Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis Diharap Lahirkan Pemimpin Berjiwa Nasionalis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis diharapkan melahirkan pemimpin berjiwa nasionalis. Sekretaris Jenderal (sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto telah meresmikan ulang penataan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis di Jalan Dasana Indah, Bojong Nangka, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (10/4/2021).
Adapun peresmian itu ditandai dengan penandatanganan monumen Proklamator sekaligus Presiden Pertama Soekarno. Hasto mengaku sangat mengapresiasi keberadaan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis yang digagas Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Banten III, Ananta Wahana.
Terlebih, padepokan yang sudah berjalan puluhan tahun itu, menjadi titik temu para generasi muda dari berbagai latar belakang, baik agama dan suku dan budaya. Maka itu, dirinya mengharapkan keberadaan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis bisa menjadi pusat kebudayaan.
Baca juga: Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis Bikin Hasto Kristiyanto Terkenang Masa Kecil
Hasto menilai Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis juga harus dapat mencetak kader-kader nasionalis, pancasilais untuk kejayaan Indonesia di masa mendatang. "Luar biasa Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis ini. Mudah-mudahan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis bisa mewujudkan filosofi awal pembangunan sebagai tempat tinggal Semar yang banyak didatangi oleh para kesatria untuk belajar kebijaksanaan sebagai seorang pemimpin dari Semar," ujar Hasto.
Dia mengatakan, penamaan Karang Tumaritis pada padepokan itu membuatnya terkenang masa kecil yang suka menonton ketoprak. Kata Hasto, dalam ketoprak ada sosok Mahesa Jenar yang menggembleng kemampuan ilmu sostro biolonya di Padepokan Karang Tumaritis. Dia merasakan suasana yang menggelorakan kebudayaan Indonesia.
"Bung karno mengatakan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. Di situlah padepokan ini, semua suku dan agama, semua umat manusia Indonesia bisa bersatu dalam semangat yang sama, bergelora dengan tegap yang sama, yaitu untuk Indonesia raya kita," kata Hasto dengan nada berapi-api.
Baca juga: Soal Peluang Ganjar Diusung PDIP di 2024, Hasto: Ibu Mega yang Ambil Keputusan
Sementara itu, Pengasuh Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Ananta Wahana mengungkapkan awal berdirinya padepokan. Ananta menjelaskan, lahan seluas 4.000 meter itu merupakan hutan bambu yang penuh ular sebelum disulap menjadi tempat nyaman bagi masyarakat untuk datang belajar, berdiskusi atau sekadar berkumpul masyarakat.
"Kini, tempat ini sudah menjadi tempat belajar dan wadah bagi generasi muda dan masyarakat untuk menempa diri mereka lewat latihan-latihan kepemimpinan, kelas-kelas filsafat, seminar, dan bahkan menjadi ajang bagi beberapa komunitas seni budaya untuk berlatih mengekspresikan diri mereka," kata Ananta.
Padepokan juga menyediakan ruang-ruang kelas untuk tempat belajar anak usia dini, bahkan kerap menjadi sekolah darurat bagi anak-anak pengungsi dari daerah-daerah konflik di Timur Tengah seperti Siria, Irak, dan Afganistan. "Semangat pendirian Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis tidak lepas dari cita-cita awal pendirian padepokan tersebut agar menjadi kebun tempat persemaian kader-kader nasionalis dan pancasilais yang unggul," ujar Ananta.
Kendati lokasinya jauh dari perkotaan, tetapi Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis telah berhasil membuktikan eksistensi menjadi tempat titik temu lintas generasi, kaum muda lintas aliran politik, serta lintas agama dan budaya. Terbukti, nama-nama tokoh yang menjadi pemeran utama di panggung politik nasional pernah singgah di padepokan tersebut.
"Akbar Tandjung, (almarhum) Bondan Gunawan, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, Antasari Azhar, hingga Ir Joko Widodo yang tak lain saat ini menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia," kata politikus PDIP ini.
Ananta melanjutkan, sejak pandemi Covid-19 pada 2020, Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis sangat membatasi kegiatan dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat. Para undangan diharuskan membawa surat negatif Covid-19, memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk ke tempat acara.
Kegiatan-kegiatan di padepokan pun akhirnya dialihkan ke gotong-royong untuk membantu warga sekitar yang sedang kesulitan akibat pandemi Covid-19. Misalnya, membagikan paket bansos sembako berisikan beras, minyak, sarden, biskuit, mie instan, gula, kopi, teh, dan kecap kepada masyarakat. Paket sembako ini juga dibagikan ke para seniman, budayawan, dan pelaku UMKM.
Hadir dalam acara antara lain Kepala BKN DPP PDIP Aria Bima, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP Deddy Yevri Hanteru Sitorus, Ketua Repdem Wanto Sugito, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, Ekonom Senior Indef Enny Sri Hartati, dan Intelektual Muda Muslim Zuhairi Mizrawi. Selain itu, hadir juga mantan Sekjen GMNI periode 2017-2019, Clance Teddy.
Digelar juga Simposium Nasional bertajuk "Penguatan Pilar Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19". Hasto didaulat menjadi keynote speaker dengan narasumber Aria Bima, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, Enny Sri Hartati, dan Zuhairi Misrawi, dan dipandu oleh Clance Teddy.
Sejumlah pengurus dari Organisasi Cipayung juga turut hadir seperti Ketua Umum GMNI Arjuna Putra Aldino dan Sekjen M Ageng Dendy Setiawan, ketua umum KMHDI, ketua umum LMND, perwakilan PP GMKI, Hikmabudi, PMII, dan aktivis mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah.
