Tausiah di Depan Sekjen Parpol Koalisi, Gus Miftah Beberkan 4 Kategori Orang Islam di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gus Miftah memberikan tausyiah di hadapan para sekretaris jenderal partai politik (Sekjen Parpol) koalisi pendukung Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin di kantor pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (6/5/2021).
Tampak Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto ditemani oleh koleganya. Yakni Wasekjen PDIP Arif Wibowo, Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, Cendekiawan NU Zuhairi Misrawi, dan Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus.
Para sekjen parpol koalisi yang hadir di antaranya Arwani Thomafi dari PPP, Sekjen PKB Hasanuddin Wahid, Sekjen PBB Afriansyah Noor, Sekjen Perindo Ahmad Rofiq, Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan. Hadir juga Sekretaris Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni. Mantan Sekjen yang kini merupakan Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani juga sempat hadir.
Dalam tausiahnya, Gus Miftah menyebut ada empat karakter warga negara Indonesia dalam beragama dan berbangsa. Pertama adalah orang yang ketika beragama berakidahkan ahlus sunnah wal jamaah dan dalam berbangsa serta bernegara dengan berideologikan Pancasila.
"Ini adalah orang yang paling ideal untuk tinggal di Indonesia. Yang beragama Islam," kata Gus Miftah.
Yang kedua, orang yang secara agama berakidah ahlul sunnah wal jamaah, namun ideologi negaranya adalah khilafah. "Ini adalah orang-orang yang sangat menipu. Kenapa? Akidahnya sama dengan kita tetapi ideologi berbangsanya adalah khilafah dan ini sangat berbahaya," tutur Gus Miftah.
Yang ketiga, adalah di dalam beragama bukan ahlus sunnah wal jamaah, namun masih memiliki ideologi Pancasila dalam bernegara. Keempat, adalah yang beragama tak berakidah ahlus sunnah wal jamaah dan dalam bernegara memiliki ideologi khilafah. Baca juga: Pengamat Prediksi Ada 3 Koalisi di Pilpres 2024
Dia mengatakan hal itu untuk menekankan bahwa ada misi yang harus dikerjakan oleh orang Indonesia. Yakni menjaga keberlangsungan ahlus sunnah wal jamaah dan menjaga kelangsungan NKRI yang berideologikan Pancasila.
Baginya, Indonesia adalah rumah besar dengan enam kamar keagamaan. Jika Pancasila dipahami dan diyakini dengan baik, Gus Miftah mengatakan setiap orang akan kembali ke kamarnya masing-masing.
"Yang masalah kalau kita justru masuk ke kamar orang lain, tidur dan bahkan ngompol di sana. Maka masyarakat harus pahami Pancasila, apapun agamanya," tutur dia.
Gus Miftah juga memberi nasihat bahwa pemeluk agama harus menyatakan ajaran agamanya masing-masing adalah benar. Tapi tak boleh menyalahkan agama orang lain.
"Menurut saya semua agama benar bagi penganutnya. Sebagai pemeluk agama A, kita harus mengatakan agama kita benar tanpa harus menyalahkan agama lain," tegasnya.
Kepada masyarakat, Gus Miftah juga mengajak agar ikut pendapat ahli. Namun tak ikut-ikutan dengan orang yang sok ahli. Apalagi saat ini, media sosial sangat 'berkuasa'.
"Postinglah yang penting, jangan yang penting posting. Karena kita sering begitu," tutupnya.
Lihat Juga: Prabowo Subianto Akan Melantik 7 Utusan Khusus Presiden, Termasuk Raffi Ahmad dan Gus Miftah
Tampak Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto ditemani oleh koleganya. Yakni Wasekjen PDIP Arif Wibowo, Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, Cendekiawan NU Zuhairi Misrawi, dan Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus.
Para sekjen parpol koalisi yang hadir di antaranya Arwani Thomafi dari PPP, Sekjen PKB Hasanuddin Wahid, Sekjen PBB Afriansyah Noor, Sekjen Perindo Ahmad Rofiq, Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan. Hadir juga Sekretaris Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni. Mantan Sekjen yang kini merupakan Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani juga sempat hadir.
Dalam tausiahnya, Gus Miftah menyebut ada empat karakter warga negara Indonesia dalam beragama dan berbangsa. Pertama adalah orang yang ketika beragama berakidahkan ahlus sunnah wal jamaah dan dalam berbangsa serta bernegara dengan berideologikan Pancasila.
"Ini adalah orang yang paling ideal untuk tinggal di Indonesia. Yang beragama Islam," kata Gus Miftah.
Yang kedua, orang yang secara agama berakidah ahlul sunnah wal jamaah, namun ideologi negaranya adalah khilafah. "Ini adalah orang-orang yang sangat menipu. Kenapa? Akidahnya sama dengan kita tetapi ideologi berbangsanya adalah khilafah dan ini sangat berbahaya," tutur Gus Miftah.
Yang ketiga, adalah di dalam beragama bukan ahlus sunnah wal jamaah, namun masih memiliki ideologi Pancasila dalam bernegara. Keempat, adalah yang beragama tak berakidah ahlus sunnah wal jamaah dan dalam bernegara memiliki ideologi khilafah. Baca juga: Pengamat Prediksi Ada 3 Koalisi di Pilpres 2024
Dia mengatakan hal itu untuk menekankan bahwa ada misi yang harus dikerjakan oleh orang Indonesia. Yakni menjaga keberlangsungan ahlus sunnah wal jamaah dan menjaga kelangsungan NKRI yang berideologikan Pancasila.
Baginya, Indonesia adalah rumah besar dengan enam kamar keagamaan. Jika Pancasila dipahami dan diyakini dengan baik, Gus Miftah mengatakan setiap orang akan kembali ke kamarnya masing-masing.
"Yang masalah kalau kita justru masuk ke kamar orang lain, tidur dan bahkan ngompol di sana. Maka masyarakat harus pahami Pancasila, apapun agamanya," tutur dia.
Gus Miftah juga memberi nasihat bahwa pemeluk agama harus menyatakan ajaran agamanya masing-masing adalah benar. Tapi tak boleh menyalahkan agama orang lain.
"Menurut saya semua agama benar bagi penganutnya. Sebagai pemeluk agama A, kita harus mengatakan agama kita benar tanpa harus menyalahkan agama lain," tegasnya.
Kepada masyarakat, Gus Miftah juga mengajak agar ikut pendapat ahli. Namun tak ikut-ikutan dengan orang yang sok ahli. Apalagi saat ini, media sosial sangat 'berkuasa'.
Baca Juga
"Postinglah yang penting, jangan yang penting posting. Karena kita sering begitu," tutupnya.
Lihat Juga: Prabowo Subianto Akan Melantik 7 Utusan Khusus Presiden, Termasuk Raffi Ahmad dan Gus Miftah
(kri)