Masker Medis Palsu Beredar, Pemerintah Harus Bertindak Tegas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah diminta bertindak tegas terhadap peredaran masker medis palsu maupun yang tidak sesuai standar yang semakin meresahkan. Sebab, masker medis tersebut merupakan masker respirator yang digunakan oleh tenaga kesehatan (nakes) saat menangani pasien Covid-19.
"Ini tidak bisa dibiarkan, saya sangat menyayangkan kejadian ini, di saat seperti ini seharusnya kita saling melindungi. Saya berharap pemerintah dan kepolisian bertindak tegas atas kejadian ini," ujar Anggota Komisi IX DPR Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Mufida mengatakan, jangan sampai masyarakat apalagi nakes telanjur membeli masker palsu yang justru berbahaya bagi mereka. Yang lebih ironi, lanjut dia, masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak menyediakan masker respirator sesuai kebutuhan tenaga kesehatan.
Dia mengatakan, banyak tenaga medis Indonesia yang menangani pasien Covid-19 dengan menggunakan masker yang dibeli secara mandiri dan sebagiannya terpaksa membeli masker murah yang tidak sesuai standar. "Saya sangat sedih dan miris mendengar jika ada faskes yang tidak menyediakan masker sehingga nakes harus membeli secara mandiri. Ke mana perginya dana APBN untuk penanganan Covid-19?" katanya.
Dia menjelaskan, masker adalah alat perlindungan diri paling krusial bagi tenaga kesehatan. "Seharusnya pemerintah memberikan subsidi kepada fasilitas kesehatan baik tingkat I maupun tingkat atas," ujar Mufida.
Lebih lanjut Mufida mengatakan, seluruh fasilitas kesehatan harus mendapatkan bantuan atau subisidi masker yang sesuai standar. Karena semua tenaga kesehatan baik yang bertugas di Fasilitas Kesehatan tingkat I seperti klinik dan puskesmas hingga yang bertugas mengobati pasien Covid-19 memiliki risiko masing-masing untuk terpapar Covid-19.
"Tenaga kesehatan adalah garda terdepan kita dalam melawan Covid-19, melindungi mereka adalah tanggung jawab kita semua khususnya pemerintah yang berwenang. Sudah banyak sekali nakes yang berguguran karena terpapar virus, dan itu harus kita cegah apa pun konsekuensinya dan berapa pun biaya yang diperlukan," kata Mufida.
Dirinya menilai kecenderungan berkembangnya masker yang tidak memenuhi standar dan beredar di pasar ini karena kegagalan pemerintah dalam janji menyediakan masker medis yang sesuai standar bagi masyarakat dan kegagalan mengantisipasi pandemi yang berkepanjangan dalam hal penyediaan masker medis yang sesuai standar. Sehingga masyarakat cenderung membeli masker dengan harga yang murah walaupun masker tersebut tidak sesuai standar.
"Masker kini menjadi kebutuhan utama dan terus dipakai sejak pandemi hingga kini dan ke depan. Pemerintah janji menyediakan masker untuk publik. Saat pilihan terbatas, masyarakat tergiur pilihan yang murah tapi ternyata tidak standar atau bahkan terindikasi daur ulang," ujarnya.
Sekadar diketahui, sebuah laporan mempublikasikan temuan sejumlah masker yang beredar di masyarakat menunjukkan filtrasi masker berada di bawah standar yang disyaratkan. Selain itu ada laporan sebuah RS rujukan Covid-19 mendapatkan donasi masker respirator N95 yang dipalsukan.
Pada kasus masker tanpa izin edar, terjadi pada temuan ribuan bahkan jutaan masker palsu yang diproduksi di Batam, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Sidoarjo, Jatim pada awal tahun 2020.
Ironisnya, masker palsu maupun masker yang tidak sesuai standar medis tersebut beredar dengan bebas di pasar daring maupun luring. Sejumlah distributor bahkan mengklaim produk tersebut dapat digunakan oleh tenaga kesehatan. Padahal, berdasarkan penelusuran terungkap bahwa masker respirator yang dijual tersebut memiliki kualitas yang rendah dan justru dapat membahayakan pemakainya.
