Sriwijaya Air SJ 182 Masih Laik Terbang Meski Berusia Tua

Sabtu, 09 Januari 2021 - 21:03 WIB
loading...
Sriwijaya Air SJ 182 Masih Laik Terbang Meski Berusia Tua
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 PK-CLC jatuh di Kepulauan Seribu. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pesawat Boeing 737-500 penerbangan SJ 182 nomor registrasi PK-CLC milik Sriwijaya Air yang jatuh di Kepulauan Seribu dinilai masih laik terbang meski sudah berusia 26,7 tahun. Tidak ada batasan umur sebuah pesawat untuk dikatakan laik atau tidak laik terbang. ‘’Tidak ada batasan umur pesawat, asalkan maintenance-nya dilakukan terjadwal,”tegas pilot senior Capt. Abdul Rozaq kepada SINDOnews Sabtu (9/1/2021).

( Baca Juga : Basarnas: Pencarian Pesawat Sriwijaya Terkendala Visibility )

Boeing 737-500 yang dioperasikan Sriwijaya Air mengudara pertama kali pada 13 Mei 1994. Sebelum dioperasikan Sriwijaya Air pada 2012, pesawat tersebut sebelumnya dioperasikan oleh United Airlines dan Continental Airlines. Keduanya merupakan maskapai asal Amerika Serikat (AS). Abdul Rozaq pernah mengoperasikan Boeing 737-500, juga 737 Calssic Series lainnya (300 dan 400). Menurut Rozaq tipe 737-500 berukuran lebih pendek dibandingkan dengan seri 300 dan 400 sehingga hanya mengangkut sedikit penumpang.

( Baca Juga : Kediaman Pilot Sriwijaya Air di Cibinong Bogor Mulai Ramai Didatangi Kerabat )

Perbedaan yang paling mencolok yakni pada radar cuaca di kokpit. Untuk seri 300 dan 400 sudah menggunakan sistem otomatis. “Sistem navigasinya semua sama, tetapi 737-500 masih manual untuk membaca cuaca. Jadi agar pilot tahu apakah awan di lintasan pesawat itu aktif atau tidak sudut radar harus presisi. Untuk seri 300 dan 400 sudah otomatis diketahui kondisinya,”tuturnya.

Rozaq berpendapat, hanya pilot dan co-pilot yang mengetahui kondisi pesawat saat hendak melakukan take off atau landing. Sehingga penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air tersebut harus melalui penyelidikan yang mendalam. Karena bisa disebabkan oleh banyak faktor. Rozaq sendiri pernah mendaratkan Boeing 737-300 di Bengawan Solo pada 16 Januari 2002 silam. Saat itu Rozaq menerbangkan pesawat dari bandara Selaparang, Lombok menuju Adisucipto, Yogyakarta.

( Baca Juga ; Kumpulkan Informasi Seputar Pesawat Sriwijaya Air yang Hilang, KNKT Koordinasi dengan BPPT )

Di atas langit Rembang, Jawa Tengah, atas izin Air Traffic Control (ATC) pesawat sedikit keluar dari jalur untuk menghindari awan Cumulonimbus yang terdeteksi di radar cuaca di sistem navigasi pesawat. Meskipun sudah berusaha menghindar namun pesawat masih masuk ke gumpalan awan yang besar. Dua mesin pesawat tiba-tiba mati total dan kehilangan daya dorong, dan Rozaq memutuskan mendaratkan pesawatnya di Bengawan Solo. Setelah sebelumnya melayang-layang di atas langit Klaten, Jawa Tengah.
(ton)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1421 seconds (0.1#10.140)