Luncurkan Logo Baru, Pengamat: PKS Mulai Gusar Banyak Partai Islam Muncul
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengenalkan logo baru pada Musyawarah Nasional (Munas) terakhir mereka. Sentuhan warna orange sebagai warna baru dalam logo dimaknai sebagai inklusifitas partai dalam menyongsong tantangan ke depan.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai perubahan logo organisasi atau partai merupakan hal biasa dalam merespons perubahan situasi dan kondisi. Setidaknya, menurut Fadhli, ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan PKS melakukan perubahan simbol partainya biar tercitrakan tidak ekslusif. "Pertama, PKS ingin meramba suara anak muda milenial. Terlihat dari rekrutan mereka yang kini menduduki kursi Ketua DPP Bidang Pemuda, Mas Gamal," ujar Fadhli, saat dihubungi SINDOnews, Kamis (3/12/2020). (Baca juga: PKS Ganti Logo, Hindari Kemiripan dengan Partai Ummat?)
Menurut analis sosial politik asal UIN Jakarta itu, potensi suara milenial pada pemilu mendatang cukup signifikan dan menentukan. Ditambah lagi potensi sumber daya manusianya yang terdidik dan inovatif tentu saja akan menjadi rebutan setiap partai. "Suara milenial ke depan cukup besar. Ada sekitar seperempat lebih suara pemilih itu milenial. Dan itu menjadi rebutan semua partai," terangnya. (Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Pertimbangan selanjutnya kata Fadhli, kemunculan partai baru berbasis massa Islam, misalnya Partai Ummat dan Partai Masyumi reborn. Menurutnya, kemunculan partai baru ini sedikit banyak akan memengaruhi irisan basis massa PKS, meskipun hingga saat ini belum disahkan Kemenkumham. Ditambah lagi, perpecahan dikubu PKS yang kemudian melahirkan Partai Gelora pimpinan Anis Matta. "Hal itu membuat PKS gusar, makanya harus ada perubahan logo, perubahan tagline dan jargon. Pola geraknya juga pasti harus berubah," katanya. (Baca juga: Logo Partai Ummat Dibilang Mirip dengan Logo Lama PKS, Ini Tanggapan Loyalis Amien Rais)
Fadhli berpandangan, jika PKS tidak memilih perubahan, tentu saja akan berdampak pada perolehan suara elektoral di tengah persaingan yang semakin ketat. "Kalau tidak begitu, PKS terancam nyungsep di Pemilu ke depan," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai perubahan logo organisasi atau partai merupakan hal biasa dalam merespons perubahan situasi dan kondisi. Setidaknya, menurut Fadhli, ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan PKS melakukan perubahan simbol partainya biar tercitrakan tidak ekslusif. "Pertama, PKS ingin meramba suara anak muda milenial. Terlihat dari rekrutan mereka yang kini menduduki kursi Ketua DPP Bidang Pemuda, Mas Gamal," ujar Fadhli, saat dihubungi SINDOnews, Kamis (3/12/2020). (Baca juga: PKS Ganti Logo, Hindari Kemiripan dengan Partai Ummat?)
Menurut analis sosial politik asal UIN Jakarta itu, potensi suara milenial pada pemilu mendatang cukup signifikan dan menentukan. Ditambah lagi potensi sumber daya manusianya yang terdidik dan inovatif tentu saja akan menjadi rebutan setiap partai. "Suara milenial ke depan cukup besar. Ada sekitar seperempat lebih suara pemilih itu milenial. Dan itu menjadi rebutan semua partai," terangnya. (Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Pertimbangan selanjutnya kata Fadhli, kemunculan partai baru berbasis massa Islam, misalnya Partai Ummat dan Partai Masyumi reborn. Menurutnya, kemunculan partai baru ini sedikit banyak akan memengaruhi irisan basis massa PKS, meskipun hingga saat ini belum disahkan Kemenkumham. Ditambah lagi, perpecahan dikubu PKS yang kemudian melahirkan Partai Gelora pimpinan Anis Matta. "Hal itu membuat PKS gusar, makanya harus ada perubahan logo, perubahan tagline dan jargon. Pola geraknya juga pasti harus berubah," katanya. (Baca juga: Logo Partai Ummat Dibilang Mirip dengan Logo Lama PKS, Ini Tanggapan Loyalis Amien Rais)
Fadhli berpandangan, jika PKS tidak memilih perubahan, tentu saja akan berdampak pada perolehan suara elektoral di tengah persaingan yang semakin ketat. "Kalau tidak begitu, PKS terancam nyungsep di Pemilu ke depan," pungkasnya.
(cip)