmani menjadi model dunia keislaman.
“Kekhalifahan Turki Utsmani ini bisa saya sebut imperium terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah. Bisa dibandingkan dengan imperium Iskandar Zulkarnaen,” jelasnya.
Namun dengan runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, dunia Islam kehilangan model peradabannya. Padahal ratusan tahun sebelumnya mewarnai dan menjadi rancang bangun.
“Ketika runtuh, kemudian muncul revitalisasi, moderninasi Islam. Lalu muncul kerajaan baru di Hijaz, Arab Saudi, yang dipimpin Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud,” terangnya.
Kemudian, salah satu pendiri NU KH Wahab Chasbullah yang sempat berada di Arab menyatakan bahwa Arab Saudi tidak bisa dijadikan model. Sehingga akhirnya bersama-sama mendirikan NU ini.