Indonesia Dinilai Perlu Waspadai Maksud dan Tujuan Safari Menlu China

Senin, 08 Februari 2021 - 20:21 WIB
loading...
Indonesia Dinilai Perlu Waspadai Maksud dan Tujuan Safari Menlu China
China baru-baru ini menugaskan Menlu Wang Yi, melakukan kunjungan kerja kebeberapa negara ASEAN salah satunya Indonesia, dan negara-negara di Benua Afrika. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - China baru-baru ini menugaskan Menteri Luar Negeri (Menlu) Wang Yi, untuk melakukan kunjungan kerja kebeberapa negara ASEAN salah satunya Indonesia, dan negara-negara di Benua Afrika. Dalam lawatannya, Menlu China menjanjikan Vaksin Sinovac gratis kesejumlah negara yang dikunjunginya.

(Baca juga: China Keluarkan Jurus Anti-Monopoli yang Menargetkan Raksasa Teknologinya)

Peneliti Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) Abubakar Solissa mengatakan, negara-negara yang dikunjungi China termasuk Indonesia, harus mewaspadai maksud dan tujuan lain di balik kunjungan kerja tersebut.

"Yang pasti no free lunch ya, jelas ada tujuan lain di balik bantuan vaksin atau dana besar, seperti menggalang dukungan dan pengaruh. Misalnya dukungan diplomatik apabila ada kritik ke China terkait Uigyur, apalagi kalau ada yang mengusulkan resolusi di PBB," kata Abubakar Solissa, Senin (8/2/2021).

(Baca juga: Dituduh Jadi Mata-mata, Inggris Usir Tiga Jurnalis China)

Saat ini, China masih dirundung berbagai persoalan yang menjadi sorotan dunia seperti diskriminasi Etnis Uighur, konflik dengan Taiwan dan Hongkong, masalah perbatasan dengan India dan terbaru kembali memanasnya rivalitas dengan Amerika Serikat.

Abubakar mengingatkan Indonesia dan negara-negara yang dibantu atau menjalin kerja sama bilateral dengan China agar tidak tergantung apalagi masuk dalam dilema ketergantungan dengan negeri tirai bambu tersebut.

"Indonesia dan negara-negara dunia lainnya jangan berlebihan (bergantung ke China) karena dapat mempengaruhi idependensi sikap dalam mengambil kebijakan dalam maupun luar negeri," tuturnya.

Saat ini, sedikitnya 23 negara dunia mengalami kebangkrutan karena tidak dapat membayar apalagi melunasi utang dalam perjanjian kerja sama negara tersebut dengan China.

Sistem utang dan pembayaran yang diterapkan oleh China saat ini disebut dengan Chinese Money Trap, dimana negara peminjam yang tidak bisa mengembalikan jumlah yang telah disepakati, harus menyerahkan wilayah mereka sebagai gantinya kepada China sebagai pemberi modal pembangunan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)