Suara Jeblok dan Tak Bergeliat di Pilkada, PPP Follower di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ketua umum parpol dinilai memiliki kans yang sama untuk bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Namun kans mereka masih terus diuji berdasarkan penilaian publik yang terpotret sejumlah lembaga survei nasional.
Merujuk pada hasil survei oleh sejumlah lembaga survei, figur dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum mendapatkan respons positif dari masyarakat, termasuk ketua umumnya, Suharso Monoarfa yang baru saja terpilih.
Padahal, dalam sejarahnya PPP pernah menyumbangkan kader terbaiknya. Dari partai berbasis Islam muncul Hamzah Haz yang menjadi Wakil Presiden era Presiden Megawati Soekarnoputri. Terbaru, KH. Ma'ruf Amin, meski Wakil dari Presiden Jokowi itu tak bisa dikatakan murni sebagai kader PPP, tapi Ma'ruf tercatat pernah menjadi wakil rakyat dari partai tersebut.
(Baca: Ganjar Diprediksi Jadi Pilihan Utama PDIP di Pilpres 2024)
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengaku cukup sulit membaca peluang kader PPP di Pilpres 2024. Selain perolehan suara PPP di Pemilu 2019 yang tidak menggemberikan, hasil Pilkada 2020 juga tidak menunjukkan adanya geliat dari partai berlambang kakbah.
"Kondisi ini akan memposisikan PPP di 2024 hanya sebatas follower," ujar Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (6/1/2021).
(Baca: Punya Modal Politik Tak Jamin Langkah AHY Mulus di Pilpres 2024)
Dedi menganggap, partai berlambang kakbah ini belum bergerak ke arah yang positif berdasarkan penilaian publik. Hal ini dinilainya tak lepas dari konflik internal partai yang mencuat sejak 2014. Selain itu, kasus hukum dugaan korupsi yang menjerat mantan Ketua Umum mereka ikut menambah beban partai ini.
"Kecuali PPP menjamin tidak ada konflik internal hingga 2024, fokus pada upaya konsolidatif, atau bahkan mengambil langkah tidak biasa semisal keluar koalisi pemerintah," katanya.
Merujuk pada hasil survei oleh sejumlah lembaga survei, figur dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum mendapatkan respons positif dari masyarakat, termasuk ketua umumnya, Suharso Monoarfa yang baru saja terpilih.
Padahal, dalam sejarahnya PPP pernah menyumbangkan kader terbaiknya. Dari partai berbasis Islam muncul Hamzah Haz yang menjadi Wakil Presiden era Presiden Megawati Soekarnoputri. Terbaru, KH. Ma'ruf Amin, meski Wakil dari Presiden Jokowi itu tak bisa dikatakan murni sebagai kader PPP, tapi Ma'ruf tercatat pernah menjadi wakil rakyat dari partai tersebut.
(Baca: Ganjar Diprediksi Jadi Pilihan Utama PDIP di Pilpres 2024)
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengaku cukup sulit membaca peluang kader PPP di Pilpres 2024. Selain perolehan suara PPP di Pemilu 2019 yang tidak menggemberikan, hasil Pilkada 2020 juga tidak menunjukkan adanya geliat dari partai berlambang kakbah.
"Kondisi ini akan memposisikan PPP di 2024 hanya sebatas follower," ujar Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (6/1/2021).
(Baca: Punya Modal Politik Tak Jamin Langkah AHY Mulus di Pilpres 2024)
Dedi menganggap, partai berlambang kakbah ini belum bergerak ke arah yang positif berdasarkan penilaian publik. Hal ini dinilainya tak lepas dari konflik internal partai yang mencuat sejak 2014. Selain itu, kasus hukum dugaan korupsi yang menjerat mantan Ketua Umum mereka ikut menambah beban partai ini.
"Kecuali PPP menjamin tidak ada konflik internal hingga 2024, fokus pada upaya konsolidatif, atau bahkan mengambil langkah tidak biasa semisal keluar koalisi pemerintah," katanya.
(muh)