Demokrat Moeldoko Ditolak, Tuduhan Pemerintah Bakal Restui KLB Terbantahkan

Kamis, 01 April 2021 - 16:42 WIB
loading...
Demokrat Moeldoko Ditolak,...
Dugaan-dugaan atau tuduhan di mana pemerintah akan berpihak pada KLB Partai Demokrat yang menetapkan Moeldoko sebagai Ketua Umum, menjadi terbantahkan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dugaan-dugaan atau tuduhan di mana pemerintah akan berpihak pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang menetapkan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum, menjadi terbantahkan.

Setelah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H Laoly memutuskan menolak kepengurusan Demokrat kubu Moeldoko.

Sejak awal Presiden Jokowi tidak terlibat sama sekali dalam konflik internal Demokrat seperti yang dituduhkan oleh AHY dan SBY sertai Demokrat versi AHY. Menkopolhukam Mahfud MD juga berkali-kali menyatakan Presiden Jokowi dan pemerintahannya bersikap netral dan sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku.

"Sikap netral dan tidak melakukan intervensi politik dibuktikan dengan keputusan yang disampaikan oleh MenkumHAM Yasonna Laoly yang menolak hasil KLB Demokrat versi Moeldoko," jelas Ninoy Karundeng.

Terlebih lagi lanjut Ninoy, Mahfud MD dalam berbagai kesempatan juga menyatakan bahwa Moeldoko bersedia diminta menyelamatkan Demokrat yang menjadi partai dinasti keluarga SBY, adalah hak dan pilihan politik Moeldoko.

"Polemik Demokrat adalah urusan Moeldoko, bukan terkait pemerintah. Pemerintah tak boleh melarang eks Panglima TNI itu dalam urusan politik," kata Mahfud di Jakarta Selasa (30/3/2021).

Menurut Ninoy Karundeng, dengan keputusan ditolaknya hasil KLB Demokrat Deli Serdang membuktikan bahwa Moeldoko sebagai Kepala KSP dengan sendirinya telah menepis tuduhan AHY dan SBY.

Tuduhan kudeta terhadap Demokrat, dengan kata-kata keji dan tidak patut yang dilontarkan oleh kubu AHY, yang juga menyebutnya akan menggunakan pengaruh besar dia sebagai kepala KSP, tidak terbukti sama sekali.

Bahkan sejak awal AHY, dan Demokrat membangun framing negatif terhadap Moeldoko dengan menggunakan konstruksi frasa destruktif yang mengaitkan Moeldoko dengan menyebutnya KSP Moeldoko.

Penyebutan KSP Moeldoko secara terstruktur, masif, dan sistematis, secara sengaja dilakukan untuk membuat stigma negatif tentang keterlibatan Istana dan menuduh Moeldoko akan menggunakan posisinya sebagai Kepala KSP untuk merebut Demokrat.

"Sekali lagi, Moeldoko tidak menyalahgunakan kekuasaannya sebagai Kepala KSP, meski sangat dekat dengan Presiden Jokowi, dia juga tidak melakukan lobi kepada Presiden Jokowi, Menkopolhukam, dan Menkumham, terbukti dengan ditolaknya hasil KLB Sibolangit," pungkas Ninoy.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1506 seconds (0.1#10.140)