Menanti Tuah Menteri Baru

Kamis, 24 Desember 2020 - 06:10 WIB
loading...
Menanti Tuah Menteri Baru
Menteri dan wakil menteri baru hasil reshuffle diharapkan langsung bekerja membuat formula terobosan di tengah pandemi Covid-19. (Ilustrasi: KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) melantik enam menteri dan lima wakil menteri. Menteri-menteri baru itu diharapkan langsung bekerja membuat formula terobosan di tengah pandemi Covid-19.

Pergantian menteri kesehatan, menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, serta menteri perdagangan juga dilakukan karena ketiga kementerian itu memang kinerjanya belum terlihat seperti yang diharapkan, terutama dalam masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 10 bulan.

Tentu saja sorotan masyarakat akan tertuju kepada kementerian kesehatan, kementerian sosial, kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, serta kementerian perdagangan. Empat kementerian tersebut memiliki peran vital dalam mendorong ekonomi nasional segera bangkit.

Di sektor kesehatan, misalnya, tantangan kesehatan ke depan adalah bagaimana manajemen kesehatan bisa tertangani dan juga termasuk mengawal jalannya vaksinasi Covid-19 lebih tertata dan tepat dalam pelaksanaannya. Selain itu, kementerian kesehatan juga harus lebih terbuka dalam penanganan pandemi Covid-19, termasuk melakukan penertiban biaya tes Covid-19 yang semakin tidak masuk akal dan memberatkan masyarakat.

Penunjukan Budi Gunadi Sadikin dengan latar belakang bankir tentu menjadi sorotan masyarakat. Dengan kompetensi di bidang keuangan, tentu dipilihnya Budi dipertanyakan oleh masyarakat, Namun, Presiden Jokowi menjawab keraguan masyarakat tersebut dengan mengangkat wakil menteri berlatar belakang dokter.

Sandiaga Uno dengan latar belakang pengusaha, diharapkan mampu meracik formula yang pas sehingga kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif bisa menumbuhkan geliat sektor wisata yang hancur lebur selama pandemi. Sementara Menteri Perdagangan M Luthfi dengan segudang pengalamannya sebagai mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), duta besar di Amerika Serikat (AS) dan Jepang, tentu akan mudah untuk membuat neraca perdagangan yang saat ini negatif menjadi positif.

Pemerintah terus berupaya menjaga kesehatan masyarakat sekaligus memulihkan ekonomi nasional selama masa pandemi ini. Anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp607,65 triliun pun dimaksudkan untuk menjaga daya beli dan mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian. Dengan dana yang sangat besar tersebut, tentu tidak ada alasan lagi bagi menteri-menteri baru untuk langsung bekerja dan membuat terobosan-terobosan jitu yang dinanti oleh masyarakat.
Ada setumpuk pekerjaan rumah (PR) menanti para menteri baru dan wakilnya, khususnya bagi menteri bidang perekonomian. Mereka harus segera bergerak cepat membantu Jokowi memulihkan perekonomian yang porak-poranda akibat pandemi Covid-19.

Sektor pariwisata menjadi yang terdampak parah pandemi Covid-19. Data Badan Pusat Statistik ( BPS) menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) merosot tajam selama pandemi. Kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi sektor pariwisata di seluruh negara pun mengalami kondisi serupa.

Pemulihan sektor pariwisata tidak hanya bergantung pada kualitas seorang menteri semata, tetapi pada ketepatan dalam penanganan pandemi. Selama pandemi belum bisa ditekan maka sektor pariwisata belum pulih seutuhnya, walaupun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk menarik wisatawan. Sebab, masyarakat masih takut terpapar Covid-19 untuk berkunjung ke tempat wisata.

Karenanya, pekerjaan besar sektor pariwisata adalah melakukan kolaborasi dengan sektor kesehatan. Karena, untuk menggerakkan pariwisata bukan hanya pariwisata yang jadi problem, tetapi kesehatan harus dijamin beres, baru kemudian wisata akan ikut berkembang.

Sektor perdagangan juga tak kalah penting. Menteri yang baru diharapkan mampu mendorong pemulihan perdagangan pascapandemi. Menteri yang baru juga harus bisa mengembangkan pasar tujuan ekspor nontradisional sehingga mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Tantangan yang masih dihadapi yakni mendorong kinerja ekspor yang masih belum maksimal. Jika dicermati, surplus neraca dagang lebih dipicu jatuhnya nilai impor dibandingkan pertumbuhan ekspor. Merosotnya impor mengindikasikan jika perekonomian belum bangkit sepenuhnya. Karenanya, sinergi dan kolaborasi antarkementerian perlu ditingkatkan sebagai upaya kerja bersama dalam semangat gotong royong untuk memulihkan perekonomian nasional.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1272 seconds (0.1#10.140)