Ini Upaya SOS Children’s Villages Indonesia Jaga Masa Depan Anak yang Kehilangan Orangtua karena Covid-19

Sabtu, 02 Oktober 2021 - 09:00 WIB
loading...
Ini Upaya SOS Children’s Villages Indonesia Jaga Masa Depan Anak yang Kehilangan Orangtua karena Covid-19
Foto: Doc. SOS Children’s Villages Indonesia
A A A
Hampir dua tahun pandemi Covid-19 menyerang Indonesia. Salah satu pihak yang merasakan dampak lanjutan terjadinya pandemi adalah anak-anak lantaran banyak orang tua mereka meninggal lantaran penyakit tersebut. Penelitian The Lancet1 merilis data terdapat 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua karena Covid-19.

Anak-anak yang menghadapi kondisi ini menjadi sangat rentan untuk tidak terpenuhi hak-haknya. Mereka akan kehilangan kasih sayang, hilangnya rasa aman, terancamnya tempat tinggal, resiko putus sekolah, terbatasnya akses kesehatan, dan tidak terpenuhinya nutrisi serta gizi yang baik.

Kementerian Sosial menyampaikan ada sebanyak 25.202 anak (per 7/9/2021) yang kehilangan orang tua, baik yatim, piatu dan yatim piatu akibat Covid-19.

Anak-anak ini harus menghadapi kenyataan bahwa salah satu atau kedua orangtua mereka telah meninggal dunia. Hal ini tentunya mengakibatkan anak tidak lagi mendapatkan pengasuhan dan perlindungan dari orang tuanya.

Anak-anak yang kehilangan kedua orang tuanya ini harus berpindah pengasuhan ke pengasuhan alternatif. Hal ini menunjukkan bahwa hak anak atas lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif yang berkualitas menjadi isu yang genting untuk diperhatikan oleh pemerintah, masyarakat sipil, dan stakeholder lain.

Melihat permasalahan di atas, SOS Children’s Villages Indonesia sebagai organisasi yang bergerak pada bidang pengasuhan alternatif berbasis keluarga (PABK) bergerak untuk memenuhi hak-hak anak Indonesia yang kehilangan orang tua karena Covid-19.

Melalui press conference bertemakan #BersamaUntukAnak, SOS Children’s Villages Indonesia memaparkan hasil dari inisiatif asesmen secara cepat (rapid assessment) di dua wilayah kerja SOS Children’s Villages (Kota Semarang dan
Daerah Istimewa Yogyakarta) yang difokuskan pada anak yatim piatu.

Adapun rapid assesement ini menghasilkan temuan yang dijabarkan oleh Tri Dewi Saraswati selaku Advocacy Coordinator and Child Protection Specialist SOS Children’s Villages Indonesia, antara lain:
1
a. Mayoritas anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19 masih diasuh oleh kerabatnya. Pengasuhan ini juga dikenal dengan Pengasuhan “kinship care”.
b. Situasi keluarga asuh juga sangat bervariasi ada yang dari keluarga menengah sampai ada yang untuk hidup sehari hari harus bergantung pada bantuan tetangga/saudara. Situasi dan kondisi keluarga asuh akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak asuh.
c. Kondisi anak yang merasa kehilangan mendalam berdampak pada perilaku dan sosial emosi mereka. Beberapa anak menunjukan perubahan perilaku yang memerlukan dukungan psikososial. Situasi ini akan semakin parah apabila pengasuh juga merasakan kehilangan yang mendalam atau secara mental tidak siap untuk mengasuh.
d. Kesiapan pengasuh menjadi bagian yang sangat penting, baik secara mental dan ekonomi.

Sebagai langkah tindak lanjut dari rapid assesement SOS Children’s Villages Indonesia direkomendasikan beberapa bentuk intervensi, yaitu:
1. Dukungan psikososial bagi anak dan pengasuh
2. Penguatan keluarga asuh melalui program kerabat atau “Kinship Care” 3. Assessment untuk anak yatim atau piatu

Pada kesempatan tersebut, berbagai pihak ikut memberikan tanggapan terhadap hasil rapid assessment di atas, Idit Supriadi Priatna selaku Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Rehabilitasi Sosial Kementrian Sosial RI menyatakan, atas nama pemerintah pihaknya sangat mengapresiasi terhadap apa yang sudah dilakukan oleh SOS.

