Elektabilitas Tak Genap 5%, Bagaimana Peluang Gatot dan Moeldoko di 2024?
loading...
A
A
A
JAKARTA - "Perang pantun" dua mantan Panglima TNI yaitu Gatot Nurmantyo dan Moeldoko dikaitkan sejumlah pengamat dengan peluang keduanya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Moeldoko dan Gatot memang sama-sama mendapat respons publik yang positif berdasarkan hasil survei
Akan tetapi, dibandingkan Moeldoko, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo melihat peluang Gatot untuk maju di Pilpres 2024 lebih besar. Setidaknya hal itu dilihat dari geliat Gatot untuk lebih menunjukkan kesiapan maju ketimbang Moeldoko.
"Mungkin disebabkan posisi Moeldoko yang dilematis. Di satu sisi posisi Moeldoko ada di dalam pemerintahan sebagai kepala KSP, sehingga masih banyak pertimbangan untuk bermanuver," kata Karyono saat dihubungi SINDOnews, Minggu (4/10/2020).
(Baca: Menakar Peluang Gatot Nurmantyo dan Andika Perkasa Maju Pilpres 2024)
"Sebagai kepala KSP, Moeldoko harus mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan di pemerintahan. Tapi karakter seperti Moeldoko yang sadar dengan posisinya dan lingkungannya merupakan sikap yang profesional dan menjunjung tinggi etika," tambahnya.
Karyono menganggap, Gatot lebih bebas untuk bermanuver tanpa beban psikologis karena di luar pemerintahan. Namun demikian, baik Gatot maupun Moeldoko jika dilihat dari aspek elektabilitas masih sangat rendah. Elektabilitas kedua figur mantan panglima TNI tersebut masih belum sampai 5 persen.
Elektabilitas Gatot menurut hasil survei Indikator Poltik Indonesia pada Juli 2020 baru 1,4 persen. Elektabilitas Gatot untuk sementara masih tertinggal jauh dibanding tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Khofiffah Indarparawangsa, Tri Rismaharini.
Menurutnya, peluang Gatot dan Moeldoko dalam kontestasi pilpres yang akan datang masih sangat kecil. Selain harus bersaing dengan tokoh-tokoh sipil, Gatot dan Moeldoko harus bersaing dengan sesama figur dari latar belakang militer. Peluang kemenangan Gatot dan Moeldoko masih jauh di bawah Prabowo.
(Baca: Peringatan Moeldoko untuk Purnawirawan Mengarah ke Gatot Nurmantyo)
"Bahkan di bawah AHY juniornya di TNI yang masih muda belia. Padahal salah satu untuk mendapatkan dukungan partai adalah modal popularitas dan elektabilitas. Untuk meningkatkan peluang kemenangan tidak cukup bermodalkan popularitas saja tetapi harus memiliki modal sosial, akseptabilitas dan elektabilitas yang memadai," ujar dia.
Akan tetapi, dibandingkan Moeldoko, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo melihat peluang Gatot untuk maju di Pilpres 2024 lebih besar. Setidaknya hal itu dilihat dari geliat Gatot untuk lebih menunjukkan kesiapan maju ketimbang Moeldoko.
"Mungkin disebabkan posisi Moeldoko yang dilematis. Di satu sisi posisi Moeldoko ada di dalam pemerintahan sebagai kepala KSP, sehingga masih banyak pertimbangan untuk bermanuver," kata Karyono saat dihubungi SINDOnews, Minggu (4/10/2020).
(Baca: Menakar Peluang Gatot Nurmantyo dan Andika Perkasa Maju Pilpres 2024)
"Sebagai kepala KSP, Moeldoko harus mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan di pemerintahan. Tapi karakter seperti Moeldoko yang sadar dengan posisinya dan lingkungannya merupakan sikap yang profesional dan menjunjung tinggi etika," tambahnya.
Karyono menganggap, Gatot lebih bebas untuk bermanuver tanpa beban psikologis karena di luar pemerintahan. Namun demikian, baik Gatot maupun Moeldoko jika dilihat dari aspek elektabilitas masih sangat rendah. Elektabilitas kedua figur mantan panglima TNI tersebut masih belum sampai 5 persen.
Elektabilitas Gatot menurut hasil survei Indikator Poltik Indonesia pada Juli 2020 baru 1,4 persen. Elektabilitas Gatot untuk sementara masih tertinggal jauh dibanding tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Khofiffah Indarparawangsa, Tri Rismaharini.
Menurutnya, peluang Gatot dan Moeldoko dalam kontestasi pilpres yang akan datang masih sangat kecil. Selain harus bersaing dengan tokoh-tokoh sipil, Gatot dan Moeldoko harus bersaing dengan sesama figur dari latar belakang militer. Peluang kemenangan Gatot dan Moeldoko masih jauh di bawah Prabowo.
(Baca: Peringatan Moeldoko untuk Purnawirawan Mengarah ke Gatot Nurmantyo)
"Bahkan di bawah AHY juniornya di TNI yang masih muda belia. Padahal salah satu untuk mendapatkan dukungan partai adalah modal popularitas dan elektabilitas. Untuk meningkatkan peluang kemenangan tidak cukup bermodalkan popularitas saja tetapi harus memiliki modal sosial, akseptabilitas dan elektabilitas yang memadai," ujar dia.