"Ini tidak bisa dibiarkan, saya sangat menyayangkan kejadian ini, di saat seperti ini seharusnya kita saling melindungi. Saya berharap pemerintah dan kepolisian bertindak tegas atas kejadian ini," ujar Anggota Komisi IX DPR Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Mufida mengatakan, jangan sampai masyarakat apalagi nakes telanjur membeli masker palsu yang justru berbahaya bagi mereka. Yang lebih ironi, lanjut dia, masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak menyediakan masker respirator sesuai kebutuhan tenaga kesehatan.
Dia mengatakan, banyak tenaga medis Indonesia yang menangani pasien Covid-19 dengan menggunakan masker yang dibeli secara mandiri dan sebagiannya terpaksa membeli masker murah yang tidak sesuai standar. "Saya sangat sedih dan miris mendengar jika ada faskes yang tidak menyediakan masker sehingga nakes harus membeli secara mandiri. Ke mana perginya dana APBN untuk penanganan Covid-19?" katanya.
Dia menjelaskan, masker adalah alat perlindungan diri paling krusial bagi tenaga kesehatan. "Seharusnya pemerintah memberikan subsidi kepada fasilitas kesehatan baik tingkat I maupun tingkat atas," ujar Mufida.
Lebih lanjut Mufida mengatakan, seluruh fasilitas kesehatan harus mendapatkan bantuan atau subisidi masker yang sesuai standar. Karena semua tenaga kesehatan baik yang bertugas di Fasilitas Kesehatan tingkat I seperti klinik dan puskesmas hingga yang bertugas mengobati pasien Covid-19 memiliki risiko masing-masing untuk terpapar Covid-19.
"Tenaga kesehatan adalah garda terdepan kita dalam melawan Covid-19, melindungi mereka adalah tanggung jawab kita semua khususnya pemerintah yang berwenang. Sudah banyak sekali nakes yang berguguran karena terpapar virus, dan itu harus kita cegah apa pun konsekuensinya dan berapa pun biaya yang diperlukan," kata Mufida.
Baca Juga
Dirinya menilai kecenderungan berkembangnya masker yang tidak memenuhi standar dan beredar di pasar ini karena kegagalan pemerintah dalam janji menyediakan masker medis yang sesuai standar bagi masyarakat dan kegagalan mengantisipasi pandemi yang berkepanjangan dalam hal penyediaan masker medis yang sesuai standar. Sehingga masyarakat cenderung membeli masker dengan harga yang murah walaupun masker tersebut tidak sesuai standar.
"Masker kini menjadi kebutuhan utama dan terus dipakai sejak pandemi hingga kini dan ke depan. Pemerintah janji menyediakan masker untuk publik. Saat pilihan terbatas, masyarakat tergiur pilihan yang murah tapi ternyata tidak standar atau bahkan terindikasi daur ulang," ujarnya.
Sekadar diketahui, sebuah laporan mempublikasikan temuan sejumlah masker yang beredar di masyarakat menunjukkan filtrasi masker berada di bawah standar yang disyaratkan. Selain itu ada laporan sebuah RS rujukan Covid-19 mendapatkan donasi masker respirator N95 yang dipalsukan.
Pada kasus masker tanpa izin edar, terjadi pada temuan ribuan bahkan jutaan masker palsu yang diproduksi di Batam, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Sidoarjo, Jatim pada awal tahun 2020.
Ironisnya, masker palsu maupun masker yang tidak sesuai standar medis tersebut beredar dengan bebas di pasar daring maupun luring. Sejumlah distributor bahkan mengklaim produk tersebut dapat digunakan oleh tenaga kesehatan. Padahal, berdasarkan penelusuran terungkap bahwa masker respirator yang dijual tersebut memiliki kualitas yang rendah dan justru dapat membahayakan pemakainya.
(zik)