Disuntik Vaksin Covid-19, Wapres Ma'ruf Amin Ngantuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin sudah disuntik vaksin Covid-19 pada Rabu 17 Februari 2021. Sehari setelahnya, ia langsung berkegiatan meresmikan Sentra Kreasi ATENSI di Balai Karya Pangudi Luhur Kota Bekasi, Jawa Barat.
Ma'ruf Amin menceritakan, seusai menerima vaksin, dirinya merasa ngantuk. Namun hanya itu saja yang menjadi catatannya. Selebihnya tidak ada efek samping lain yang dirasakan.
"Kemarin saya baru divaksin itu ngantuk, kata Pak Gubernur (Ridwan Kamil) tiga hari ngantuknya itu. Itu aja dampaknya, yang lain Alhamdulillah baik-baik saja," katanya seusai meresmikan Sentra Kreasi ATENSI di Kota Bekasi, Jabar, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 untuk 9.729 Pedagang di Tanah Abang Ditargetkan Selesai 5 Hari
Karenanya, Ma’ruf mengajak kepada warga lanjut usia (lansia) lainnya untuk bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19. Menurutnya, untuk mendapatkan kekebalan kelompok atau herd immunity, vaksinasi ini harus diikuti pleh 70 persen warga negara atau sekitar 182 juta orang.
"Jadi ada dua hal. Jumlahnya yang harus dikejar kemudian kecepatannya juga jangan sampai yang ini sudah harus divaksin lagi, jadi kita harapkan kecepatannya terkejar supaya jangan sampai ketika harus divaksin lagi ini belum tercapai," pungkasnya.
Ma'ruf Amin menceritakan, seusai menerima vaksin, dirinya merasa ngantuk. Namun hanya itu saja yang menjadi catatannya. Selebihnya tidak ada efek samping lain yang dirasakan.
"Kemarin saya baru divaksin itu ngantuk, kata Pak Gubernur (Ridwan Kamil) tiga hari ngantuknya itu. Itu aja dampaknya, yang lain Alhamdulillah baik-baik saja," katanya seusai meresmikan Sentra Kreasi ATENSI di Kota Bekasi, Jabar, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 untuk 9.729 Pedagang di Tanah Abang Ditargetkan Selesai 5 Hari
Karenanya, Ma’ruf mengajak kepada warga lanjut usia (lansia) lainnya untuk bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19. Menurutnya, untuk mendapatkan kekebalan kelompok atau herd immunity, vaksinasi ini harus diikuti pleh 70 persen warga negara atau sekitar 182 juta orang.
"Jadi ada dua hal. Jumlahnya yang harus dikejar kemudian kecepatannya juga jangan sampai yang ini sudah harus divaksin lagi, jadi kita harapkan kecepatannya terkejar supaya jangan sampai ketika harus divaksin lagi ini belum tercapai," pungkasnya.
(zik)