Dorong Pencegahan Terorisme, Alissa Wahid Ajak Berbagai Pihak Lebih Peka
loading...
A
A
A
Hal tersebut dikatakannya tampak dalam surat wasiat yang ditinggalkan ZA, perempuan yang berusaha melakukan tindak teror di Mabes Polri pada Rabu 31 Maret lalu. ZA meminta keluarganya untuk menjauhi musuh-musuh agama dan hidup secara eksklusif ‘dalam jalan Tuhan’.
ZA menjadi perempuan ke sekian yang terlibat sebagai pelaku aksi terorisme di garis depan. Fenomena ini semakin menguat beberapa tahun terakhir, mengikuti strategi kelompok-kelompok teror yang mengintensifkan rekrutmen dan kaderisasi perempuan.
Oleh sebab itu Alissa menyampaikan bahwa harus ada pencegahan dan juga penindakan. ”Pencegahannya itu ya di ruang-ruang ini ketika orangnya belum jadi bomber, ketika dia mulai membuat tembok besar antara dia dengan lingkungan sekitar dan menganggap yang lain musuh. Tentunya semua pihak harus peka jika melihat gejala seperti itu di sekitarnya,” tutur anggota tim ahli Gugus Tugas Nasional Gerakan Revolusi Mental Kemenko PMK ini..
Alissa mencontohkan kasus orang berjualan pada bulan puasa yang kemudian di sweeping, yang mana sebetulnya itu termasuk tindakan kekerasan. Oleh karena itu, Alissa menyebut bahwa orang atau anggota suatu kelompok organisasi tertentu yang memang melakukan banyak tindak kekerasan tidak semuanya akan menjadi teroris. Tetapi orang yang teroris itu pasti dia juga menjadi bagian dari kelompok-kelompok yang menganjurkan kekerasan.
”Untuk para generasi milenial harus berwawasan terbuka, kalau ada ajaran agama atau pemuka agama yang mengajarkan kita untuk membenci sesama manusia apalagi atas dasar golongan dan agamanya segeralah jauhi walaupun itu hanya kecil saja,” ujarnya
ZA menjadi perempuan ke sekian yang terlibat sebagai pelaku aksi terorisme di garis depan. Fenomena ini semakin menguat beberapa tahun terakhir, mengikuti strategi kelompok-kelompok teror yang mengintensifkan rekrutmen dan kaderisasi perempuan.
Oleh sebab itu Alissa menyampaikan bahwa harus ada pencegahan dan juga penindakan. ”Pencegahannya itu ya di ruang-ruang ini ketika orangnya belum jadi bomber, ketika dia mulai membuat tembok besar antara dia dengan lingkungan sekitar dan menganggap yang lain musuh. Tentunya semua pihak harus peka jika melihat gejala seperti itu di sekitarnya,” tutur anggota tim ahli Gugus Tugas Nasional Gerakan Revolusi Mental Kemenko PMK ini..
Alissa mencontohkan kasus orang berjualan pada bulan puasa yang kemudian di sweeping, yang mana sebetulnya itu termasuk tindakan kekerasan. Oleh karena itu, Alissa menyebut bahwa orang atau anggota suatu kelompok organisasi tertentu yang memang melakukan banyak tindak kekerasan tidak semuanya akan menjadi teroris. Tetapi orang yang teroris itu pasti dia juga menjadi bagian dari kelompok-kelompok yang menganjurkan kekerasan.
”Untuk para generasi milenial harus berwawasan terbuka, kalau ada ajaran agama atau pemuka agama yang mengajarkan kita untuk membenci sesama manusia apalagi atas dasar golongan dan agamanya segeralah jauhi walaupun itu hanya kecil saja,” ujarnya
(dam)