Peran Perantau Dinilai Beri Dampak Positif bagi Kemajuan Daerahnya
loading...
A
A
A
"Buat program yang konkret berdasarkan kebutuhan lokal. Mari kita berbagi dan bersinergi demi kemajuan KDT oleh kita yang diberkati menjadi berkat," ungkapnya.
Ketua Perkumpulan Gaja Toba Semesta Dr Ir Budi Situmorang mengungkapkan kontribusi masyarakat perantau Batak sangat minim dalam upaya memajukan KDT.
"Mereka lebih banyak kepada watch dog, atau pengamat atau LSM. Sebagai fasilitator sekarang mulai banyak," katanya dalam kesempatan sama.
Menurut dia, peran perantau bisa besar maupun kecil, serta sedang. Berbagai bidang yang bisa diambil, kata dia, sosial budaya, pendidikan, ilmu teknologi, ekonomi dan politik.
"Pesan saya, peran gereja sedapat mungkin, ini yang belum tuntas, terutama kepada kita semua lah, gereja ini adalah komunitas kita. Peran perantau dan gereja seharusnya berlandaskan kasih," ujarnya.
Tokoh muda inspiratif Sumatera Utara sekaligus pendiri Yayasan Alusi Tao Toba, Togu Simorangkir, menilai gereja gagal untuk kawasan Danau Toba.
"Pernah enggak gereja hadir di lahan pertanian masyarakat jemaatnya? Pernah enggak memberikan teknologi melatih jemaatnya untuk bertani bagaimana meningkatkan hasil pertaniannya? Karena ketika hasil pertaniannya mereka bagus itu akan dikembalikan lagi ke gereja. Itu yang saya katakan gereja fail sekitaran Danau Toba untuk membangun sebuah lingkungan yang kondusif untuk anak-anak, untuk bertumbuh, untuk lingkungan yang lebih asri," kata Togu.
Selain itu, dia berpendapat bahwa Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) seharusnya dibubarkan. "Itu useless (Tak berguna, red). Ngabis-ngabisin uang negara," tuturnya.
Dia mengatakan, saat ini pemerintah lebih baik fokus terhadap masalah kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.
"Ditutup itu perusahan-perusahaan perusak lingkungan di Danau Toba jika ingin pariwisatanya maju. Pariwisata dikesampingkan dulu, itu tidak prioritas. Masyarakat di Danau Toba itu petani, jangan kirim mereka jadi guide, jadi apapun yang berkaitan dengan pariwisata," pungkasnya.
Ketua Perkumpulan Gaja Toba Semesta Dr Ir Budi Situmorang mengungkapkan kontribusi masyarakat perantau Batak sangat minim dalam upaya memajukan KDT.
"Mereka lebih banyak kepada watch dog, atau pengamat atau LSM. Sebagai fasilitator sekarang mulai banyak," katanya dalam kesempatan sama.
Menurut dia, peran perantau bisa besar maupun kecil, serta sedang. Berbagai bidang yang bisa diambil, kata dia, sosial budaya, pendidikan, ilmu teknologi, ekonomi dan politik.
"Pesan saya, peran gereja sedapat mungkin, ini yang belum tuntas, terutama kepada kita semua lah, gereja ini adalah komunitas kita. Peran perantau dan gereja seharusnya berlandaskan kasih," ujarnya.
Tokoh muda inspiratif Sumatera Utara sekaligus pendiri Yayasan Alusi Tao Toba, Togu Simorangkir, menilai gereja gagal untuk kawasan Danau Toba.
"Pernah enggak gereja hadir di lahan pertanian masyarakat jemaatnya? Pernah enggak memberikan teknologi melatih jemaatnya untuk bertani bagaimana meningkatkan hasil pertaniannya? Karena ketika hasil pertaniannya mereka bagus itu akan dikembalikan lagi ke gereja. Itu yang saya katakan gereja fail sekitaran Danau Toba untuk membangun sebuah lingkungan yang kondusif untuk anak-anak, untuk bertumbuh, untuk lingkungan yang lebih asri," kata Togu.
Selain itu, dia berpendapat bahwa Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) seharusnya dibubarkan. "Itu useless (Tak berguna, red). Ngabis-ngabisin uang negara," tuturnya.
Dia mengatakan, saat ini pemerintah lebih baik fokus terhadap masalah kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.
"Ditutup itu perusahan-perusahaan perusak lingkungan di Danau Toba jika ingin pariwisatanya maju. Pariwisata dikesampingkan dulu, itu tidak prioritas. Masyarakat di Danau Toba itu petani, jangan kirim mereka jadi guide, jadi apapun yang berkaitan dengan pariwisata," pungkasnya.