Adapun peresmian itu ditandai dengan penandatanganan monumen Proklamator sekaligus Presiden Pertama Soekarno. Hasto mengaku sangat mengapresiasi keberadaan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis yang digagas Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Banten III, Ananta Wahana.
Terlebih, padepokan yang sudah berjalan puluhan tahun itu, menjadi titik temu para generasi muda dari berbagai latar belakang, baik agama dan suku dan budaya. Maka itu, dirinya mengharapkan keberadaan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis bisa menjadi pusat kebudayaan.
Baca juga: Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis Bikin Hasto Kristiyanto Terkenang Masa Kecil
Hasto menilai Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis juga harus dapat mencetak kader-kader nasionalis, pancasilais untuk kejayaan Indonesia di masa mendatang. "Luar biasa Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis ini. Mudah-mudahan Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis bisa mewujudkan filosofi awal pembangunan sebagai tempat tinggal Semar yang banyak didatangi oleh para kesatria untuk belajar kebijaksanaan sebagai seorang pemimpin dari Semar," ujar Hasto.
Dia mengatakan, penamaan Karang Tumaritis pada padepokan itu membuatnya terkenang masa kecil yang suka menonton ketoprak. Kata Hasto, dalam ketoprak ada sosok Mahesa Jenar yang menggembleng kemampuan ilmu sostro biolonya di Padepokan Karang Tumaritis. Dia merasakan suasana yang menggelorakan kebudayaan Indonesia.
"Bung karno mengatakan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. Di situlah padepokan ini, semua suku dan agama, semua umat manusia Indonesia bisa bersatu dalam semangat yang sama, bergelora dengan tegap yang sama, yaitu untuk Indonesia raya kita," kata Hasto dengan nada berapi-api.
Baca juga: Soal Peluang Ganjar Diusung PDIP di 2024, Hasto: Ibu Mega yang Ambil Keputusan
Sementara itu, Pengasuh Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Ananta Wahana mengungkapkan awal berdirinya padepokan. Ananta menjelaskan, lahan seluas 4.000 meter itu merupakan hutan bambu yang penuh ular sebelum disulap menjadi tempat nyaman bagi masyarakat untuk datang belajar, berdiskusi atau sekadar berkumpul masyarakat.
"Kini, tempat ini sudah menjadi tempat belajar dan wadah bagi generasi muda dan masyarakat untuk menempa diri mereka lewat latihan-latihan kepemimpinan, kelas-kelas filsafat, seminar, dan bahkan menjadi ajang bagi beberapa komunitas seni budaya untuk berlatih mengekspresikan diri mereka," kata Ananta.
Padepokan juga menyediakan ruang-ruang kelas untuk tempat belajar anak usia dini, bahkan kerap menjadi sekolah darurat bagi anak-anak pengungsi dari daerah-daerah konflik di Timur Tengah seperti Siria, Irak, dan Afganistan. "Semangat pendirian Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis tidak lepas dari cita-cita awal pendirian padepokan tersebut agar menjadi kebun tempat persemaian kader-kader nasionalis dan pancasilais yang unggul," ujar Ananta.
Kendati lokasinya jauh dari perkotaan, tetapi Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis telah berhasil membuktikan eksistensi menjadi tempat titik temu lintas generasi, kaum muda lintas aliran politik, serta lintas agama dan budaya. Terbukti, nama-nama tokoh yang menjadi pemeran utama di panggung politik nasional pernah singgah di padepokan tersebut.
"Akbar Tandjung, (almarhum) Bondan Gunawan, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, Antasari Azhar, hingga Ir Joko Widodo yang tak lain saat ini menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia," kata politikus PDIP ini.
Ananta melanjutkan, sejak pandemi Covid-19 pada 2020, Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis sangat membatasi kegiatan dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat. Para undangan diharuskan membawa surat negatif Covid-19, memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk ke tempat acara.
Kegiatan-kegiatan di padepokan pun akhirnya dialihkan ke gotong-royong untuk membantu warga sekitar yang sedang kesulitan akibat pandemi Covid-19. Misalnya, membagikan paket bansos sembako berisikan beras, minyak, sarden, biskuit, mie instan, gula, kopi, teh, dan kecap kepada masyarakat. Paket sembako ini juga dibagikan ke para seniman, budayawan, dan pelaku UMKM.
Hadir dalam acara antara lain Kepala BKN DPP PDIP Aria Bima, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP Deddy Yevri Hanteru Sitorus, Ketua Repdem Wanto Sugito, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, Ekonom Senior Indef Enny Sri Hartati, dan Intelektual Muda Muslim Zuhairi Mizrawi. Selain itu, hadir juga mantan Sekjen GMNI periode 2017-2019, Clance Teddy.
Digelar juga Simposium Nasional bertajuk "Penguatan Pilar Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19". Hasto didaulat menjadi keynote speaker dengan narasumber Aria Bima, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, Enny Sri Hartati, dan Zuhairi Misrawi, dan dipandu oleh Clance Teddy.
Sejumlah pengurus dari Organisasi Cipayung juga turut hadir seperti Ketua Umum GMNI Arjuna Putra Aldino dan Sekjen M Ageng Dendy Setiawan, ketua umum KMHDI, ketua umum LMND, perwakilan PP GMKI, Hikmabudi, PMII, dan aktivis mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah.
(abd)