"Tentunya menjadi rasa syukur tersendiri manakala komunitas dan organisasi sudah bergerak di lapangan, bersama pemerintah. Karena berbicara tentang anak, berbicara tentang kita. Tentang masa depan bangsa. Kita tidak boleh mengabaikan apapun masalah-masalah yang kini terjadi dan dirasakan oleh anak. Pemerintah saat ini
mempersiapkan dana santunan untuk anak-anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19, ” ucapnya.

Hal senada dikatakan A'ak Abdullah Al-Kudus, inisiator gerakan masyarakat Kawal Masa Depan, berharap Rapid Assessment yang dilakukan SOS terus melebar ke wilayah-
wilayah lain, karena masih banyak lokasi yang membutuhkan bantuan. Sehingga anak-anak yang kehilangan pengasuhan tetap memiliki hidup yang berkualitas, tetap mendapatkan hak yang sama, hak untuk hidup, hak untuk bahagia dan ini adalah tanggung jawab kita semua.

Seorang public figure dan penulis buku mengenai pengasuhan anak, Mona Ratuliu dan Indra Brasco menanggapi temuan rapid assessment sebagai sesuatu yang luar biasa. “Kami sangat tersentuh dengan apa yang SOS lakukan untuk memberikan anak-anak pengasuhan yang berkualitas. Kami sedang merasakan hal yang sama yaitu mengasuh keponakan kami yang Ibunya telah meninggal karena
Covid-19, dan kami sangat memahami pentingnya pengasuhan berkualitas untuk seorang anak, "katanya.

Mereka juga menyatakan akan turut serta bergabung dan mendukung mensosialisasikan #BersamaUntukAnak agar semakin banyak lagi orang baik yang dapat bergabung dan membantu anak-anak yang terdampak.

Untuk SOS Children’s Villages Indonesia sendiri, yang paling difokuskan pada masa pandemi Covid-19 adalah bagaimana hak anak dapat terus dipenuhi. Sejak lahir 49 tahun lalu, SOS Children's Villages Indonesia selalu berkomitmen memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga bagi anak-anak yang (telah/ berisiko) kehilangan orang tua.

Mereka turut merasakan prihatin serta memberikan perhatian mendalam kepada kondisi saat ini yakni banyak anak yang kehilangan pengasuhan karena
orang tua mereka meninggal akibat Covid-19.

Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children’s Villages Indonesia,
menyatakan komitmen bahwa delapan lokasi Desa Anak SOS sebagai wujud pengasuhan alternatif berbasis keluarga atau Family Like Care siap menerima 300 anak yang telah kehilangan orang tua akibat Covid-19.

SOS Children’s Villages Indonesia juga mengapresiasi program bantuan sosial yang sudah digulirkan oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Sosial, untuk merespon kondisi anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19.

Selanjutnya, SOS Children’s Villages Indonesia juga merekomendasikan agar pemerintah pusat dan daerah dapat memberikan bantuan rehabilitasi psikososial bagi anak-anak yang kehilangan orang tua serta bagi pengasuh yang keluarga atau saudaranya meninggal akibat Covid-19. Karena kondisi ini akan berpengaruh besar pada kesehatan mental bagi mereka yang ditinggalkan, serta memperkuat jalinan / hubungan kerabat yang masih sedarah (dengan) anak, sehingga mereka siap menjalankan Kinship Care
secara berkualitas.

“Setiap anak harus dibesarkan dalam lingkungan keluarga. Walaupun tidak tinggal dengan orang tua kandungnya, namun tetap harus merasakan adanya keluarga. Itulah inti dari Pengasuhan Alternatif Berbasis Keluarga. Pengasuhan yang bukan dilakukan oleh keluarga inti, namun tetap memberikan
pengasuhan yang berkualitas,” kata Gregor Hadi Nitihardjo.

SOS Children’s Villages mendorong semua pihak untuk tetap mempertahankan adik-kakak yang kehilangan peangasuhan orang tua untuk tetap tinggal bersama dalam satu keluarga, dan tidak dipisahkan.

Karena jika dipisahkan akan tidak sejalan dengan prinsip kepentingan terbaik anak serta partisipasi anak.

SOS Children's Villages Indonesia juga siap membantu pemerintah untuk merealisasikan rekomendasi yang dapat dijalankan bersama tersebut. "Komitmen kami dari SOS Children's Villages Indonesia untuk memastikan setiap anak yang kehilangan orang tua akibat covid-19, agar mendapatkan pengasuhan terbaik, "katanya.
(atk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2339 seconds (0.1#10.140)