Hari Lahir Pancasila, Rektor Unhan Ajak Pemuda Tiru Keberanian Bung Karno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksdya TNI Amarulla Octavian mengharapkan para pemuda meniru keberanian Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno agar bangsa ini menjadi bangsa yang dipandang oleh dunia. Hasil pemikiran Bung Karno yang tertuang dalam Pancasila juga bisa dijadikan alat untuk menjaga perdamaian Indonesia, bahkan dunia.
Hal ini disampaikan Jenderal Bintang Tiga itu saat mengisi Seminar Nasional Memperingati Hari Kelahiran Pancasila bertema 'Api Semangat Pancasila dalam Bela Negara' yang dilaksanakan di Auditorium Unhan RI, Selasa (1/6/2021). Octavian menjadi pembicara utama seminar itu. Lalu pembicara lainnya adalah Direktur S-3 Unhan Laksamana Muda (Purn) TNI Siswo Hadi Sumantri, dan Dekan FKN Unhan RI Marsekal Muda Syamsunasir. Dua narasumber utama seminar adalah Mahasiswa S-3 Cohort Unhan Hasto Kristiyanto serta Aktivis dan Cendekiawan Muda Yudi Latif.
Dalam paparannya, Octavian membeberkan timeline sejarah Pancasila dan peran Bung Karno sebagai yang pertama kali mampu memformulasikan Pancasila pada 1 Juni dalam sidang BPUPKI. "Pancasila adalah jiwa dan kehidupan keseharian rakyat Indonesia," kata Octavian.
Berbicara soal sosok Bung Karno, Octavian menyatakan syarat menjadi negara besar ialah harus menghargai pahlawan dan sejarahnya. Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) memiliki sepuluh hari besar untuk memperingati Presiden George Washington. Sedangkan, Indonesia untuk mengenang Bung Karno baru memiliki tiga hari besar. "Hari lahir Bung Karno dan wafatnya Bung Karno. Lalu Hari Lahir Pancasila yang merupakan warisan dari Bung Karno," kata Amarulla.
Bung Karno, lanjut dia, pada masanya merupakan pemuda yang sangat pintar dan revolusioner. Presiden Pertama RI itu berpidato tanpa teks. Teks pidato Bung Karno yang ada saat ini hanya merupakan steno yang ditulis oleh notula. Keberanian Bung Karno itulah yang dapat menginspirasi generasi muda saat ini.
"Saat itu, dia masih muda dan berani bicara di hadapan tentara pendudukan Jepang. Tak semua pemuda Indonesia saat itu berani menghadapi Jepang. Pemuda saat ini pun harus jadi pemuda pemberani dan penuh tekad," kata dia.
Mempraktikkan hal tersebut, Octavian punya pengalaman saat berbicara di hadapan ratusan perwira dari berbagai negara. Dia yang tengah bersekolah di Prancis pada 2005, menyatakan Indonesia merdeka pada 1945. Sementara, ada yang protes dan menyebut Indonesia merdeka tahun 1949. Yang memprotes adalah siswa dari AS dan Belanda. "Mereka tunjukkan di sejarah internasional Indonesia merdeka pada 1949. Saya bilang tak bisa, harus hormati kemerdekaan dari bangsa itu sendiri. Pada 1949 itu hanya penyerahan kemerdekaan secara de jure," katanya.
Kepada yang protes, Octavian lalu mengatakan, jika kemerdekaan Indonesia 1945 dipertanyakan, maka peringatan kemerdekaan AS pada 4 Juli 1776 juga bisa dipertanyakan. Sebab faktanya, Inggris yeng menduduki AS saat itu, baru pergi pada 1783. Akhirnya, dunia mengakui kemerdekaan Amerika Serikat berdasarkan versi bangsa Paman Sam itu.
"Indonesia ditulis kemerdekaaannya versi bangsa Indonesia sendiri. Saya menyatakan itu di hadapan mahasiswa internasional dari 180-an negara. Setelah itu jadi ramai masuk koran di Belanda, dan ada perdebatan di Belanda. Akhirnya, diputuskan Belanda mengakui tahun 1945 dengan kirim Menlunya ke Indonesia, ke Istana Presiden pada 2005," kata Octavian.
Oleh karena itu, Octavian mengajak generasi muda, dengan semangat Pancasila, untuk melaksanakan pertahanan dan bela negara. Baginya, pertahanan dan bela negara menjadi keharusan semua komponen bangsa dengan semangat mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Di institusi TNI sendiri ada dikenal dengan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sistem tersebut terbukti mampu memukul mundur tentara Sekutu yang didomplengi NICA Belanda. "Sekarang sedang diuji oleh separatisme Papua. Indonesia harus buktikan bahwa Sishankamrata itu cocok dan ampuh untuk melawan separatisme di Papua," katanya.
Baginya, sangat penting untuk memastikan bagaimana Pancasila bisa memperkuat bela negara, menjaga keutuhan wilayah, menjaga keselamatan anak dan cucu kita. "Bagaimana dengan Pancasila kita mampu menjaga legitimasi pemerintah yang sah, kita juga harus mampu menjaga UUD 1945 demi keutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia sendiri," pungkasnya.
Direktur S-3 Unhan, Laksda TNI (Purn) Siswo Hadi Sumantri mengatakan, dokumen sejarah jelas menunjukkan Bung Karno lah yang menggali falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila. Falsafah ini yang kemudian disepakati bersama oleh founding fathers saat itu. "Peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila adalah momentum penting bagi warga Indonesia, terutama pemuda pemudi Indonesia, yang memegang estafet kepemimpinan masa depan bangsa ini," kata Siswo Hadi.
