Waspada Potensi Multi Bencana, BMKG: Indonesia Rawan Gempa dan Tsunami
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi multi bencana yang berpotensi terjadi di Indonesia yakni bencana gempa dan tsunami .
“Selain berbicara tentang meteorologi kita juga berbicara tentang gempa dan tsunami. Jadi mohon maaf kami harus menyampaikan data dan fakta potensi multi bencana itu dapat terjadi. Karena kita semua sudah tahu adalah Indonesia ini rawan gempa dan tsunami karena kondisi geologi dan tektoniknya,” ungkap Dwikorita dalam Rakornas Antisipasi Bencana Hidrometeorologi dan Gempa Bumi-Tsunami secara virtual, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Curah Hujan Meningkat Akibat La Nina, BMKG Imbau Cegah Zero Victim)
Selain itu, Dwikorita menyampaikan bahwa tren kejadian gempa bumi sejak tahun 2008 hingga 2019 terjadi peningkatan. “Jadi kalau tahun 2008 sampai 2016 trend itu rata-rata dalam satu tahun itu terjadi 5.000-6.000 kali rata-rata itu. Tetapi 2017 meningkat jadi lebih 7.000 kali kejadian gempa bumi dengan berbagai kekuatan setiap tahunnya,” jelas Dwikorita.
“Namun 2018 trennya itu melompat menjadi 11.920 kali, trennya melompat. Dan 2019 trennya masih di atas 11.000 yaitu 11.588 kali kejadian gempa bumi dengan berbagai kekuatan dalam satu tahun,” sambung Dwikorita.
Lalu, bagaimana dengan tsunami? Karena sebagian besar tsunami di Indonesia dipicu oleh gempa bumi. “Tentunya tren kejadian gempa bumi yang meningkat ini akan memicu potensi tsunami yang juga meningkat,” kata Dwikorita.
Namun fakta menunjukkan, kata Dwikorita dari data dan fakta menunjukkan tsunami itu tidak hanya dipicu oleh gempa bumi. “Meskipun kurang lebih 90% dipicu oleh gempa bumi. Tetapi trennya sejak 2018 mulai terjadi kejadian tsunami yang diakibatkan oleh gunung api,” terangnya. (Baca juga: Fenomena La Nina, BMKG: Waspada Potensi Hujan Lebat di Periode Oktober-November)
Dwikorita menambahkan dari data zona-zona yang rawan tsunami akibat gunung api terjadi di sebagian besar Indonesia Timur. “Mulai dari Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku ya sampai di dekat Papua Barat. Salah satu yang apa yang khusus ada di Selat Sunda. Jadi itu potensi tsunami di Indonesia Timur,” tutupnya.
“Selain berbicara tentang meteorologi kita juga berbicara tentang gempa dan tsunami. Jadi mohon maaf kami harus menyampaikan data dan fakta potensi multi bencana itu dapat terjadi. Karena kita semua sudah tahu adalah Indonesia ini rawan gempa dan tsunami karena kondisi geologi dan tektoniknya,” ungkap Dwikorita dalam Rakornas Antisipasi Bencana Hidrometeorologi dan Gempa Bumi-Tsunami secara virtual, Rabu (7/10/2020). (Baca juga: Curah Hujan Meningkat Akibat La Nina, BMKG Imbau Cegah Zero Victim)
Selain itu, Dwikorita menyampaikan bahwa tren kejadian gempa bumi sejak tahun 2008 hingga 2019 terjadi peningkatan. “Jadi kalau tahun 2008 sampai 2016 trend itu rata-rata dalam satu tahun itu terjadi 5.000-6.000 kali rata-rata itu. Tetapi 2017 meningkat jadi lebih 7.000 kali kejadian gempa bumi dengan berbagai kekuatan setiap tahunnya,” jelas Dwikorita.
“Namun 2018 trennya itu melompat menjadi 11.920 kali, trennya melompat. Dan 2019 trennya masih di atas 11.000 yaitu 11.588 kali kejadian gempa bumi dengan berbagai kekuatan dalam satu tahun,” sambung Dwikorita.
Lalu, bagaimana dengan tsunami? Karena sebagian besar tsunami di Indonesia dipicu oleh gempa bumi. “Tentunya tren kejadian gempa bumi yang meningkat ini akan memicu potensi tsunami yang juga meningkat,” kata Dwikorita.
Namun fakta menunjukkan, kata Dwikorita dari data dan fakta menunjukkan tsunami itu tidak hanya dipicu oleh gempa bumi. “Meskipun kurang lebih 90% dipicu oleh gempa bumi. Tetapi trennya sejak 2018 mulai terjadi kejadian tsunami yang diakibatkan oleh gunung api,” terangnya. (Baca juga: Fenomena La Nina, BMKG: Waspada Potensi Hujan Lebat di Periode Oktober-November)
Dwikorita menambahkan dari data zona-zona yang rawan tsunami akibat gunung api terjadi di sebagian besar Indonesia Timur. “Mulai dari Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku ya sampai di dekat Papua Barat. Salah satu yang apa yang khusus ada di Selat Sunda. Jadi itu potensi tsunami di Indonesia Timur,” tutupnya.
(kri)