Selama 10 Tahun Terakhir, Rata-rata 1.183 Orang Meninggal Akibat Bencana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) , Doni Monardo mengungkapkan dalam 10 tahun terakhir rata-rata sebanyak 1.183 orang meninggal dunia akibat kejadian bencana .
“Jika melihat statistik korban jiwa akibat bencana dalam 10 tahun terakhir rata-rata 1.183 meninggal akibat bencana,” ujar Doni dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Tahun 2021 secara virtual, Rabu (3/3/2021).
Doni mengatakan kejadian bencana tersebut di antaranya gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, karhutla, banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin puting beliung.
Indonesia, kata Doni, oleh Bank Dunia juga disebutkan bahwa Indonesia salah satu dari 35 negara di dunia yang memiliki risiko bencana tertinggi. “Bank Dunia menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari 35 negara yang memiliki risiko bencana tertinggi di dunia,” katanya.
Dia melanjutkan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat potensi bencana yang akan terjadi di Indonesia. “Pemerintah tentu tidak tinggal diam, Bapak Presiden telah memberikan arahan pada Rakornas Penanggulangan Bencana tanggal 4 Februari 2020 lalu di Sentul.”
“Bahwa seluruh instansi pemerintah, TNI dan Polri, dan pemerintah daerah harus bersinergi untuk melakukan berbagai upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, termasuk di dalamnya perencanaan pembangunan berlandaskan pengurangan risiko bencana, pelibatan pakar untuk memprediksi ancaman, memperkuat sistem peringatan dini, menyusun rencana kontijensi, edukasi serta pelatihan kebencanaan,” jelas Doni.
Menurutnya, arahan dari Presiden Jokowi saat ini sudah, sedang, dan terus dilaksanakan melalui pendekatan pentahelix. “Perintah Presiden tersebut sudah, sedang, dan terus kami laksanakan melalui pendekatan kolaborasi pentahelix, pemerintah bersama dengan akademisi, dunia usaha, komunitas, relawan dan media, terus berupaya mulai dari tingkat individu keluarga dan masyarakat.” Baca juga: Tingginya Bencana di Indonesia, UI Buka Prodi Magister Manajemen Bencana
“Literasi kebencanaan sejak dini senantiasa kita perkuat dalam setiap kesempatan, kemudian pada pemerintah dan juga pemerintah daerah. Bencana tidak bisa dihadapi sendiri,” imbuh Doni.
“Jika melihat statistik korban jiwa akibat bencana dalam 10 tahun terakhir rata-rata 1.183 meninggal akibat bencana,” ujar Doni dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Tahun 2021 secara virtual, Rabu (3/3/2021).
Doni mengatakan kejadian bencana tersebut di antaranya gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, karhutla, banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin puting beliung.
Indonesia, kata Doni, oleh Bank Dunia juga disebutkan bahwa Indonesia salah satu dari 35 negara di dunia yang memiliki risiko bencana tertinggi. “Bank Dunia menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari 35 negara yang memiliki risiko bencana tertinggi di dunia,” katanya.
Dia melanjutkan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat potensi bencana yang akan terjadi di Indonesia. “Pemerintah tentu tidak tinggal diam, Bapak Presiden telah memberikan arahan pada Rakornas Penanggulangan Bencana tanggal 4 Februari 2020 lalu di Sentul.”
“Bahwa seluruh instansi pemerintah, TNI dan Polri, dan pemerintah daerah harus bersinergi untuk melakukan berbagai upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, termasuk di dalamnya perencanaan pembangunan berlandaskan pengurangan risiko bencana, pelibatan pakar untuk memprediksi ancaman, memperkuat sistem peringatan dini, menyusun rencana kontijensi, edukasi serta pelatihan kebencanaan,” jelas Doni.
Menurutnya, arahan dari Presiden Jokowi saat ini sudah, sedang, dan terus dilaksanakan melalui pendekatan pentahelix. “Perintah Presiden tersebut sudah, sedang, dan terus kami laksanakan melalui pendekatan kolaborasi pentahelix, pemerintah bersama dengan akademisi, dunia usaha, komunitas, relawan dan media, terus berupaya mulai dari tingkat individu keluarga dan masyarakat.” Baca juga: Tingginya Bencana di Indonesia, UI Buka Prodi Magister Manajemen Bencana
“Literasi kebencanaan sejak dini senantiasa kita perkuat dalam setiap kesempatan, kemudian pada pemerintah dan juga pemerintah daerah. Bencana tidak bisa dihadapi sendiri,” imbuh Doni.
(kri)