Hal ini disampaikan Jenderal Bintang Tiga itu saat mengisi Seminar Nasional Memperingati Hari Kelahiran Pancasila bertema 'Api Semangat Pancasila dalam Bela Negara' yang dilaksanakan di Auditorium Unhan RI, Selasa (1/6/2021). Octavian menjadi pembicara utama seminar itu. Lalu pembicara lainnya adalah Direktur S-3 Unhan Laksamana Muda (Purn) TNI Siswo Hadi Sumantri, dan Dekan FKN Unhan RI Marsekal Muda Syamsunasir. Dua narasumber utama seminar adalah Mahasiswa S-3 Cohort Unhan Hasto Kristiyanto serta Aktivis dan Cendekiawan Muda Yudi Latif.
Dalam paparannya, Octavian membeberkan timeline sejarah Pancasila dan peran Bung Karno sebagai yang pertama kali mampu memformulasikan Pancasila pada 1 Juni dalam sidang BPUPKI. "Pancasila adalah jiwa dan kehidupan keseharian rakyat Indonesia," kata Octavian.
Berbicara soal sosok Bung Karno, Octavian menyatakan syarat menjadi negara besar ialah harus menghargai pahlawan dan sejarahnya. Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) memiliki sepuluh hari besar untuk memperingati Presiden George Washington. Sedangkan, Indonesia untuk mengenang Bung Karno baru memiliki tiga hari besar. "Hari lahir Bung Karno dan wafatnya Bung Karno. Lalu Hari Lahir Pancasila yang merupakan warisan dari Bung Karno," kata Amarulla.
Bung Karno, lanjut dia, pada masanya merupakan pemuda yang sangat pintar dan revolusioner. Presiden Pertama RI itu berpidato tanpa teks. Teks pidato Bung Karno yang ada saat ini hanya merupakan steno yang ditulis oleh notula. Keberanian Bung Karno itulah yang dapat menginspirasi generasi muda saat ini.
"Saat itu, dia masih muda dan berani bicara di hadapan tentara pendudukan Jepang. Tak semua pemuda Indonesia saat itu berani menghadapi Jepang. Pemuda saat ini pun harus jadi pemuda pemberani dan penuh tekad," kata dia.
Mempraktikkan hal tersebut, Octavian punya pengalaman saat berbicara di hadapan ratusan perwira dari berbagai negara. Dia yang tengah bersekolah di Prancis pada 2005, menyatakan Indonesia merdeka pada 1945. Sementara, ada yang protes dan menyebut Indonesia merdeka tahun 1949. Yang memprotes adalah siswa dari AS dan Belanda. "Mereka tunjukkan di sejarah internasional Indonesia merdeka pada 1949. Saya bilang tak bisa, harus hormati kemerdekaan dari bangsa itu sendiri. Pada 1949 itu hanya penyerahan kemerdekaan secara de jure," katanya.
Kepada yang protes, Octavian lalu mengatakan, jika kemerdekaan Indonesia 1945 dipertanyakan, maka peringatan kemerdekaan AS pada 4 Juli 1776 juga bisa dipertanyakan. Sebab faktanya, Inggris yeng menduduki AS saat itu, baru pergi pada 1783. Akhirnya, dunia mengakui kemerdekaan Amerika Serikat berdasarkan versi bangsa Paman Sam itu.
"Indonesia ditulis kemerdekaaannya versi bangsa Indonesia sendiri. Saya menyatakan itu di hadapan mahasiswa internasional dari 180-an negara. Setelah itu jadi ramai masuk koran di Belanda, dan ada perdebatan di Belanda. Akhirnya, diputuskan Belanda mengakui tahun 1945 dengan kirim Menlunya ke Indonesia, ke Istana Presiden pada 2005," kata Octavian.
Oleh karena itu, Octavian mengajak generasi muda, dengan semangat Pancasila, untuk melaksanakan pertahanan dan bela negara. Baginya, pertahanan dan bela negara menjadi keharusan semua komponen bangsa dengan semangat mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Di institusi TNI sendiri ada dikenal dengan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sistem tersebut terbukti mampu memukul mundur tentara Sekutu yang didomplengi NICA Belanda. "Sekarang sedang diuji oleh separatisme Papua. Indonesia harus buktikan bahwa Sishankamrata itu cocok dan ampuh untuk melawan separatisme di Papua," katanya.
Baginya, sangat penting untuk memastikan bagaimana Pancasila bisa memperkuat bela negara, menjaga keutuhan wilayah, menjaga keselamatan anak dan cucu kita. "Bagaimana dengan Pancasila kita mampu menjaga legitimasi pemerintah yang sah, kita juga harus mampu menjaga UUD 1945 demi keutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia sendiri," pungkasnya.
Direktur S-3 Unhan, Laksda TNI (Purn) Siswo Hadi Sumantri mengatakan, dokumen sejarah jelas menunjukkan Bung Karno lah yang menggali falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila. Falsafah ini yang kemudian disepakati bersama oleh founding fathers saat itu. "Peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila adalah momentum penting bagi warga Indonesia, terutama pemuda pemudi Indonesia, yang memegang estafet kepemimpinan masa depan bangsa ini," kata Siswo Hadi.
(cip)